Menuju konten utama

Bagaimana Nasib Sriwijaya Air jika Cerai dengan Garuda Indonesia?

Kerja sama antara Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air sudah berada di ujung tanduk. Berbagai masalah pun mungkin muncul.

Bagaimana Nasib Sriwijaya Air jika Cerai dengan Garuda Indonesia?
Pesawat Sriwijaya Air. FOTO/en.wikipedia.org

tirto.id - Kerja sama yang dijalin antara maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air sejak Desember 2018 agaknya sudah di ujung tanduk. Logo Garuda di badan pesawat Sriwijaya—tanda aliansi keduanya—kini mulai dipreteli.

Pernyataan Vice President Corporate Secretary PT Garuda Indonesia Tbk. M. Ikhsan Rosan menegaskan asumsi itu. Menurutnya pencopotan logo Garuda di pesawat Sriwijaya adalah upaya mereka menjaga citra merek.

"Pencabutan logo semata-mata dilakukan untuk memastikan logo Garuda sesuai dan menjadi representasi tingkat safety dan layanan yang kami hadirkan," kata Ikhsan kepada reporter Tirto, Kamis (26/9/2019).

Retaknya hubungan antara Garuda dan Sriwijaya juga tercium ketika tiga pejabat Garuda yang masuk ke dalam jajaran direksi Sriwijaya—sebagai bentuk kerja sama manajemen (KSM)—dicopot Dewan Komisaris Sriwijaya pada 10 September lalu.

Mereka adalah Joseph Andrian Saul yang menjabat sebagai Dirut Sriwijaya Air; Harkandri M. Dahler selaku Direktur Sumber Daya Manusia dan Layanan Sriwijaya; dan Joeph K. Tendean, Direktur Komersial Sriwijaya.

Kementerian BUMN pun bereaksi. Mereka menggelar rapat bersama dengan para pemegang saham Sriwijaya Air.

Dalam rapat tertutup itu, hadir juga perwakilan dari Garuda, Citilink, Bank BNI, Pertamina, dan GMF AeroAsia.

Semua pejabat yang hadir dalam rapat itu tidak memberikan pernyataan apa pun soal hasil pertemuan. Yang pasti, agenda rapat itu adalah meminta penjelasan dari para pemegang saham Sriwijaya Air.

Kendati duduk perkara ribut-ribut ini belum terang, Ikhsan Rosan memastikan Garuda ingin Sriwijaya tetap beroperasi, apalagi nilai piutang Garuda di Sriwijaya cukup besar.

"Kami masuk mau mengamankan piutang kami ke Sriwijaya. Kami sebenarnya enggak mau cut, ambil aset ambil ini itu, kami enggak seperti itu. Poinnya Anda [Sriwijaya] sehat dan bisa bayar utang. Itu cukup," kata Ikhsan.

Ikhsan mengklaim performa Sriwijaya lebih baik setelah bermitra dengan Garuda. Terbukti dari jumlah utang yang sudah dibayarkan dalam satu tahun terakhir yang mencapai Rp436 miliar hingga September 2019.

"Sebenarnya tidak [mau putus hubungan]. Dalam kaitan KSM kami komitmen. Bahwa kalau memang mau mengikuti kerja sama dengan KSM. Ya, kami tetap ingin tetap lanjutkan KSM," tuturnya.

Nasib Sriwijaya?

Pengamat penerbangan Alvin Lie menilai perseteruan itu jelas membikin was-was pekerja Sriwijaya, sebab, katanya kepada reporter Tirto, mereka mungkin "kehilangan mata pencaharian."

Ribut-ribut dengan Garuda mungkin membuat Sriwiyaja semakin sulit melunasi utang yang cukup besar kepada sejumlah BUMN. Dan salah satu solusi pintasnya adalah efisiensi jumlah pekerja.

Sebelum bermitra dengan Garuda, Sriwijaya terlilit utang sangat besar. Kreditur Sriwijaya di antaranya adalah Garuda Indonesia Group. Per September 2018, utang Sriwijaya ke Garuda mencapai 9,33 juta dolar AS.

Selain Garuda, Sriwijaya juga berutang ke Pertamina senilai Rp942 miliar dan BNI Rp585 miliar.

Per Juni 2019, utang Sriwijaya ke Garuda melonjak menjadi 118,79 juta dolar AS atau setara dengan Rp1,68 triliun (asumsi Rp14.152 per dolar AS).

Pengangkatan direksi Garuda dalam pengurusan Sriwijaya yang disebutkan di atas bertujuan untuk menyelamatkan piutang Garuda Indonesia Grup di Sriwijaya senilai 55,39 juta dolar AS per 31 Desember 2018.

Masalah lain yang mungkin muncul adalah kasus hukum. Asosiasi Serikat Pekerja Sriwijaya Air (Aspersi) mengancam membawa kasus pencopotan pejabat Garuda di susunan direksi Sriwijaya ke pengadilan. Mereka menilai kasus itu melanggar perjanjian KSM karena diputuskan sepihak.

"Kami siap melakukan tindakan industrial apabila kekisruhan yang terjadi di PT Sriwijaya Air tidak dapat terselesaikan," jelas Ketua Umum ASPERSI Pritano Ade Saputro.

Senior Manager of Corporate Communication Sriwijaya Air Retri Maya tidak merespons pesan yang dikirimkan reporter Tirto yang berupaya mengkonfirmasi soal kelanjutan KSM itu.

Terlepas dari potensi masalah yang mungkin muncul, manajemen Sriwijaya Air memastikan operasi Sriwijaya dan NAM Air masih normal. Sriwijaya Air juga masih membuka pemesanan tiket pesawat bagi para pelanggan.

"Kami masih berkomitmen menjaga operasional penerbangan dengan tetap mengedepankan aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan dalam setiap penerbangan," kata Rifai Taberi, Direktur Komersial Sriwijaya Air dalam keterangan resminya, Kamis (26/09/2019).

Baca juga artikel terkait KISRUH SRIWIJAYA AIR atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Bisnis
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Ringkang Gumiwang