tirto.id - Media sosial dihebohkan dengan sebuah video yang memberitakan Gunung Tangkuban Perahu meletus. Video yang diunggah pada Kamis, 7 Desember 2023, menjadi viral dan menimbukan kepanikan.
Lantas, benarkah Gunung Tangkuban Perahu erupsi? Kabar yang menyebut soal Gunung Tangkuban Perahu erupsi pada 7 Desember 2023, tidak benar.
Pejabat wilayah setempat telah mengonfirmasi bahwa video viral di media sosial saat ini dipastikan hoaks. Dikutip dari Antaranews, Kepala Desa Ciater menyebut bahwa kejadian di video viral itu adalah dokumentasi erupsi Gunung Tangkuban Perahu pada 26 Juli 2019.
Video hoaks yang dimaksud adalah video yang memuat narasi "Tangkuban Perahu Meletus" dengan durasi 6 menit. Video itu menampilkan situasi sekitar Tangkuban Parahu yang sedang mengeluarkan abu vulkanik dan banyak orang tampak berlarian.
Kepala Desa Ciater memastikan gunung yang terletak di wilayahnya itu berada di level normal. Hal serupa juga dibenarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Berdasarkan rilis PVMBG, Gunung Tangkuban Perahu saat ini berada di level 1 alias normal. Selain Tangkuban Perahu, gunung lain di Pulau Jawa yang berada di tingkat aktivitas level 1 ialah seperti Gunung Salak, Gunung Gede, hingga Gunung Papandayan.
Lebih lanjut, Kepala Desa Ciater juga mengimbau masyarakat setempat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh kabar hoaks yang beredar.
Masyarakat yang ingin memantau kondisi darurat di Desa Ciater bisa memanfaatkan layanan hotline dari pemerintah. Ada tiga nomor hotline yang bisa dihubungi, yaitu 081320327868, 083822203936, dan 081220743630.
Tangkuban Perahu Terakhir Meletus 2019
Gunung Tangkuban Perahu atau Tangkuban Parahu terletak di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Gunung ini memiliki ketinggian 2.084 Mdpl (meter di atas permukaan laut).
Selama ini, Tangkuban Perahu menjadi destinasi utama di Jawa Barat. Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu terkenal di kalangan wisatawan dengan keindahan kawahnya.
Erupsi terakhir Gunung Tangkuban Perahu terjadi pada Jumat, 26 Juli 2019. Pos pengamatan setempat melaporkan erupsi Tangkuban Perahu terjadi pada pukul 15.48 WIB dan berlangsung selama 5 menit 30 detik.
Erupsi 2019 menyebabkan wilayah sekitar beberapa kali mengalami gempa vulkanik. Tak hanya itu, wilayah sekitar Tangkuban Perahu tercatat mengalami hujan abu dan banjir lahar dingin.
PVMBG kala itu menyebutkan tinggi kolom abu teramati sekitar 200 meter di atas puncak. Kolom abu memiliki warna kelabu dan condong mengarah ke timur laut atau selatan.
Berdasarkan seismogram, erupsi Tangkuban Perahu mempunyai amplitudo maksimum 38 mm dengan durasi kurang lebih 30 detik.
Baseline Kegunungapian Indonesia (2012) menuliskan Tangkuban Parahu pernah mengalami erupsi besar hingga menciptakan 9 kawah. Sembilan Kawah Tangkuban Parahu adalah Kawah Ratu, Upas, Baru, serta Lanang. Lalu Jurig, Siluman, Domas, Jarian, dan Pangguyangan Badak.
Erupsi Tangkuban Perahu tertua terjadi pada tahun 1829. Ketika erupsi terjadi, wilayah sekitar mengalami hujan abu dan batu yang keluar dari Kawah Ratu dan Domas.
Erupsi Tangkuban Perahu selanjutnya terjadi pada 1846. Pada erupsi 1846, Tangkuban Perahu membentuk sebuah fumarol atau lubang di dasar gunung pada tahun 1896.
Rangkaian erupsi Tangkuban Perahu terus tercatat di tahun-tahun berikutnya, termasuk pada 1900, 1910, dan 1926. Pada 1926, gunung tersebut mengalami erupsi freatik di Kawah Ratu sehingga menciptakan lubang baru.
Kondisi serupa juga terjadi pada erupsi 1935 yang memunculkan kawah baru bernama Kawah Badak. Aktivitas Gunung Tangkuban Perahu kembali membuat erupsi freatik tahun 1957, 1961, 1965, 1969, 1971, 1992, dan 1994.
Setelah sekian lama "tidur", aktivitas muncul lagi berupa peningkatan kegempaan antara tahun 2004-2006. Letusan freatik juga terjadi sebanyak 11 kali pada Oktober 2013.
Penulis: Beni Jo
Editor: Iswara N Raditya & Yonada Nancy