Menuju konten utama

Beda Cara Jokowi, Ahok & Anies Mengatasi Sepinya Blok G Tanah Abang

Blok G Tanah Abang sepi sejak diresmikan pada 2 September 2013. Bagaimana cara Jokowi, Ahok hingga Anies mengatasi hal tersebut?

Beda Cara Jokowi, Ahok & Anies Mengatasi Sepinya Blok G Tanah Abang
Warga melintas di depan Pasar Tanah Abang Blok G, Jakarta, Selasa (26/12/2017). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

tirto.id - Bangunan Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat yang sempat dibangga-banggakan di era Joko Widodo sebagai Gubernur DKI segera diratakan dengan tanah. Pemprov DKI akan menggantinya dengan bangunan baru yang nantinya terintegrasi dengan rumah susun berkapasitas 1.500 unit.

Rencana pembongkaran Blok G Tanah Abang ini tidak lepas dari sepinya pengunjung dan upaya Pemprov DKI mewujudkan konsep penataan jangka panjang kawasan tersebut. Direktur Utama PD Pasar Jaya, Arif Nasrudin mengatakan, seharusnya bangunan itu sudah dirobohkan sejak awal 2017. Namun, masih terkendala pencarian lahan pengganti untuk para pedagang Blok G yang masih berjualan.

Lantaran itu, kata Arif, pihaknya baru akan merobohkan dan membangun kembali Blok G di tahun 2018. “Kami rencananya akan demolish, bangun dengan bangunan baru. Kami sudah kaji untuk konstruksi dan bangunan Blok G harus dirobohkan dan diganti yang baru,” kata Arif pekan lalu.

Bangunan Blok G Pasar Tanah Abang sudah lama berdiri di kawasan pusat perdagangan ibu kota itu. Letak bangunan tersebut terbilang strategis, diapit oleh Stasiun Tanah Abang dan Blok A, serta berada persis di sisi Jalan Kebon Jati.

Saat Jokowi memimpin DKI Jakarta, bangunan tersebut direnovasi dan penggunaannya diresmikan pada 2 September 2013. Blok G ini diperuntukkan bagi para pedagang kaki lima (PKL) yang sebelumnya berjualan di trotoar. Saat itu, rencana mantan Wali Kota Solo merelokasi PKL yang menjadi biang kemacetan di kawasan Tanah Abang terbilang sukses.

“Semuanya kan sudah dipenuhi, tempat berjualan yang bersih, pintu gerbang yang besar, rolling door diperbaiki, kios gratis bahkan sampai enam bulan. Yang penting, jangan sampai ada lagi yang turun untuk kembali berjualan di pinggir-pinggir jalan,” kata Jokowi seperti dikutip Antara, saat peresmian Blok G.

Untuk menarik pembeli agar berkunjung ke Blok G itu, Jokowi menyarankan agar setiap akhir pekan, diadakan acara pertunjukan, seperti kesenian dan musik. Tujuannya agar dapat menarik minat lebih banyak pengunjung untuk berbelanja di Blok G.

Blok G pun sempat ramai dikunjungi warga yang hendak berbelanja. Sayang, kondisi itu ternyata hanya bertahan dalam hitungan bulan saja. Sepinya pengunjung membuat pedagang kembali ke jalan, berjualan dan menyambung tali hidup mereka dari trotoar. PKL yang tertib berjualan di Blok G perlahan berkurang hingga tersisa segelintir.

Saat itu, Jokowi pun mengimbau pedagang agar tidak meninggalkan kiosnya, dan berjanji akan mencari cara agar Blok G kembali ramai. Salah satu upaya yang dijanjikan Pemprov DKI di era Jokowi adalah mempermudah akses bagi pengunjung, yaitu: mulai membangun eskalator dan jembatan penghubung antara Blok A, Blok B dan Blok F menuju Blok G.

Selain fasilitas tersebut, saat itu Jokowi juga tengah mencoba menjajaki kerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) terkait pembangunan akses langsung dari Stasiun Tanah Abang menuju Blok G. Sayangnya, rencana tersebut tidak terealisasi hingga Jokowi terpilih sebagai Presiden ke-7 pada Pilpres 2014.

Di era Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, rencana pembongkaran Blok G Pasar Tanah Abang ini mulai muncul. Hal tersebut mengingat suasana pasar yang kerap kali sepi pengunjung semenjak diresmikan oleh Joko Widodo pada 2 September 2013.

“Rencananya, Blok G itu mau kita bongkar habis. Mungkin akan kita jadikan pasar modern,” kata Ahok, di Balai Kota, Jakarta Pusat, seperti dikutip Antara, pada 1 April 2015.

Proyek pembaruan Blok G Pasar Tanah Abang ini akan dilaksanakan melalui mekanisme lelang bagi pihak-pihak pengembang swasta. Pemprov DKI akan menawarkan kepada perusahaan-perusahaan pengembang untuk membangun kembali proyek yang sempat menjadi kebanggaan di era Jokowi itu.

Melalui mekanisme lelang tersebut, perusahaan pemenang akan mempunyai hak pengelolaan pasar selama beberapa tahun. Namun, sesuai kesepakatan, hak kepemilikan dan pengelolaan nantinya akan dikembalikan kepada Pemprov DKI.

Rencana pembongkaran Blok G Pasar Tanah Abang ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi sekaligus membuat agar pasar tersebut ramai dikunjungi pembeli. “Kita ini mau menyelamatkan Pasar Blok G Tanah Abang, supaya ramai pembeli dan yang datang juga merasa nyaman. Makanya, harus dibongkar terlebih dahulu,” kata Ahok saat itu.

Namun, rencana Ahok tersebut gagal lantaran ada dugaan permainan di internal PD Pasar Jaya dengan pihak swasta. Menurut Ahok, ada oknum PD Pasar Jaya yang memang sengaja menghilangkan "denyut" Blok G Tanah Abang.

“Waktu itu saya tanya, 'mana janji kalian mau bikinin eskalator, jembatan penghubung Blok A dan Blok B?' Kan kami tahu kuncinya supaya tempat itu ramai gimana, yaitu ada jembatan penghubung Blok A, Blok B, dan Blok G dihubungkan juga dengan stasiun. Mereka ingin supaya semua [pembangunan] bisa dikasih ke swasta, PD Pasar Jaya-nya yang memang sengaja enggak mau nyambungin, jembatan ditelatin, sudah tender ditelatin,” kata Ahok, seperti dikutip Kompas.com, 8 Mei 2015.

Upaya pembenahan Blok G Pasar Tanah Abang ala Ahok pun akhirnya gagal. Di era pemerintahan Anies Baswedan-Sandiaga Uno ini, rencana pembongkaran Blok G Tanah Abang kembali digalakkan. Solusi yang ditawarkan Pemprov DKI era Anies-Sandiaga adalah mengintegrasikan Blok G dengan rumah susun berkapasitas 1.500 unit.

Infografik HL Indepth Tanah Abang

Direktur Utama PD Pasar Jaya, Arif Nasrudin mengatakan, rencana pembangunan rusun yang dilengkapi superblok itu sudah ada sejak zaman pemerintahan sebelumnya. Saat itu, Ahok menginginkan rusun tersebut tersambung dengan jembatan ke Stasiun Kereta Api Tanah Abang.

“Tahun itu hambatannya cuma satu; kita enggak punya tempat penampungan sementara, tanahnya belum kita dapatkan. Kita sudah bersosialisasi dengan PT KAI tapi enggak memberikan kepastian karena tanahnya sudah di sewa,” kata Arif.

Nantinya, lanjut Arif, rusun tersebut juga akan dibuat terintegrasi dengan Blok A, B, dan F melalui sky bridge. "Diusahakan terkoneksi blok to blok-nya kita." Rencana ini sebenarnya sudah ada sejak era Jokowi menjabat gubernur dan belum terealisasi hingga saat ini.

Rencana lainnya, kata Arif, Pasar Blok G juga akan menjadi tempat pemberhentian moda transportasi berbasis kereta, salah satunya kereta ringan (LRT) yang rencana pembangunannya akan diteruskan sampai Tanah Abang.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengatakan, nantinya LRT dari veleodrome tidak akan berhenti di Dukuh Atas melainkan di Blok G. “Karena kami telah berikan challenge dan mereka juga bisa jadi bagian Tanah Abang dan berintegrasi,” kata Sandiaga.

Sandi menjelaskan, konsep ini nantinya akan berjalan berbarengan dengan bangunan Rusun TOD milik PT KAI yang akan dibangun di Tanah Abang. “PT KAI mereka punya kawasan yang sekarang sudah di-ground-breaking dan rencananya akan dilakukan embracement proyeknya di 2018,” kata mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia itu.

Akankah cara Pemprov DKI Jakarta era Anies Baswedan dan Sandiaga Uno ini sukses menyulap sepinya Blok G Tanah Abang menjadi ramai seperti blok-blok lain di kawasan tersebut?

Baca juga artikel terkait PENATAAN TANAH ABANG atau tulisan lainnya dari Abdul Aziz

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Abdul Aziz
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz