tirto.id - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih berpeluang untuk menguat meskipun saat ini terdepresiasi karena pengaruh tekanan global.
"Dari segi fundamental, semestinya ada ruang untuk lebih apresiatif," kata Perry di Gedung DPR, Jakarta, pada Rabu (11/7/2018) seperti dilansir Antara.
Perry menjelaskan pergerakan kurs rupiah saat ini masih overvalued karena terdampak oleh potensi penyesuaian suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed).
Namun, menurut dia, depresiasi rupiah tersebut masih lebih baik dibandingkan mata uang di negara-negara berkembang lainnya. Meskipun demikian, Perry menegaskan Bank Indonesia tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Depresiasi kurs [rupiah] dibandingkan negara lain relatif terkendali, lebih rendah dari Filipina, India, Brasil, Korea Selatan dan Turki, yang mengalami pelemahan jauh lebih tinggi," kata Perry.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, pada Rabu (11/7/2018) pagi, bergerak melemah 26 poin menjadi Rp14.393 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya, yakni Rp14.367 per dolar AS.
Sementara Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai pergerakan rupiah kembali diuji ketahanannya untuk dapat berbalik arah melanjutkan tren kenaikan. Dia memperkirakan kurs rupiah akan bergerak di kisaran 14.363-14.343 per dolar AS.
“Masih rentannya rupiah, menghalangi potensi kenaikan lanjutan sehingga perlu dicermati berbagai sentimen, terutama pergerakan sejumlah mata uang global terhadap dolar AS," ujar Reza.
Siaran resmi Bank Indonesia pada 6 Juli lalu mengumumkan bahwa cadangan devisa Indonesia di akhir Juni 2018 tercatat sebesar 119,8 miliar dolar AS. Bank Sentral mengakui nilai cadangan devisa itu lebih rendah dibandingkan posisi pada akhir Mei 2018, yakni 122,9 miliar dolar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman menjelaskan posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2018, setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Menurut Agusman, faktor utama yang mempengaruhi penurunan cadangan devisa pada Juni 2018 ialah pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.
Editor: Addi M Idhom