tirto.id - Asosiasi Penjual Tiket Pesawat Penerbangan (Astindo) menilai kebijakan bagasi berbayar memberatkan penumpang, sehingga memungkinkan perubahan pola transportrasi secara massif dari udara ke darat.
Wakil Presiden Astindo, Rudiana mengatakan, orang-orang zaman dahulu lebih pilih jalur darat karena tiket pesawat mahal. Kondisi ini bisa kembali terjadi saat maskapai penerbangan mulai menerapkan tarif mahal sesuai dengan tarif batas atas.
"Nanti mereka akan shifting ke mana, ke darat nih. Ke tol, karena jalan tol udah ada. Kereta api ada, mungkin orang pindah ke darat," kata dia kepada Tirto, Rabu (30/1/2019).
Ia mengatakan, protes masyarakat tergolong keras, karena tarif yang dikenakan maskapai untuk bagasi memberatkan penumpang. Maskapai, kata dia, terlalu cepat mengimplementasikan bagasi bertatif.
Masyarakat, kata dia, juga perlu diberi pemahaman soal kondisi maskapai yang perlu pemasukan dari dana bagasi berbayar.
“Jadi intinya jangan memberatkan masyarakat. Sehingga mereka akan mengurangi belanja dalam proses perjalanan orang itu itu yang saya takutin. Orang nggak jadi belanja dan jalan karena takut sama bagasi berbayar," kata dia.
Dalam pengalaman Rudiana, di saat kondisi tiket maskapai dalam negeri mahal, maskapai asing justru menawarkan harga dan fasilitas lebih baik dengan harga murah.
"Kemudian yang paling bahaya adalah kalau di dalam negeri seperti itu (tiket mahal dan bagasi bayar), sementara yang di luar negeri misalnya dia kasih harga tiket lebih murah, ya kan bagasi masih dikasih gratis. Apakah nanti penumpang akan lebih pilih maskapai luar karena lebih murah," ujar dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali