Menuju konten utama

Benarkah Coronavirus Telah Diprediksi Dean Koontz dalam Novelnya?

Virus corona diklaim sudah diprediksi Dean Koontz sejak 1981 melalui novelnya The Eyes of Darkness. Benarkah demikian?

Benarkah Coronavirus Telah Diprediksi Dean Koontz dalam Novelnya?
Ilustrasi Virus Corona. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Pandemi corona COVID-19 kini telah menyebar di banyak negara di dunia. Wabah yang pertama kali muncul di Wuhan, Cina ini melahirkan kecemasan pada banyak orang.

Terkait hal ini, tak sedikit informasi yang hadir justru menyesatkan, hoaks, misinformasi, bahkan lelucon yang malah memperburuk keadaan di tengah wabah virus corona COVID-19 ini.

Salah satunya adalah klaim bahwa COVID-19 merupakan senjata biologis dari Cina. Lebih lanjut lagi, informasi itu menyebutkan, virus corona sudah diprediksi oleh Dean Koontz sejak 1981 melalui novelnya yang bertajuk The Eyes of Darkness. Koontz menuliskannya sebagai virus pembunuh yang disebut “Wuhan-400” (halaman 176 buku The Eyes of Darkness).

Sebagaimana COVID-19 yang juga berawal dari Wuhan, "virus Wuhan-400" digambarkan oleh Koontz sebagai virus pembunuh dengan tingkat akurasi kematian sebanyak 100 persen. Dalam buku, virus Wuhan-400 dikembangkan di salah satu laboratorium di Cina, yang diklaim sebagai muasal virus corona yang mewabah saat ini.

"It was around that time that a Chinese scientist named Li Chen defected to the United States, carrying a diskette record of China’s most important and dangerous new biological weapon in a decade. They call the stuff 'Wuhan-400' because it was developed at their RDNA labs outside of the city of Wuhan, and it was the four-hundredth viable strain of man-made microorganism created at that research center," tulis Koontz dalam The Eyes of Darkness (1989:177).

Deskripsi Dean Koontz tersebut kini menjadi bahan pembicaraan. Karena ada kesamaan kecil antara COVID-19 dengan virus Wuhan-400. Sementara yang digambarkan Koontz tersebut fiksi semata.

Pada edisi pertama The Eyes of Darkness yang terbit pada 1981, virus tersebut ditulis dengan nama "Gorki-400". Dilansir dari South China Morning Post, ia dialihnamakan menjadi "Wuhan-400" pada terbitan tahun 1989.

Gorki-400 merujuk pada salah satu kota di Rusia. Hal ini dikarenakan Amerika Serikat (AS) saat itu sedang berseteru dengan Uni Soviet. Namun, ketika hubungan antara AS dan Uni Soviet membaik, karakter fiksi di The Eyes of Darkness membutuhkan tokoh antagonis baru. Oleh karenanya, Cina pun ditulis sebagai negara tandingan di novel tersebut.

Hal tersebut diakui oleh Jenny Smith, pendiri toko buku Bleak House Books, yang menyatakan bahwa penggantian nama dari Gorki-400 ke Wuhan-400 dimaksudkan untuk relevansi situasi.

"Cina adalah satu-satunya negara yang terlintas dalam pikiran saya yang memiliki program aktif. Kemungkinan juga ada kecurigaan yang kuat (di AS) yang menyembunyikan banyak hal periode ini," ujar Smith sebagaimana dilansir dari scmp.com.

Selain terkait penamaan, berikut beberapa "prediksi" Koontz yang juga keliru jika dibandingkan antara virus Wuhan-400 dan COVID-19 sebagaimana dilansir dari laman Snopes:

  • Di novel Koontz, Wuhan-400 adalah senjata biologis yang diciptakan manusia. Faktanya, virus corona bersifat zoonosis, yakni ditularkan dari hewan ke manusia.
  • Virus Wuhan-400 digambarkan memiliki tingkat akurasi kematian dengan presentase 100%, sedangkan virus corona COVID-19 memiliki tingkat kematian sekitar dua persen.
  • Koontz menggambarkan bahwa periode inkubasi virus Wuhan-400 adalah sekitar empat jam, sedangkan COVID-19 memiliki masa inkubasi antara dua hingga 14 hari.
"Sedikitnya kesamaan antara Wuhan-400 dan virus corona COVID-19 menunjukkan hal ini bukanlah prediksi Koontz, melainkan hanya kebetulan saja," tulis Dan Evon sebagaimana dilansir dari Snopes.

Dean Ray Koontz sendiri adalah seorang penulis Amerika. Penulis kelahiran 1945 ini kerap menulis novel dengan genre thriller, horor, fantasi, fiksi ilmiah, misteri. Selain The Eyes of Darkness, Koontz juga menulis Odd Thomas, Watchers, Phantoms, dan beberapa novel lain. Beberapa karyanya juga diadaptasi ke layar lebar.

Sebagaimana dilansir Psychology Today, kita takut pada hal yang tidak kita ketahui. Virus corona COVID-19, yang hingga kini belum ditemukan vaksin dan antivirusnya, memantik rasa cemas berlebihan.

Oleh karenanya, sebagian orang mencari-cari pembenaran dari teori konspirasi, misalnya melalui informasi bahwa virus corona ini adalah senjata biologis.

Baca juga artikel terkait WABAH VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Yulaika Ramadhani