Menuju konten utama

Blok G Tanah Abang: Warisan Jokowi yang akan Dirobohkan

Suasana di Blok G Tanah Abang sepi dan bangunannya terlihat kotor. Hanya ada beberapa kios pedagang yang buka.

Blok G Tanah Abang: Warisan Jokowi yang akan Dirobohkan
PD Pasar akan merevitalisasi Blok G Pasar Tanah Abang untuk guna menarik minat kembali para pedagang yang berangsur-angsur meninggalkan Blok G karena sepi pengunjung. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Simbol buah kinerja Joko Widodo (Jokowi) saat menjabat Gubernur DKI Jakarta pada 2012-2014 akan hilang dari pusat ibu kota. Bangunan Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat yang sempat dibangga-banggakan Jokowi rencananya akan diratakan dalam waktu dekat.

Pembongkaran Blok G Pasar Tanah Abang dilakukan untuk mewujudkan konsep penataan jangka panjang kawasan tersebut. Awalnya perobohan hendak dilakukan awal 2017, tapi rencana itu ditunda lantaran adanya kendala dalam mencari lahan pengganti untuk menampung para pedagang di Blok G.

Blok G Pasar Tanah Abang sudah lama berdiri di kawasan pusat perdagangan ibu kota ini. Letak bangunan tersebut terbilang strategis, diapit oleh Stasiun Tanah Abang dan Blok A, serta berada persis di sisi Jalan Kebon Jati.

Saat Jokowi memimpin DKI Jakarta, bangunan tersebut direnovasi dan diresmikan penggunaannya pada 2 September 2013. Blok G diperuntukkan bagi para pedagang kaki lima (PKL) yang sebelumnya berjualan di trotoar. Selain itu, Jokowi juga sempat berjanji akan membuat banyak acara untuk menarik minat warga berkunjung ke Blok G.

Blok G pun sempat ramai dikunjungi warga yang hendak berbelanja. Sayang, kondisi itu ternyata hanya bertahan dalam hitungan bulan saja.

"Waktu itu ramai di sini sampai 6 bulan, habis itu perlahan sepi," kata seorang pedagang di Blok G Tanah Abang Yeyen (40) kepada Tirto, Jumat (22/12/2017).

Sepinya pengunjung membuat pedagang kembali ke jalan, berjualan dan menyambung tali hidup mereka dari trotoar. PKL yang tertib berjualan di Blok G perlahan berkurang hingga tersisa segelintir.

"Ada lapak juga di jalanan, kalau di sana bayarnya Rp5 ribu per hari buat pedagang yang harian. Kalau mau setiap hari itu bayarnya ada yang sejuta untuk sebulan, Rp5 juta buat tiga bulan, atau Rp9 juta tergantung lokasi jualan," kata Yeyen.

Baca juga:Blok G Tanah Abang Mati Suri

Saat Tirto berkunjung ke Blok G jelang akhir pekan ini, suasananya sepi dan bangunan terlihat kotor. Hanya ada beberapa kios yang buka. Toko-toko yang masih bertahan umumnya menjual pakaian, makanan, atau dijadikan gudang oleh pemiliknya.

Tak ada lagi elevator yang berfungsi di sana. Penerangan di gang-gang Blok G Pasar Tanah Abang ini juga sangat kurang.

"Pasar Jaya kan bilang ini mau dirobohkan. Dengar-dengar dari orang sih mau ada penampungan, tapi belum ada kabar detail juga. Ini bangunannya sebenarnya bukan jelek sih, tapi sudah ketinggalan zaman saja," tutur Mulyadi (40), pemilik kios yang menjadikan lapaknya sebagai gudang.

Anomali Tanah Abang

Sepinya Blok G dari pengunjung bertolakbelakang dengan keramaian lapak-lapak PKL di sekitarnya. Meski menempati trotoar, lapak jualan para PKL ternyata lebih diminati oleh pengunjung.

Yeyen bercerita, dalam sehari pedagang di trotoar sekitar tanah abang mampu meraup omzet sebesar Rp5-8 juta. Jika sedang beruntung, dalam hitungan kurang dari 3 jam saja pedagang bisa mendapat omset senilai Rp500 ribu.

"Saya kalau lagi enggak ada uang, tabungan kosong, ke bawah [berjualan di trotoar] bawa aja satu baris daster. Jualan nih, pernah cuma satu jam udah abis semua, balik ke sini (Blok G) terus pulang," cerita warga asli Tanah Abang itu.

Jika hanya berjualan di Blok G, hampir dipastikan tak ada penghasilan yang masuk ke kantong Yeyen serta pedagang lain. Seorang pedagang lain di Blok G bernama Wati (37) berkata, penghasilannya dari berjualan di Blok G terus menurun hingga tak jarang nihil.

Akhirnya, beberapa pedagang di Blok G memilih untuk ikut beberapa kali menggelar lapak di trotoar. Namun, mereka sebenarnya lebih menganggap layak lokasi dagang di Blok G dibandingkan pinggir jalan.

"Masih mau di sini, saya mau dapat toko di sini yang aman lah. Maksudnya, majunya ke depan kan bisa anak yang meneruskan. Kalau di PKL kan enggak bisa ada jaminan begitu. Lebih buat masa depan gitu, makanya enak di sini (Blok G)” kata Wati.

Yeyen dan Wati mengaku sudah mendapat kabar ihwal perobohan tempatnya berdagang dari mulut ke mulut. Namun, mereka juga mendengar bahwa nantinya harga sewa kios Blok G baru akan melonjak drastis dibandingkan sekarang.

Saat ini, harga sewa kios di Blok G adalah Rp100 ribu per bulan. Tarif itu merupakan harga terendah dibandingkan besaran sewa yang harus dibayar pedagang di Blok A, B, dan F Tanah Abang.

Berdasarkan penelusuran Tirto, harga sewa sebuah kios di Blok A dan B Tanah Abang mencapai Rp20-70 juta per tahun. Sementara, tarif untuk kios di Blok F adalah Rp20-30 juta per tahun.

"Katanya sih mahal (harga kios Blok G baru). Pasti kita mental juga sendiri-sendiri, nggak usah diusir juga sudah ambil langkah seribu. Harganya pasti bukan Rp100 ribu lagi," kata Yeyen.

Strategi Menjual Blok G

Kondisi Blok G yang sepi pengunjung, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah pimpinan Gubernur Anies Baswedan berencana mengganti konsep gedung tersebut.

Saat ini, Blok G merupakan bangunan yang berdiri sendiri. Nantinya, Pemprov DKI ingin ada unit-unit perumahan susun juga di atas Blok G baru.

"Nantinya berkonsep mix use, tetap akan ada pasarnya dan rencananya ada hunian di atasnya," kata Kepala Hubungan Masyarakat PD Pasar Jaya Amanda Gita kepada Tirto.

Amanda memprediksi lama waktu untuk membangun Blok G baru adalah 2 tahun. Sebelum dirobohkan, pedagang lama akan dipastikan telah pindah seluruhnya ke lokasi penampungan.

Baca juga:Blok G Tanah Abang akan Dibongkar Diganti Menjadi Rusun

Rencananya, rusun di atas Blok G berkapasitas 1.500 unit. Direktur Utama PD Pasar Jaya, Arif Nasrudin berkata, perobohan Blok G akan dilakukan pada 2018.

"Kami rencananya akan demolish, bangun dengan bangunan baru. Kami sudah kaji untuk konstruksi dan bangunan Blok G harus dirubuhkan dan diganti yang baru,” kata Arif di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (21/12/2017).

Konsep membangun pasar dan rusun di satu menara untuk Blok G berbeda dengan usulan para pedagang. Menurut Yeyen dan Wati, Blok G sebenarnya bisa mendapatkan keramaian jika ada penataan jalan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta.

"Harusnya kan dibangun saja tuh, hubungin stasiun sama pasar, pasti ramai soalnya pengguna kereta lewat sini," ujar Yeyen.

Ide Yeyen dan Wati senada dengan pendapat Gubernur DKI Jakarta terdahulu, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pada 2015 lalu, Ahok sempat mengeluarkan ide agar ada pembangunan jembatan yang menghubungkan Blok A, B, G, dan Stasiun Tanah Abang.

"Saya ingin Blok A dan Blok B itu untuk dihubungkan jembatan toko, jadi kenapa sekarang sepi? Karena enggak ada jembatan toko, enggak ada jembatan dari stasiun kereta api, jadi lebih baik begitu," kata Ahok di Balai Kota, 8 April 2015.

Baca juga artikel terkait PENATAAN TANAH ABANG atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Abdul Aziz