Menuju konten utama

Basuki: Jangan Jadikan Proyek Tanggul Laut Raksasa Septic Tank

Basuki Hadimuljono berpesan agar tanggul laut raksasa jangan sampai hanya menjadi septic tank alias tangki limbah Jakarta.

Basuki: Jangan Jadikan Proyek Tanggul Laut Raksasa Septic Tank
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kanan) bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kiri) menyampaikan paparan saat rapat dengan Komisi V DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (21/11/2023). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/nym.

tirto.id - Pemerintah bakal merealisasikan ambisi Presiden Terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto, untuk membangun tanggul laut raksasa alias giant sea wall dari Jakarta sampai Gresik, Jawa Timur di tahun depan. Menanggapi rencana ini, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono berpesan agar tanggul laut raksasa jangan sampai hanya menjadi septic tank alias tangki limbah Jakarta.

Sebaliknya, proyek yang akan dimulai dengan pembangunan tanggul raksasa dari Jakarta sampai Bekasi, Jawa Barat itu diharapkan bisa menjalankan fungsinya dengan baik, yakni menjadi penangkal banjir rob. Karena itu, seiring dengan pembangunan tanggul laut raksasa, pemerintah juga harus membangun sanitasi yang memadai di area sekitar sungai sebagai infrastruktur pendamping.

"Sanitasi. Supaya dia jangan menjadi septic tank. KaLau sungai-sungai kecil tertahan dengan ini (tanggul laut raksasa), kalau sanitasi nggak bagus kan, (laut Pantura) jadi septic tank," ujar dia, saat ditemui di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (9/9/2024).

Basuki menjelaskan, menurut konsep pembangunan kota perkotaan nasional terintegrasi atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang telah diterapkan sebelumnya pada pembangunan tanggul raksasa di pesisir Jakarta, setidaknya ada urutan yang harus dijalani sebelum membangun proyek ambisius itu. Pertama, pengadaan air di atas tanah, penghentian pemanfaatan air bawah tanah, perbaikan sanitasi, dan terakhir pembangunan giant sea wall.

"Jadi giant sea wall kalau menurut konsep NCICD, itu adalah environment program mediation untuk mengatasi penurunan tanah di Jakarta melalui pengadaan air dari (Bendungan) Jatiluhur dan Karian, lalu menyetop pemanfaatan air tanah, memperbaiki sanitasi, lalu bikin giant sea wall," jelasnya.

Sementara itu, meski pembangunan tanggul laut raksasa baru akan terealisasi pada pemerintahan Prabowo, namun Basuki mengaku telah menyiapkan data-data dan desain proyek ini. Tidak hanya itu, Indonesia bahkan telah menggandeng desainer asal Korea Selatan dan Belanda untuk membantu pembangunan tanggul laut raksasa.

"Kami desainnya itu sudah dengan Korea dan Belanda, dari Bekasi sampai Tangerang. Kira-kira (anggaran pembangunan) Rp90 triliun," imbuh dia.

Sebelumnya, Prabowo Subianto mengungkapkan, proyek tanggul laut raksasa harus segera direalisasikan, mengingat makin turunnnya tanah-tanah di Pulau Jawa, khususnya di area Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah. Selain pembangunan tanggul laut raksasa, alasan kebaikan air laut juga lah yang membuat dia ingin terus menjalankan proyek pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN).

"Kami menghadapi kenaikan air laut. Kenaikan di antara 5 sampai 10 sentimeter per tahun sehingga kami harus membangun sebuah giant sea wall, hal itu menjadi salah satu program saya, tetapi memindahkan ibu kota adalah salah satu upaya untuk membawa pertumbuhan ke luar Jakarta, keluar Jawa dan dalam beberapa tahun ke depan sebelum giant sea wall selesai, mungkin akan selesai sekitar 10-15 tahun, ibukota kami aman dari genangan," kata Prabowo dalam pidatonya saat menghadiri Qatar Economic Forum pada Rabu (15/5/2024) waktu setempat.

Baca juga artikel terkait TANGGUL LAUT atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Anggun P Situmorang