Menuju konten utama

Bahlil Ungkap Pemerintah Terus Fokus Hilirisasi Tambang & Pangan

Pemerintah terus fokus mendorong investasi di bidang hilirisasi, bukan hanya untuk komoditas tambang tetapi juga komoditas pangan.

Bahlil Ungkap Pemerintah Terus Fokus Hilirisasi Tambang & Pangan
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan sambutan di hadapan pelaku usaha saat Pemberian Nomor Induk Berusaha (NIB) Pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Perseorangan di Gelanggang Mahasiswa Universitas Sumatera Utara, Medan, Sumatera Utara, Kamis (21/7/2022). ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/WS/tom.

tirto.id - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan pemerintah terus fokus mendorong investasi di bidang hilirisasi, bukan hanya untuk komoditas tambang tetapi juga komoditas pangan. Hal itu disampaikan Bahlil dalam acara Expose dan Launching Peta Peluang Investasi 2022 sebagaimana dipantau secara daring di Jakarta, Jumat (16/12/2022).

“Kami jujur katakan untuk terus fokus pada hilirisasi. Dan tahun ini kita berpikir kita mulai menyetop beberapa komoditas seperti timah dan pangan. Dan hilirisasi ini kita lakukan tidak hanya di komoditas tambang tapi juga di komoditas pangan," katanya dikutip dari Antara.

Bahlil mengklaim tim deputi hilirisasi Kementerian Investasi juga sudah mulai merancang program hilirisasi pangan. Dia menjelaskan hilirisasi merupakan jalan Indonesia untuk keluar dari negara berkembang menjadi negara maju. Tidak hanya itu, dia menilai langkah tersebut merupakan salah satu cara Indonesia menjadi negara industrialis.

"Sekarang pendapatan per kapita kita kurang lebih 4.500 dolar AS, kita mau dorong menjadi 9-10 ribu dolar AS dan itu membutuhkan pekerjaan berkualitas, salah satunya adalah hilirisasi," bebernya.

Bahlil mencontohkan hilirisasi yang telah dilakukan terhadap nikel. Dia mengklaim hal itu mampu mendorong penciptaan nilai tambah yang signifikan. Pada 2017-2018, ekspor produk turunan nikel hanya berkontribusi sekitar 3,3 miliar dolar AS. Kebijakan hilirisasi yang dilakukan pemerintah kemudian berhasil mendongkrak kinerja ekspor di mana pada tahun 2021 ekspor produk turunan nikel mencapai 20,9 miliar dolar AS.

“Tahun ini kita targetkan sekitar 27-30 miliar dolar AS. Ini baru satu komoditas, dan ini kita akan bangun ekosistem EV battery. Kita sekarang bangun ekosistem dari mining (pertambangan), smelter, HPAL, prekursor, katode, battery cell hingga recycle, termasuk mobilnya,” kata Bahlil.

Upaya mendorong hilirisasi juga ditunjukkan Kementerian Investasi melalui peluncuran 22 proyek investasi prioritas senilai Rp37,32 triliun. Ke 22 proyek yang siap ditawarkan itu berisi masing-masing 11 proyek yang fokus untuk penciptaan nilai tambah di sektor sumber daya alam dan industri manufaktur.

Berikut 22 Proyek Investasi:

  1. Proyek pembangkit listrik tenaga surya di Banten
  2. Proyek pembangkit listrik tenaga surya di Kalimantan Timur.
  3. Agribisnis peternakan sapi potong di NTT.
  4. Perkebunan tebu terintegrasi di Sumatera Selatan.
  5. Agribisnis peternakan sapi pedaging di NTB
  6. Hortikultura komoditas jeruk siam madu di Sumatera Utara.
  7. Proyek tanaman pangan budidaya kedelai di Sulawesi Selatan.
  8. Hortikultura perkebunan pisang terintegrasi di Jawa Timur.
  9. Budi daya udang di NTB.
  10. Perikanan tangkap terintegrasi di Maluku.
  11. Budi daya rumput laut di Sulawesi Selatan.

Sektor industri manufaktur:

  1. Industri pengolahan jagung untuk pakan ternak di Gorontalo.
  2. Industri bioetanol di Jawa Timur.
  3. Industri logam tembaga di Jawa Timur.
  4. Industri alat dan mesin pertanian di Jawa Timur.
  5. Industri motor listrik untuk kendaraan listrik di Jawa Barat.
  6. Industri garam farmasi di Jawa Timur.
  7. Industri ban pesawat terbang dari karet alam di Jawa Barat.
  8. Industri alat kesehatan dari karet alam di Sumatera Utara.
  9. Industri wing in ground di Kepulauan Riau
  10. Industri bahan baku komponen elektronika di Kalimantan Barat.
  11. Industri panel surya di Banten.

Baca juga artikel terkait HILIRISASI NIKEL

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin