Menuju konten utama

Bapanas Ungkap Biang Kerok Mahalnya Harga Cabai di Pasaran

Harga cabai yang kian naik disebabkan oleh penurunan produksi cabai akibat cuaca hingga adanya serangan hama.

Bapanas Ungkap Biang Kerok Mahalnya Harga Cabai di Pasaran
Pedagang menimbang cabai rawit untuk pembeli di Pasar Kamis Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Kamis (30/11/2023). ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/rwa.

tirto.id - Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), I Gusti Ketut Astawa, mengakui saat ini harga cabai kian meroket di pasar-pasar tradisional. Harga cabai yang kian naik disebabkan oleh penurunan produksi cabai akibat cuaca hingga adanya serangan hama.

"Memang kalau kita melihat kondisinya, memang terjadi penurunan produksi karena cuaca yang panas, banyak yang keriting, bahkan ada hama. Hujan ini pun, belum tentu menghasilkan sisi positif, takutnya jangan sampai ada yang busuk" ungkap Ketut kepada Tirto, Jakarta, Jumat (1/12/2023).

Ketut mengatakan, salah satu upaya menurunkan harga cabai dengan mendongkrak produksi. Hal ini bisa dicapai melalui kerja sama dengan Kementerian Pertanian.

"Makanya, ini kita minta juga untuk berkolaborasi dengan teman-teman Kementan agar mendukung para petani kita untuk berproduksi, apakah itu dengan pemberian bibit, dan lain sebagainya termasuk juga pak Mentan bergerak kecepatannya untuk berproduksi di sisi padinya gitu kan," kata Ketut.

Selain itu, dalam menangkal mahalnya harga pangan di pasaran baik itu beras maupun cabai Ketut dengan melaksanakan gerakan pangan murah (GPM). Namun, meski GPM dilakukan tidak serta merta menurunkan harga pangan.

"Di seluruh daerah provinsi maupun kabupaten kota, dari bulan Januari sampai nanti Desember 2023 selalu melaksanakan gerakan pangan murah, itu juga salah satu untuk mengendalikan harga. Walaupun, apakah harga akan turun? belum tentu karena kan sekarang kalau kita melihat cabai, cabai itu produksi terkoreksi hampir 30 persen. Cabai rawit merah, cabai merah keriting, itu terkoreksi 30 persen produksinya," ungkap Ketut.

"Otomatis, dengan produksi yang terproduksi 30 persen pasti akan harganya pun terkoreksi. Namun demikian, masyarakat pasti mesti harus tahu kita harus informasikan bahwa menurut data kami, harga cabai itu mulai Januari sampai September itu relatif di bawah acuan," lanjut Ketut.

Kedua, Ketut juga melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah atau pemda untuk melakukan antisipasi atau mengendalikan pasokan.

"Kami koordinasi dengan pemda dan setiap hari senin melakukan koordinasi dengan pemda, meminta agar pemda juga aktif melakukan gerakan-gerakan dalam rangka mengantisipasi atau mengendalikan pasokan dan kenaikan harga sehingga pemda juga harus melaksanakan secepatnya," jelas Ketut.

Ketut mengatakan, Bapanas dalam hal meredam harga pangan tidak bisa melakukan sendiri. Pihaknya tetap memerlukan bantuan mulai dari pemda dan lembaga terkait lainnya.

"Karena, Badan pangan tidak akan bisa sendiri, jadi dia harus menggerakkan semua jejaringnya yang ada di pemda walaupun mereka di bawah gubernur namun, secara fungsional, secara kerja ini masih bisa kita minta untuk mereka melakukan gerakan-gerakan atau langkah-langkah dalam rangka mengendalikan pasokan dan harga pangan," kata Ketut.

Baca juga artikel terkait HARGA CABAI NAIK atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang