Menuju konten utama

YLKI: Sah Saja Dugaan Kartel Tiket oleh Maskapai Penerbangan

YLKI menyebutkan dugaan kartel yang dilakukan oleh INACA sah saja karena telah diadakan jumpa pers dan pertemuan bersama.

YLKI: Sah Saja Dugaan Kartel Tiket oleh Maskapai Penerbangan
Ilustrasi pesawat. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/hp.

tirto.id - Kebijakan penurunan harga tiket pesawat yang dilakukan pada waktu bersamaan oleh maskapai yang tergabung dalam Indonesia National Air Carrier Association (INACA) pada akhir-akhir ini diduga karena adanya kartel.

Kartel merupakan kelompok produsen independen yang bertujuan menetapkan harga, untuk membatasi suplai dan kompetisi.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi membenarkan hal tersebut, menurutnya hal itu wajar karena ada pertemuan yang dilakukan oleh INACA.

"Ya saya kebetulan dipanggil Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) bersama KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) dan saya kira dugaan itu sah dan cukup absah, karena pertama itu bisa ditengarai dengan mereka jumpa pers bersama, menurunkan bersama sehingga ada dugaan itu (kartel)," kata Tulus di Kawasan Pancoran barat, Jakarta Selatan, Jumat (25/1/2019)..

Ia menyebutkan, ada dugaan oligopili (perusahaan yang memosisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar) dalam kasus penurunan harga tiket maskapai penerbangan yang melibatkan dua perusahaan besar.

"Saya menduga memang ada kartel atau oligopoli karena melibatkan dua perusahaan besar," jelas Tulus.

Menurutnya, karakter perusahaan ini memiliki gelagat aneh. Biasanya para pemimpin perusahaan-perusahaan ini tabu untuk membicarakan soal tarif dan area bisnis.

Namun, yang terjadi beberapa pemimpin perusahaan maskapai justru membicarakannya bersama-sama dalam sebuah forum dan disampaikan lewat jumpa pers.

"Dalam dunia usaha tabu masing-masing bicara soal tarif dan area bisnisnya serta tabu bicara soal struktur costnya. Tapi kenapa mereka bicara itu bersama-sama. Ini kan aneh bin ajaib," ucap dia.

Perilaku itulah yang paling kentara dan terlihat di media. Karena secara etika berbisnis, kata dia, perusahaan maskapai penerbangan tidak boleh menjelaskan soal tarif bersama-sama

"Artinya dugaan terhadap praktek tidak sehat menjadi sangat tinggi walaupun mereka belum menyundul tarif batas atas. Tapi menyundul atau tidak, fenomena ke arah sana jadi sangat besar. Sebenarnya mereka adakan jumpa pers bersama itu jadi blunder karena tidak boleh bicara tarif bersama-sama," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait KENAIKAN TARIF PESAWAT atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno