tirto.id - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas sedang berupaya menargetkan rasio elektrifikasi atau akses listrik nasional sebesar 100 persen hingga tahun 2019, dengan memprioritaskan pengembangan di daerah pinggiran (terdepan, terluar, dan tertinggal/3T).
Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, saat ini masih banyak daerah-daerah di luar Jawa yang mengeluh karena kekurangan pasokan listrik. Meskipun ada daerah yang sudah mendapatkan pasokan listrik, tapi tidak beroperasi selama 24 jam.
"Artinya, PLN harus melihat ke depan bahwa yang dibilang surplus itu adalah surplus dalam tempo singkat. Kita harus bicara listrik yang tersedia dengan wajar untuk daerah lain di Indonesia," kata Bambang Brodjonegoro di Kantor Bappenas Jakarta pada Selasa (22/5/2018).
"Kalau Jawa mungkin sudah surplus, tapi apakah di luar Jawa kondisinya sudah sama dengan Jawa tingkat ketersediaan listriknya? Bahwa tersambung listrik iya, tapi mengenai kualitas listriknya itu yang belum terjamin. Jadi, artinya supaya masyarakat di situ konsumsi listrik per kapitanya naik, ya listrik di situ harus banyak," lanjut Bambang.
Terkait dengan upaya peningkatan rasio elektrifikasi, kata Bambang, hal tersebut juga bisa dilakukan dengan cara meningkatkan pangsa Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam keseluruhan energi nasional.
Pasalnya, pangsa dari EBT saat ini baru mencapai 7-8 persen. Sehingga mereka menargetkan menjadi 23 persen pada tahun 2025. "Maka, kita perlu menaikkan pangsa EBT 2 persen tiap tahun,” kata dia.
Selain itu, peningkatan elektrifikasi juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi yang ada di lingkungan sekitar sebagai sumber energi yang ramah lingkungan. Misalnya, di Mentawai, Sumatera Barat yang secara swasembada mengembangkan produksi energi biomassa dengan menggunakan bambu.
"Bambunya yang nanam itu masyarakatnya sendiri. Jadi, itu menggabungkan perhutanan, sosial, dengan renewable energy," ucapnya.
Bambang menegaskan, kota-kota besar yang memiliki banyak sampah juga dapat memfasilitasi program daur ulang sampah menjadi energi biomassa. "Yang membereskan itu kan nanti akan mendapat tipping fee, nanti sampahnya itu diolah lagi menjadi yang lain. Recycle misalnya," kata dia.
Menurut Bambang, target peningkatan rasio elektrifikasi nasional tersebut bertujuan untuk mengembangkan ekonomi berkelanjutan. Pasalnya, berbagai kegiatan ekonomi ke depannya akan menggerakan permintaan listrik.
"Bukan PLN-nya yang menggerakkan. Itulah sebabnya menetapkan target yang ambisius," ujarnya.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto