tirto.id - Hari Senin (6/1), dapur Makan Bergizi Gratis (BMG) di kawasan Kampung Kebayunan tampak riuh. Maklum, ini hari pertama pelaksanaan program bersejarah di Indonesia. pemerintah menargetkan akan ada 15 juta orang penerima manfaat hingga akhir 2025, dan diharapkan angka ini mencapai 82,9 juta jiwa di 2029.
Di Kampung Kebayunan, ada satu dapur besar terpadu yang menampung kerja dari lima dapur lebih kecil. Setiap dapur mempekerjakan sekitar 40 orang pekerja. Mereka bertanggung jawab menyediakan rata-rata 3.000 porsi setiap harinya. Dengan jumlah per dapur itu, dapur besar di Kampung Kebayunan memasak dan mengirim lebih dari 16.000 porsi setiap harinya.
Salah satu pekerja menyebut mereka sudah melakukan persiapan sejak pukul 1 pagi. Pekerjaan dimulai dari menyiapkan bahan baku, lalu mulai memasak. Menu yang disiapkan terdiri terdiri dari nasi, dua jenis lauk, satu sayur, dan satu buah. Menu ini berganti setiap hari, dan setiap daerah bisa menyediakan formasi menu berbeda.
Di Kampung Kebayunan hari pertama, tampak dua jenis menu berbeda. Yang pertama, ada nasi, ayam teriyaki, tempe bacem, tumis buncis worte, dan jeruk. Menu lain terdiri dari nasi, telur, tumis tempe, bayam rebus, dan jeruk. Setelah siap, menu akan ditata sesuai kebutuhan penerima manfaat.
Ada perbedaan kebutuhan antar penerima MBG, yang telah diatur oleh ahli gizi. Untuk murid PAUD dan murid SD kelas 1-3, misalnya, nasi yang disiapkan adalah 100 gram per sajian. Sedangkan untuk murid SMA, nasinya mencapai 200 gram. Begitu pula untuk lauk dan sayur yang ditimbang. Agar mudah membedakan, pengelola dapur menentukannya lewat warna tali pengikat. Tali kuning untuk anak SD kelas 4-6, dan tali merah untuk murid PAUD dan SD kelas 1-3.
“Kami juga menggambar letak makanannya agar pekerja tak kebingungan,” ujar salah satu pekerja sembari memperlihatkan satu gambar kotak makan di papan tulis.
Tampak di sana gambar kotak makan: nasi diletakkan di wadah persegi panjang, bulat besar diisi jeruk, sedangkan tiga wadah bundar lain diisi lauk dan sayuran.
Pukul 10 pagi, terdengar satu truk datang. Bagian belakangnya sudah disiapkan sedemikian rupa untuk bisa menampung kotak-kotak makan yang terbuat dari stainless steel ini. Pengiriman biasanya dimulai pukul 7 pagi. Secara bertahap pengiriman akan dilakukan ke lokasi penerima manfaat yang terletak di radius 3,5 kilometer. Radius pengantaran ini juga bervariasi.
“Di dapur yang lebih kecil, mungkin radiusnya antara 1 sampai 1,5 kilometer,” ujar Hafizhul Mizan, Staff Khusus Kepala Komunikasi Presiden, yang ikut meninjau kesiapan dapur MBG.
Pagi itu, truk mengantar ke beberapa lokasi. Termasuk ke SMP Islam Nurul Quran dan SD 05 Sukatani. Menurut Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, Ace Hasan Syadzily, banyak dari penerima manfaat ini adalah anak dari keluarga yang kurang mampu.
“Sehingga makan bergizi gratis ini jadi program yang sangat bermanfaat,” kata Ace.
Para murid yang menerima makan siang gratis tampak riang, sekaligus terlihat malu-malu ketika ada kamera yang menyorot. Namun mereka semua terlihat lahap menyantap makanan yang disantap di jelang istirahat siang itu.
“Enak! Boleh nambah gak,” teriak salah satu murid di SD 05 Sukatani sembari diikuti suara tawa teman-temannya yang berkumpul di lapangan sekolah.
Sedangkan salah satu murid di SMP Islam Nurul Quran terlihat lahap menyantap ayam teriyaki, sembari berbisik ke teman sebelahnya: ini ayam apa, ya, enak.
Ace menyebut program ini diharapkan bisa menjadi program yang berkelanjutan, sehingga manfaatnya diterima oleh banyak pihak. Ace juga memberi semangat pada para murid-murid penerima manfaat, bahwa mereka adalah generasi emas yang kelak bisa ambil peran dalam membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
“Kami dan Kantor Komunikasi Kepresidenan akan terus bekerja sama dan terus mendukung program makan bergizi gratis ini, investasi menuju Indonesia Emas 2045,” tutur Ace.
Editor: Tim Media Service