tirto.id - Rabu (6/3/20-18) Sergei Skripal dan anaknya, Yulia, mengunjungi pusat kota Salisbury. Di antara pukul 13.30 dan 16.00 waktu Inggris keduanya mengunjungi restoran Zizi di Jalan Castle dan pergi ke sejumlah tempat belanja.
Sekitar pukul 16.15 seseorang menghubungi nomor darurat, mengabarkan Skripal dan Yulia ditemukan terkapar di sebuah bangku umum. Keduanya terlihat tak sadarkan diri, muntah-muntah, kejang sekaligus kaku, seperti tak bisa mengendalikan tubuh sendiri. Sejumlah petugas paramedis ke lokasi untuk melakukan pertolongan pertama. Tak lama kemudian keduanya dibawa ke rumah sakit terdekat.
Sebelum pukul 18.00 kepolisian Salisbury merilis kondisi kritis Skripal dan Yulia dan kemungkinan bahwa keduanya diracun. Mendekati pukul 20.30 polisi mulai memeriksa bangku dan lokasi sekitar kejadian dengan lebih serius. Media nasional belum menghebohkan kejadian ini. Publik Inggris juga masih adem ayem.
Baru pada keesokan harinya diketahui jika kedua korban bukanlah orang sembarangan. Sergei Skripal adalah seorang mantan pegawai intelijen militer Rusia, sekaligus berperan sebagai agen ganda bagi badan intelijen Britania Raya selama 1990-an dan 2000-an, demikian laporan Guardian.
Kasus ini memanaskan tensi hubungan diplomatik Inggris dan Rusia, terutama usai Perdana Menteri Theresa May menyatakan bahwa sangat mungkin pemerintahan Presiden Vladimir Putin menjadi dalang di balik peracunan Skripal dan anaknya. Skripal dan Yulia tak meninggal, tapi kini masih dalam kondisi kritis.
May merujuk pada hasil penelitian otoritas Inggris yang menyimpulkan bahwa racun yang dipakai untuk menyerang Skripal dan Yulia adalah jenis “nerve agent” atau racun yang menyerang saraf. Racun ini hanya diproduksi oleh militer Rusia. Rusia mengaku tidak lagi membuat racun semacam itu, namun May menyatakan bukan berarti Rusia sudah kehilangan kemampuan untuk memproduksinya.
Nama racun tersebut adalah Novichok. Dalam catatan Live Science, Novichok berarti “pendatang baru”. Dulu dibuat untuk pada dekade 1970-an dan 1980-an. Novichok mengandung zat yang mampu memengaruhi enzim yang dipakai sistem saraf untuk mengikat otot. Racun itu membuat kemampuan enzim berkurang drastis, sehingga korban tak mampu mengendalikan ototnya.
Saat otot tak berfungsi, korban tak bisa bernapas, dan jika tak segera ditangani maka otomatis akan meninggal. Tanda-tandanya antara lain kejang-kejang, muntah-muntah, mengeluarkan banyak liur dan air mata, serta jantung berhenti berdetak.
Novichok yang berasal dari dua komponen non-racun bisa berbentuk bubuk. Jika terhirup, gejalanya akan timbul dalam kurun waktu 30 detik hingga 2 menit. Saking mengerikannya racun ini, fakta bahwa Skripal dan Yulia masih hidup bisa dianggap mukjizat.
Pada Kamis (15/3/2018), lapor CNN, May menyatakan akan mendepak 23 diplomat Rusia. Pernyataan May makin membuat hubungan diplomatik kedua negara tegang. May telah menegaskan bahwa Rusia memang punya rekam jejak pembunuhan para pembelot. May tak terima jika kejadian tersebut terjadi di teritori negaranya.
“Menurut rekam jejaknya, Rusia pernah melakukan pembunuhan terencana yang disponsori negara, dan kami menilai bahwa Rusia menganggap sejumlah pembelot sebagai target yang sah untuk dibunuh. Ada kemungkinan juga Rusia secara ceroboh membiarkan racun tersebut jatuh ke tangan yang salah,” kata May sebagaimana dikutip New York Times.
May tak keliru. Merujuk Guardian, kematian tak wajar para pembelot Rusia di tanah Ratu Elizabeth sudah terjadi sejak 1978. Korbannya adalah Georgi Markov, penulis yang amat kritis terhadap rezim komunis Bulgaria, negara kelahirannya.
Tulisan-tulisannya yang anti-komunis beredar ke seluruh Eropa, dan tak disukai oleh pemerintah Bulgaria. Markov otomatis berada dalam posisi yang berbahaya, mengingat Perang Dingin kala itu dijalankan dengan teramat keras oleh rezim Bulgaria maupun rezim komunis Uni Soviet selaku markas pusat. Markov pun memutuskan untuk membelot. Pada awal 1970-an, ia pindah ke Inggris.
Pada tanggal 7 September 1978 Markov sedang berjalan di Jembatan Waterloo, London, menuju halte bus menuju tempat kerjanya di BBC. Tiba-tiba ia merasa sengatan di kaki kanannya, seperti digigit serangga. Saat menoleh ke belakang ia melihat seorang laki-laki mengambil payung yang tergeletak di jalan.
Usai mendapat perawatan di rumah sakit dan pemeriksaan oleh polisi berjalan, ditemukan bahwa laki-laki itulah yang menembak Markov dengan senapan berbentuk payung yang berisi peluru beracun. Markov makin kritis, lalu meninggal pada tanggal 11 September 1978. Hasil investigasi juga menyebutkan bahwa pelakunya didiuga sebagai polisi rahasia Bulgaria yang dimintai bantuan oleh badan intelijen Soviet, KGB.
Kasus Skripal bukan yang pertama menyeret nama Putin. Sejak awal berkuasa sebagai presiden maupun perdana menteri Rusia, ia terseret setidaknya enam kasus kematian tak wajar dari lawan-lawan politiknya.
Ada Alexander Litvinenko, mantan anggota dinas intelijen asing Rusia yang membelot ke Inggris. Ia meninggal pada tanggal 23 November 2006 usai kritis akibat meminum teh beracun di hotel Millenium, London. Pelakunya diduga kuat adalah mantan anggota badan intelijen Soviet, Andrei Lugovoy. Litvinenko memang dikenal amat kritis pada Putin dan melayangkan beberapa tuduhan korupsi ke tubuh pemerintahan.
Kedua, German Gorbuntsov, bankir yang diasingkan oleh pemerintah Rusia. Pada bulan Maret 2012 di London sebelah timur, empat butir peluru dari pistol berperedam menembus tubuhnya. Untungnya ia selamat dan sejak saat itu mendapat pengawalan ketat selama 24 jam. Gorbuntsov menyatakan pelakunya adalah mantan rekan bisnis Gorbuntsov yang juga teman Putin.
Ketiga, Alexander Perepilichny, seorang pebisnis yang sedang dalam upaya mengungkap kasus pencurian $230 juta dari kas pemerintah Rusia. Pada bulan November 2012 ia jatuh sakit dan setelah diperiksa ada racun dalam perutnya. Ia diduga diracun lewat makanan, dan akhirnya meninggal di bulan dan tahun yang sama. Kemungkinan pelakunya adalah orang suruhan atau yang dekat dengan Putin.
Terakhir, Boris Berezovsky, bilyuner yang diasingkan dari Rusia dan menghabiskan puluhan tahun sebagai lawan politik Putin. Ia ditemukan bunuh diri dengan cara gantung diri di apartemennya di rumahya di Berkshire, Inggris, pada 23 Maret 2013. Ia depresi karena usahanya bangkrut. Namun kecurigaan ada hubungannya dengan Putin tetap merebak.
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Windu Jusuf