tirto.id - Gelaran Olimpiade Tokyo 2020 (2021) tinggal menghitung hari. Kejuaraan olahraga multi event terbesar di dunia itu akan dihelat mulai 23 Juli sampai 8 Agustus 2021. Sementara khusus cabang badminton atau bulutangkis akan berlangsung 24 Juli-2 Agustus di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang.
Secara keseluruhan cabang badminton Olimpiade tahun ini melibatkan total 173 atlet dari 50 negara. Mereka akan berjuang menjadi yang terbaik demi memperebutkan medali dari 5 sektor yang dipertandingkan, yakni: tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.
Jika dirinci lebih jauh tunggal putra melibatkan 42 pemain dari 37 negara. Tunggal putri diikuti 43 pemain dari 37 negara. Ganda putra dan ganda putri masing-masing melibatkan 32 atlet (16 pasangan) dari 14 negara. Sementara partisipan ganda campuran terdiri 32 atlet (16 pasangan) dari 15 negara.
Berbeda dengan seri turnamen BWF pada umumnya yang hanya mengenal 8 peserta unggulan. Kontestan berstatus unggulan dalam Olimpiade 2020 memiliki jumlah yang bervariasi pada tiap sektor. Nomor tunggal (putra dan putri) masing-masing memiliki 16 pemain unggulan, sementara nomor ganda (putra/putri/campuran) hanya memiliki 4 pasangan unggulan.
Tiap kontestan akan mengawali kiprah dari babak penyisihan grup. Sektor tunggal dibagi dalam 14 grup, sementara sektor ganda dibagi 4 grup.
Khusus nomor tunggal, hanya juara grup yang berhak lolos ke fase gugur. Grup yang dihuni pemain unggulan 1 dan 2 (Grup A dan Grup P) langsung lolos ke perempat final. Sementara sisa juara grup yang lain harus mengawali babak knockout dari fase 16 besar.
Aturan lebih kompleks berlaku pada sektor ganda. Total 16 kontestan terbagi dalam 4 grup (A, B, C, D), masing-masing grup terdiri dari 4 pasang kontestan. Unggulan 1 masuk Grup A, sementara unggulan 2 di Grup D.
Tiap grup akan meloloskan 2 wakil, yakni juara dan runner-up grup ke babak perempat final. Dalam bagan knockout, pasangan juara Grup A akan menempati pool atas, sementara juara Grup D menempati pool bawah. Adapun posisi pool untuk juara Grup B dan C akan diundi. Para juara grup akan menghadapi runner-up grup di babak 8 besar.
Proses pengundian posisi pool juga diberlakukan kepada seluruh pasangan yang lolos 8 besar dengan status runner-up grup. Sistem ini diberlakukan BWF demi menutup peluang bagi peserta yang berniat memilih lawan di fase gugur.
Sedangkan untuk menentukan posisi klasemen di fase grup, BWF mendasarkan pemeringkatan dari jumlah laga yang dimenangkan, jumlah set/gim yang dimenangkan, dan terakhir jumlah selisih poin yang didapat. Aturan ini diberlakukan jika terdapat 3 peserta memiliki jumlah kemenangan yang sama pada klasemen akhir.
Namun jika jumlah kemenangan yang sama hanya melibatkan 2 kontestan, maka pemeringkatan bakal menggunakan hasil keunggulan head to head.
Untuk lebih jelas terkait aturan laga klasemen grup badminton yang menerapkan sistem round robin, dapat dibaca pada Statuta BWF poin 16.2 dan 16.3.
Sistem dan aturan cabang badminton di Olimpiade mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sejak pertama kali resmi dipertandingkan pada Olimpiade Barcelona 1992 hingga Olimpiade Rio 2016 lalu.
Saat resmi dipertandingkan dalam Olimpiade 1992, cabang badminton hanya memiliki 4 sektor, yakni: tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, dan ganda putri. Sementara nomor ganda campuran secara resmi baru masuk pada Olimpiade Atlanta 1996.
Indonesia mendulang 2 emas dalam Olimpiade 1992, lewat tunggal putri Susi Susanti dan tunggal putra Alan Budikusuma. Sementara Olimpiade 1996, Merah Putih membawa pulang 1 emas lewat ganda putra Ricky Subagja/Rexy Mainaky.
Pada periode tersebut pertandingan cabang badminton Olimpiade belum menerapkan sistem penyisihan grup. Sektor tunggal (putra/putri) langsung diawali dengan fase gugur babak 64 besar, sedangkan nomor ganda (putra/putri/campuran) mulai babak 32 besar.
Ketika itu penghitungan skor juga masih menggunakan sistem pindah bola 15 poin untuk sektor ganda dan tunggal putra, lalu 11 poin khusus tunggal putri. Dalam sistem poin ini peserta baru bisa mendapat poin jika dalam posisi servis.
Sementara sistem rally poin 21 seperti yang dikenal saat ini, baru diberlakukan pada Olimpiade Beijing 2008. Berbeda dengan sistem pindah bola, rally poin memungkinkan pemain dari kedua sisi baik pemukul servis atau penerima servis bisa mendulang angka.
Ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan menjadi pebulutangkis Indonesia pertama yang berhasil meraih medali emas Olimpiade menggunakan sistem rally poin 21.
Sebaliknya, tunggal putra Taufik Hidayat menjadi wakil Merah Putih terakhir yang menyabet emas Olimpiade saat masih menggunakan sistem pindah bola 15 poin, yakni dalam Olimpiade Athena 2004.
Pertandingan badminton Olimpiade yang diawali dengan laga babak penyisihan grup, baru diterapkan pada Olimpiade London 2012. Awalnya BWF menggunakan skema pertemuan juara grup vs runner-up grup di babak knockout tanpa menggunakan proses undian.
Namun kemudian pada praktinya muncul tuduhan terhadap beberapa kontestan yang dianggap ‘mengesampingkan’ fairplay agar dapat memilih lawan di fase gugur. Kasus ini mendasari BWF menerapkan kebijakan undian untuk menentukan posisi peserta dalam bagan pool fase knockout.
Selain dalam Olimpiade, proses pengundian posisi pool babak knockout usai fase grup, juga berlaku pada sejumlah turnamen BWF lain, seperti: Piala Thomas-Uber, Piala Sudirman, dan BWF World Tour Finals.
Jumlah sektor 4: Tunggal (putra/putri), Ganda (putra/putri)
Fase awal: Sektor tunggal babak 64 besar, sektor ganda 32 besar
Sistem skor: Pindah bola 15 poin/11 poin
Olimpiade Atlanta 1996
Jumlah sektor 5: Tunggal (putra/putri), Ganda (putra/putri/campuran)
Fase awal: Sektor tunggal 64 besar, sektor ganda 32 besar
Sistem skor: Pindah bola 15 poin/11 poin
Olimpiade Sydney 2000
Jumlah sektor 5: Tunggal (putra/putri), Ganda (putra/putri/campuran)
Fase awal: Unggulan sektor tunggal masuk 32 besar, non-unggulan 64 besar. Unggulan sektor ganda masuk 16 besar, non-unggulan 32 besar.
Sistem skor: Pindah bola 15 poin/11 poin
Olimpiade Athena 2004
Jumlah sektor 5: tunggal (putra/putri), ganda (putra/putri/campuran)
Fase awal: Sektor tunggal semua kontestan mengawali dari 32 besar. Sektor ganda, pasangan unggulan masuk 16 besar, non-unggulan babak 32 besar.
Sistem skor: Pindah bola 15 poin/11 poin
Olimpiade Beijing 2008
Jumlah sektor 5: tunggal (putra/putri), ganda (putra/putri/campuran)
Fase awal: Unggulan sektor tunggal masuk 16 besar, non-unggulan mulai 32 besar. Sementara semua kontestan sektor ganda memulai dari babak 16 besar.
Sistem skor:Rally point 21
Olimpiade London 2012
Jumlah sektor 5: tunggal (putra/putri), ganda (putra/putri/campuran)
Fase awal: Sektor tunggal fase grup (16 grup), tiap juara grup lolos 16 besar. Sektor ganda fase grup (4 grup), tiap juara dan runner-up grup lolos perempat final.
Sistem skor:Rally point 21
Olimpiade Rio 2016
Jumlah sektor 5: tunggal (putra/putri), ganda (putra/putri/campuran)
Fase awal: Sektor tunggal fase grup (13 grup), grup dari 3 unggulan teratas langsung ke 8 besar, sisanya masuk 16 besar. Sektor ganda fase grup (4 grup), juara dan runner-up lolos 8 besar. Juara Grup A ke pool atas, juara Grup D ke pool bawah. Juara Grup B dan C, serta semua pasangan runner-up dilakukan undian posisi pool.
Sistem skor:Rally point 21
Olimpiade Tokyo 2020
Jumlah sektor 5: tunggal (putra/putri), ganda (putra/putri/campuran)
Fase awal: Sektor tunggal fase grup (14 grup), tiap juara grup lolos fase gugur. Juara Grup A dan P langsung masuk 8 besar, sisanya mengawali dari 16 besar. Sektor ganda fase grup (4 grup), juara dan runner-up lolos 8 besar. Berlaku sistem undian yang sama seperti Olimpiade 2016.
Sistem skor:Rally point 21
Editor: Iswara N Raditya