Menuju konten utama

Barakatak Merilis 5 Lagu Lama dengan Sentuhan Baru

Barakatak pernah menjulang di kancah musik house dekade 1990.

Barakatak Merilis 5 Lagu Lama dengan Sentuhan Baru
Kelompok Funkot Legendaris Barakatak kembali merilis album baru "Bandung Bergoyang Lagi". FOTO/YES NO WAVE MUSIC

tirto.id - Pada dekade 1990, di tengah dunia yang dijangkiti demam musik grunge, alternatif, dan Brit Pop, populer pula gagrak musik house. Di Indonesia, gakgrak itu kerap disebut sebagai musik ajeb-ajeb.Saat itu label-label seperti Akurama, GP Records, Blackboard, juga Nagaswara banyak merilis album-album house. Dari kancah house Indonesia, muncul satu nama yang jadi beken: Barakatak.

Riar Rizaldi,seorang seniman dan peneliti, menyebut musik house di era itu bukan sekadar konsumsi orang-orang elite. Musik itu mengalir hingga ke bawah: dari radio-radio amatir hingga spekaer angkot. Di antara banjir musisi house, Barakatak tampil menjulang karena punya ciri khas

“Mereka menggabungkan house dan irama pop Sunda yang kental akan kendang, kolintang, dan synth dari keyboard Yamaha PSR. Dengan lirik sederhana yang membedah hal-hal bawah tanah dan sensasional tanpa kompromi, tak heran jika bentukan musik seperti ini adalah zigot dari apa yang kita kenal di kemudian hari sebagai funkot,” tulis Rizal.

Barakatak yang saat itu terdiri dari Aam, Yayat, dan Didi mulai tampil di diskotik-diskotik pinggiran Bandung maupun Jakarta. Jika rock n roll punya pendukung cerita bernama seks dan drugs, maka begitu pula Barakatak. Kisah manggung mereka melahirkan banyak legenda yang dituturkan dari mulut ke mulut, dan dikenang hingga sekarang. Mulai dari Aam yang melakukan pencak silat di lantai dansa seusai menenggah lusinan pil koplo, hingga bayaran manggung yang berupa lusinan pill.

Usai tren musik house selesai, Barakatak seperti ambles ditelan bumi. Pada 2015, Riar yang tumbuh bersama musik Barakatak, beserta Adythia Utama, Ignatius Aditya, Marshal Pardede punya keinginan untuk bikin film dokumenter tentang Barakatak. Namun, mereka menghadapi tembok tebal.

“Mencari kontak Barakatak bukanlah perkara mudah. Mereka secara praktis adalah mahluk gaib di sirkulasi kebudayaan masa kini. Kontak Barakatak baru bisa saya dapatkan setelah menelusuri puluhan kontak EO pernikahan spesial adat Sunda—itupun baru bisa saya dapat dari sebuah EO yang terletak di Sukabumi,” ujar Rizal.

Barulah tiga tahun kemudian, Barakatak kembali tampil dengan semangat lama namun baru, termasuk menambah personel bernama Hana. Penampilan awal mereka terjadi di ajang Indonesia Netaudio Festival (INF) 3.0 yang diselenggarakan di Yogyakarta(19/8/18). Penampilan grup asal Bandung itu ditonton oleh sekitar 700 orang, yang kemungkinan baru lahir, atau malah belum lahir ketika Barakatak naik daun. Selepas panggung reuni di INF itu, Barakatak mulai tampil di Jakarta, Bandung, juga Denpasar.

Barakatak tak hanya mau reuni untuk manggung. Mereka berencana merekam ulang lagu lawas mereka, pun membuat lagu baru. Sejak pertengahan Maret, Barakatak merekam ulang 5 lagu hits yang diambil dari tiga album berbeda yang diriis dalam rentang 1996-2002. Ada lagu “Bandung Bergoyang Lagi”, “Maju, Maju, Maju”, “Musiknya Asyik”, Buka-Bukaan”, dan “Bunga Jalang”. Lagu-lagu itu disentuh dengan pendekatan musikal yang lebih kekinian.

"Sementara diawali dengan remake dulu, baru tahun depan bikin materi-materi baru," ujar Wok the Rock, pendiri Yes No Wave.

Lima lagu itu dirilis bertepatan dengan hari raya Idul Fitri yang jatuh pada 5 Juni 2019. Album mini yang diberi judul Bergoyang Again itu bisa diunduh gratis di situs netlabel Yes No Wave Music. Sebagai single, Barakatak merilis “Bandung Bergoyang Again” yang bisa didengarkan di akun Soundclound Barakatak.

Baca juga artikel terkait BARAKATAK atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Musik
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nuran Wibisono