tirto.id - Surah Al-Isra ayat 1 merupakan salah satu ayat di dalam Al-Qur'an yang mengisahkan tentang terjadinya peristiwa Isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa Isra dan Mikraj juga diceritakan di dalam Surah An-Najm ayat 13-18. Namun, ayat Surah An-Najm ini lebih khusus mengisahkan tentang peristiwa Mikraj Rasululullah SAW.
Isra dan Mikraj merupakan salah satu momentum penting bagi umat Islam, di mana Allah SWT memberikan perintah langsung melalui Nabi Muhammad SAW berupa pengerjaan salat wajib 5 waktu kepada umat-Nya.
Latar Belakang dan Peristiwa Isra Mikraj Sekilas
Isra dan Mikraj paling umum diyakini terjadi pada 27 Rajab 621 Masehi. Peristiwa ini berlangsung setelah tahun kesedihan Nabi Muhammad SAW.
Tahun kesedihan adalah tahun di mana kedua orang tersayang Rasulullah SAW, yakni sang paman sebagai pelindung, Abu Thalib dan istri tercinta, Khadijah bin Khuwailid meninggal dunia.
Peristiwa Isra dan Mikraj adalah bentuk hiburan dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad yang melewati tahun kesedihan.
Dikutip dari buku Muhammad: Biografi Singkat oleh Rogerson (2013:145), Isra dan Mikraj adalah hadiah Allah sekaligus pembuktian Nabi Muhammad SAW mengikuti jalur para nabi terdahulu.
Isra dan Mikraj secara sederhana dibagi ke dalam dua peristiwa, yakni Isra dan Mikraj.
Isra dimaknai dengan perjalanan malam hari yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW dari Ka’bah (Makkah) menuju Baitul Maqdis (Yerusalam/Madinah).
Sementara Mikraj dimaknai dengan kenaikan, di mana Allah SWT mengangkat Nabi Muhammad SAW dari Baitul Maqdis melewati langit ke-7 menuju Sidratul Muntaha.
Peristiwa Mikraj ini yang nantinya memunculkan adanya perintah salah wajib 5 waktu bagi umat Islam.
Amalan dan Hikmah Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW
Umat Islam seluruh dunia baru-baru ini sedang merayakan peristiwa Isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW. Kemuliaan Isra Mikraj dapat diperoleh dengan melakukan amalan zikir.
Salah satu zikir yang dapat dilakukan dan dicontoh oleh Nabi Ibrahim AS kepada Rasulullah SAW sewaktu Mikraj sebagai berikut:
Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Ayyub Al-Anshari, Rasulullah SAW menceritakan peristiwa pertemuannya dengan Nabi Ibrahim AS pada saat Mikraj.
Di langit ketujuh, Nabi Ibrahim AS mengajarkan zikir ini kepada Nabi Muhammad yang lafalnya dibaca sebagai berikut:
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
Arab Latin:
La haula walaa quwwata illa billah
Artinya:
"Tidak ada daya [dalam menjauhi maksiat] dan tidak ada upaya [menjalankan ketaatan] melainkan dengan pertolongan Allah"
Nabi Ibrahim AS berkata kepada Rasulullah:
“Perintahkanlah pada umatmu untuk membiasakan memperbanyak [bacaan zikir itu] yang nantinya akan menjadi tanaman surga, tanahnya begitu subur, juga lahannya begitu luas,” (H.R. Ahmad).
Sementara itu, hikmah paling penting dari peristiwa Isra dan Mikraj adalah perintah mengerjakan salat wajib 5 waktu.
Perintah ini diterima oleh Nabi Muhammad SAW secara langsung dari Allah SWT, tanpa adanya perantara dari Malaikat Jibril. Hal ini menunjukkan bahwa salat memiliki kedudukan penting, yakni sebagai tiang agama umat Islam.
Ayat-ayat Al Quran tentang Peristiwa Isra dan Mikraj
1. Surah Al-Isra Ayat 1
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ - ١
Arab Latin:
sub-ḥānallażī asrā bi’abdihī lailam minal-masjidil-ḥarāmi ilal-masjidil-aqṣallażī bāraknā ḥaulahụ linuriyahụ min āyātinā, innahụ huwas-samī’ul-baṣīr
Artinya:
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al Isra [17]:1)
2. Surah An-Najm Ayat 13-18
وَلَقَدْ رَاٰهُ نَزْلَةً اُخْرٰىۙ - ١٣
Arab Latin:
Wa laqad ra`āhu nazlatan ukhrā
Artinya:
“Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,” (QS. An Najm [53]:13)
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى - ١٤
Arab Latin:
‘inda sidratil-muntahā
Artinya:
“(Yaitu) di Sidratul Muntaha,” (QS. An Najm [53]:14)
عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوٰىۗ - ١٥
Arab Latin:
‘indahā jannatul-ma`wā
Artinya:
“Di dekatnya ada surga tempat tinggal,” (QS. An Najm [53]:15)
اِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشٰىۙ - ١٦
Arab Latin:
Iż yagsyas-sidrata mā yagsyā
Artinya:
“(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya,” (QS. An Najm [53]:16)
مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى - ١٧
Arab Latin:
Mā zāgal-baṣaru wa mā ṭagā
Artinya:
“Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.” (QS. An Najm [53]:17)
لَقَدْ رَاٰى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرٰى - ١٨
Laqad ra`ā min āyāti rabbihil-kubrā
Artinya:
“Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar. (QS. An Najm” [53]:18)
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno