tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan optimistis rasio elektrifikasi di Indonesia pada 2019 bisa mencapai 99,9 persen.
Dia beralasan, pada 2017, rasio elektrifikasi di Indonesia mencapai 94,91 persen. Pencapaian itu melampaui target rasio elektrifikasi di 2017 yang hanya 92,75 persen. Sementara pada 2018, target rasio elektrifikasi dinaikkan dari 95,15 persen menjadi 97,5 persen.
"Kalau kinerja PLN tetap, bisa tercapai lebih. Pada akhir 2019, rasio elektrifikasi dapat capai 99,9 persen. Pada tahun lalu, ada 2.519 desa yang listriknya belum masuk sama sekali, sehingga kami akan fokus ke sana karena pemerataan penting," kata Jonan di Energy Building, Jakarta pada Selasa (6/2/2018).
Ribuan desa tersebut berada di kawasan daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T). Jonan mencatat jumlah rumah yang belum teraliri listrik di daerah 3T mencapai 400-an ribu unit.
"[ukuran akses listrik] Bukan berdasarkan jumlah desa, tapi jumlah rumah tempat tinggal. Pemerataan penggunaan energi ini sesuai dengan sila ke-5, berkeadilan sosial. Pemerintah fokus ke produsen terus sebelumnya, sekarang kita fokus ke konsumen," kata dia.
Sementara Direktur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero), Syofvi Felienty Roekman mencatat, dengan memakai ukuran data sambungan listrik ke setiap rumah, saat ini ada 3.660 desa di kawasan daerah 3T yang belum terelektrifikasi.
"Tahun lalu, [ada data] 2.500-an desa belum terlistriki. Tapi sekarang [datanya menjadi] ada 3.660 desa. Karena dulu [memakai] rasio desa, kalau satu desa sudah terlistriki, maka dianggap selesai sudah [masalah sambungan] listrik," kata Syofvi.
Menurut dia, PLN membutuhkan dana Rp16 triliun untuk mengejar target rasio elektrifikasi 2018. Selain itu, Penyaluran listrik ke ribuan desa di daerah 3T akan memanfaatkan kombinasi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Sel Surya Photovoltaik (PV), biomass dan lainnya.
"Kami butuh dana sebesar Rp 16 triliun, untuk me-listriki desa. Dulunya sebelum 2015, hanya [butuh] Rp4 triliun per tahun dengan dapat dana APBN," kata Syofvi.
Dia menambahkan dana subsidi untuk listrik dari APBN saat ini sebesar Rp47 triliun dan ditambah dana carry over dari tahun sebelumnya sebesar Rp 5 triliun. Sementara total investasi PLN per tahun sebesar Rp 120 triliun.
"Ini [subsidi] sangat jauh dibanding 2014 sekitar Rp100 triliun," ujarnya. "Ini juga sebenarnya kalau mau boleh dibilang berat, ini menantang.”
Ia melanjutkan bahwa pihaknya berkerja sama dengan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM akan membagikan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) ke 400-an ribu unit rumah di daerah 3T.
"Setelah itu, kami akan akan masukkan jaringan listrik dengan bertahap. Kesulitan PLN sekarang ini di Sulawesi, Maluku, Papua, Nusa Tenggara, karena akses memang sangat sulit. Kami enggak bisa semua pakai PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) karena transportasi susah," kata Syofvi.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom