tirto.id - Ramadan telah tiba dan di bulan suci ini umat Islam diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Berpuasa merupakan salah satu dari lima rukun Islam.
Puasa bagi orang Islam adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim.
"Orang yang berpuasa adalah orang yang selalu berbanding lurus sikapnya untuk berbuat kebajikan bagi orang banyak. Amal shaleh harus lahir dari orang yang berpuasa," jelas Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.
Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn
Ayyāmam ma'dụdāt, fa mang kāna mingkum marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, wa 'alallażīna yuṭīqụnahụ fidyatun ṭa'āmu miskīn, fa man taṭawwa'a khairan fa huwa khairul lah, wa an taṣụmụ khairul lakum ing kuntum ta'lamụn
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
"(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui," [QS. Al-Baqarah: 183-1834].
Setelah mengakhirkan makan sejak terbitnya waktu fajar, berbuka puasa tentu menjadi waktu yang paling ditunggu-tunggu.
Di antara hal yang dianjurkan saat puasa adalah menyegerakan waktu untuk berbuka puasa dan ini hukumnya sunah.
Kita juga dianjurkan untuk menyegerakan waktu berbuka puasa, seperti sabda Rasulullah SAW:
"Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan waktu berbuka." (Musttaraqun ‘alaih)
Di saat berbuka, maka yang pertama dilakukan adalah membaca doa buka puasa terlebih dahulu.
Doa Buka Puasa Ramadhan
Terkait bacaan doa berbuka puasa, ada beberapa versi yang dijelaskan dalam beberapa hadis. Doa yang populer dihafalkan oleh masyarakat kita adalah sebagai berkut:
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْرْتُ
Bacaan latinnya: allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika aftortu.
Artinya: “Yaa Allah, kepada Mu aku berpuasa dan kepada Mu aku berbuka”. (HR. Abu Daud)
Doa buka puasa kedua adalah:
ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ
Bacaan latinnya: Dzahaba-zh zama’u, wabtalati-i ‘uruuqu wa tsabata-l ajru, insyaa allah.
Artinya: “Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah dan telah diraih pahala, insyaa allah” (HR. Abu Daud).
Hal yang sering disalahpahami banyak orang adalah tentang pelaksanaan membaca doa ini.
Umumnya masyarakat membaca doa buka puasa ini sebelum menyantap makanan atau meminum minuman di saat masuk waktu maghrib. Padahal, cara membaca doa yang paling benar adalah membacanya ketika setelah selesainya berbuka puasa.
Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab Hasyiyah I’anah at-Thalibin:
“Maksud dari (membaca doa buka puasa) “setelah berbuka” adalah selesainya berbuka puasa, bukan (dibaca) sebelumnya dan bukan saat berbuka,” (Syekh Abu Bakar Muhammad Syatha, Hasyiyah I’anah at-Thalibin, juz 2, hal. 279).
Editor: Addi M Idhom