tirto.id - Astronom menemukan sebuah planet raksasa, setara dengan planet Jupiter (planet terbesar di tata surya) di suatu area yang tak terduga dan orbitnya mengelilingi sebuah bintang kerdil merah.
Penemuan ini kembali menimbulkan pertanyaan bagi para astronom mengenai bagaimana planet terbentuk. Fenomena ini dapat dikatakan langka, karena planet yang super besar berporos pada bintang kerdil, demikian seperti dilansir Space.
Bintang merah kerdil (red dwarfs) adalah tipe bintang paling umum di alam semesta. Bintang merah kurcaci memiliki persentase 70 persen di cosmos, merupakan bintang kecil dan dingin, yang energinya hanya seperlima matahari dan 50 kali lipat lebih redup.
Meskipun begitu, exoplanet yang dideteksi astronom hingga hari ini rata-rata berporos pada bintang merah kerdil yang disebut GJ 3512 ini.
Temuan ini diperoleh dari hasil pantauan ilmuwan yang menemukan planet gas raksasa, disebut GJ 3512b, yang massanya hampir sama seperti Jupiter. GJ 3512b disebut terlalu besar untuk ukuran planet yang mengorbit pada bintang kerdil seperti itu.
Sebagai pembanding, matahari memiliki massa 1,050 kali lipat dari jupiter, sedangkan bintang kerdil GJ 3512 memiliki massa 20 kali lipat lebih besar dari planet GJ 3512b.
"Badan Statistik Exoplanet menemukan bahwa bintang dengan massa kecil umumnya menjadi tumpuan bagi planet-planet kecil seperti bumi atau mini-neptunus. Model perumusan yang dbuat astronom juga menrujuk ke paten tersebut. Namun, penemuan ini menunjukkan sebaliknya, yaitu planet gas raksasa ditemukan mengorbit pada bintang kerdil dengan massa kecil," kata Carlos Morales, astrofisika di Institute of Space Sciences di Barcelona, Spanyol.
Selain itu, ilmuwan juga menemukan adanya kecenderungan bahwa ada planet lainnya yang massanya enam kali lipat lebih besar dari Jupiter yang mengorbit ke bintang GJ 3512.
Menurut laman EarthSky, planet ini berjarak 30 juta tahun cahaya jauhnya dari bumi. Ilmuwan menyebut seharusnya planet seperti ini tidak ada, sehingga ilmuwan harus meneliti lebih lanjut mengenai eksistensi planet ini.
Ilmuwan membuat model formasi planet di alam semesta, yang disebut core accretion, menyebutkan bahwa planet membentuk sebuah formasi "dari bawah ke atas", yang bermula dari material kecil-kecil yang berkembang menjadi formasi yang lebih besar.
Namun, planet GJ3512b ini pengecualian. Planet ini kemungkinan terbentuk dari keruntuhan gravitasi (gravitation collapse). Komponen yang membentuk gas planet ini terbentuk secara langsung di bawah tekanan gravitasi, sehingga prosesnya "dari atas ke bawah".
Namun, ada beberapa celah dalam teori tersebut. Planet ini tidak berhenti berkembang. Jika sebuah planet terbentuk dari tekanan gravitasi, lempengan gasnya akan tetap stabil, dan ini tidak terjadi pada GJ3512b.
Oleh karena itu, penemuan planet ini memicu ilmuwan dan astronom meneliti lebih lanjut mengenai proses terbentuknya planet di alam semesta.
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Dhita Koesno