tirto.id - Informasi mengenai virus corona terus hadir, seiring virus ini memang tengah menjadi perhatian dunia kesehatan. Namun, tak sedikit informasi yang hadir justru menyesatkan atau tidak sepenuhnya benar.
Beberapa misinformasi yang hadir antara lain adalah pentingnya melembabkan tenggorokan agar terhindar dari virus corona, hingga penyebarannya bisa terjadi melalui produk dari Cina. Sejumlah lelucon dan hoaks pun memperburuk informasi mengenai virus corona.
Dosen Kajian Media Universitas Padjadjaran Justito Adiprasetio menyampaikan bahwa virus corona menghadirkan masyarakat dalam situasi antara takut dan cemas.
"Takut karena tingkat penyebarannya tinggi, mortalitasnya di level moderat sejauh ini. Tapi di sisi lain memang ada fakta kesembuhan. Namun, sisanya kita masih buta," jelas Tito kepada reporter Tirto pada Kamis (30/1/2020).
Namun, dengan peningkatan akses informasi melalui internet, jelas Tito, persebaran teori konspirasi pun turut meningkat pesat. Masyarakat pun, di sisi lain, sudah terbiasa memproses informasi terkait konspirasi tertentu yang tersebar lewat internet.
Tito pun mencontohkan antara lain teori konspirasi tentang bumi datar, hingga bangunan Borobudur sebagai peninggalan Nabi Sulaiman.
"Hal tersebut adalah contoh bagaimana kita memang mudah untuk mereproduksi teori konspirasi," jelas Tito.
"Sayangnya, kepanikan dan teori konspirasi adalah pasangan yang tepat, terutama ketika pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan, tidak memberikan penjelasan yang jelas," tegasnya.
Dengan itu, jelas Tito, akhirnya informasi-informasi yang tersebar justru bentuk-bentuk konspirasi, atau informasi yang salah lainnya mengenai virus corona.
Tito juga mengkritik Terawan selaku Menteri Kesehatan karena sejumlah pernyataannya mengenai virus corona.
"Pernyataan Menteri Terawan, 'enjoy aja', 'kuncinya berdoa', bukan hanya tidak saintifik dan memberikan ketenangan, tapi menciptakan nuansa fatalistik bahwa pemerintah meremehkan masalah besar dunia ini," tegas Tito.
Menurut Tito, pemerintah, ataupun otoritas kesehatan, selayaknya dapat menjadi kunci kepercayaan pemerintah. Dalam situasi di mana banyaknya muncul informasi yang salah mengenai virus corona, Kemenkes perlu hadir untuk meluruskan konteks masalah, penularan, hingga langkah-langkah konkret yang akan dilakukan pemerintah.
Kerjasama dengan Kominfo
Sekretaris pada Sekretariat Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Achmad Yurianto membenarkan bahwa hingga saat ini masih terdapat informasi keliru yang tersebar mengenai virus corona.
Yuri pun menilai bahwa banyaknya informasi yang keliru dalam masyarakat menjadi salah satu penyebab meningkatnya kecemasan masyarakat atas virus corona.
"Kecemasan karena ketidaktahuan, informasi yang salah, dibilang barang dari Cina bisa nularin, dan sebagainya. Kalau kita paham, ya enggak (cemas)," jelas Yuri kepada reporter dari Tirto pada Kamis (30/1/2020).
"Terus kemudian harus selalu minum supaya tenggorokan enggak kering. Enggak ada, tenggorokan itu selalu basah. Kering itu kan karena ada radang di tenggorokan," lanjutnya.
Yuri menilai bahwa penyebaran informasi yang keliru hanya memperburuk masalah virus corona. Saat ditanyakan mengenai langkah yang diambil Kemenkes untuk menangani ini, Yuri menyampaikan melalui sosialisasi informasi yang tepat kepada masyarakat secara terus-menerus.
"Beberapa teman media sudah kami kasih tahu, lewat televisi, situs-situs Kementerian Kesehatan juga sudah kami sebarkan," kata Yuri.
Yuri menilai bahwa masyarakat perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai apa itu virus corona, hingga bagaimana cara penularannya.
"Karena ini kan, kelompok virus influenza ya, tetapi lebih berbahaya, jadi yang paling mudah ditularkan itu lewat percikan ludah yang kecil dari orang yang sakit saat ia batuk atau bersin. Jadi harus ada jarak dekat," jelas Yuri.
Yuri pun menyampaikan langkah sederhana untuk menghindari penularan virus corona.
"Pakai masker, terutama yang sakit batuk atau pilek. Mau dia Corona atau enggak Corona, tetap penting pakai masker, supaya enggak nyebar kemana-mana. Kemudian biasakan cuci tangan yang bersih," ujar Yuri.
Yuri pun menyampaikan, terkait dengan masalah informasi yang keliru, Kemenkes juga tengah bekerjasama dengan Kominfo. Pasalnya, penyebaran hoaks atau informasi keliru banyak yang hadir dari sosial media.
"Kami dari awal sudah kerja bareng dengan semuanya, dari Kominfo juga ada. Ini bukan hanya masalah Kemenkes saja, tapi masalah negara, jadi pasti saling koordinasi," pungkasnya.
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Restu Diantina Putri