Menuju konten utama

Banyak WNI Berobat ke Luar Negeri, Menkes: Tidak Usah Sakit Hati

Budi menekankan bahwa kritik terhadap persoalan ini tidak perlu direspons secara negatif justru seharusnya digunakan untuk memperbaiki diri.

Banyak WNI Berobat ke Luar Negeri, Menkes: Tidak Usah Sakit Hati
Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin selepas wawancara khusus dengan Tirto di Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta Selatan pada Selasa (27/12/2022). (Tirto.id/Farid Nurhakim)

tirto.id - Ramai diperbincangkan terkait banyaknya warga negara Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri.

Seiring itu, mulai bermunculan komentar yang membandingkan pelayanan fasilitas kesehatan di Indonesia dengan yang ada di luar negeri. Terlebih, pihak yang mengatakan bahwa berobat di luar negeri lebih murah dan cepat.

Menteri Kesehatan RI menyatakan bahwa soalan ini merupakan kritik masukan yang harus ditanggapi dengan rendah hati. “Kita gunakan kekesalan untuk perbaiki diri. Kalau ada kekurangan kita, kita gunakan seluruh energi kita,” kata Menkes Budi ditemui di Balai Sudirman, Jakarta, Selasa (14/3/2023).

Ia menekankan bahwa kritik terhadap persoalan ini tidak perlu direspons secara negatif.

“Begini kalau ada masukan dari luar, sikap kita yang paling bagus adalah dengan rendah diri kita dengar masukan itu. Kalau masukan itu ternyata berupa kritik kita tidak usah merasa sakit hati,” sambung Budi.

Sementara itu, Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti, menyatakan bahwa pelayanan dan fasilitas kesehatan di Indonesia sudah mencukupi untuk menangani pasien.

“Kita secara struktur, suplainya, alatnya itu cukup menurut saya untuk berkompetisi. Satu saja yang kalah adalah keramahtamahan dan ketelitian. Itu saja. Tapi secara umum kita enggak kalah,” ungkap Ghufron, ditemui dalam kesempatan yang sama.

Ia juga menegaskan bahwa hampir semua penyakit bisa ditangani oleh pelayanan dan fasilitas kesehatan dalam negeri.

“Umumnya kita semua sudah bisa. Indonesia hampir semua yang pergi ke luar negeri itu bisa kita tangani. Bahkan ada beberapa yang sudah ke Singapura, contohnya operasi hepar. Akhirnya kembali ke kita dan kita tangani bisa. Di sana nggak sembuh,” kata Ghufron.

Sebelumnya, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama menyatakan untuk beberapa pemeriksaan dan pengobatan tertentu, negara tetangga memiliki beban biaya yang lebih murah.

Lebih mahalnya harga pengobatan di Indonesia, menurutnya tak lepas dari harga alat kesehatan yang juga terlampau mahal.

“Walaupun saya tidak punya data perbandingan angka secara pasti. Untuk ini salah satu penjelasannya adalah harga alat kedokteran yang memang lebih mahal di Indonesia daripada di sebagian negara tetangga,” kata Yoga dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.

Yoga menilai perlu ada pembenahan fundamental dalam sisi kebijakan agar biaya obat dan alat kesehatan di dalam negeri tidak mahal. “Juga jelas perlu ada keberpihakan kebijakan pemerintah untuk semua insan kesehatan,” sambungnya.

Baca juga artikel terkait BEROBAT KE LUAR NEGERI atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Restu Diantina Putri