tirto.id - Emoji batu kerap dipakai oleh warganet belakangan ini untuk melengkapi aktivitas mereka menggunakan media sosial. Emoji tersebut berupa patung batu yang memiliki rupa wajah. Apa arti emoji batu dan sejarahnya?
Emoji baju ternyata bukan berasal gambar fiksi. Gambar emoji batu diadaptasi dari sebuah patung raksasa menyerupai sosok manusia yang disebut moai.
Emoji moai telah menjadi bagian dari Unicode.6 dan diperkenalkan pada 2010. Emoji ini digambarkan sebagai ukiran batu berbentuk kepala manusia dengan warna abu-abu. Pada kepala terdapat alis dan hidung menonjol dan kerap menghadap ke arah kiri.
Nama unicode resmi dari emoji ini adalah Moyai. Awal kemunculannya ditemukan dalam emoji Jepang, seperti yang dirilis operator telepon seluler Au dari KDDI. Dalam versi lain, emoji tersebut juga merujuk pada patung moyai yang ada di dekat Stasiun Shibuya, Tokyo, Jepang.
Apa Arti dari Emoji Batu?
Emoji batu moai digunakan dengan menyampaikan ekspresi tertentu dari pengirim pesan kepada penerimanya. Kebanyakan orang memakainya sebagai ekspresi yang tenang, muka datar, atau tidak peduli.
Ekspresi wajah netral ini sebenarnya ada pula yang dimiliki emoji lain. Contohnya bisa ditemukan pada emosi wajah berwarna kuning, mata sedikit terbuka, dan memiliki mulut datar tertutup. Sama seperti emoji batu, emoji wajah kuning dengan mulut datar juga menandakan ada rasa kesal, ragu, khawatir, hingga netral pada lelucon yang garing.
Penggunaan emoji batu bisa diterapkan saat hati sedang dalam keadaan tidak nyaman. Pengguna bisa memakainya untuk mengungkapkan kekecewaan, memperlihatkan ketidaksukaan dari suatu topik pembicaraan, merasa bosan, hingga sikap untuk merahasiakan sesuatu.
Meski demikian, arti emoji batu yang tidak menunjukkan ekspresi kegembiraan ini sebaiknya digunakan secara bijak. Penggunaan berlebih bisa membuat penerima pesan juga tidak nyaman.
Sejarah Dibalik Emoji Batu
Emoji batu berupa patung moai benar-benar ada di dunia nyata. Patung besar berbentuk kepala manusia bermuka datar ini ditemukan di Pulau Rapa Nui alias Pulau Paskah.
Pulau vulkanik ini adalah daratan berpenghuni namun terisolasi. Lokasinya ada di Kepulauan Pitcairn yang terletak sekira 1.900 kilometer. Negara yang terdekat dengan Pulau Paskah adalah Chili yang berjarak sekitar 3.700 kilometer sebelah Timur.
Patung Moai di Pulau Paskah jumlahnya cukup banyak dan ditaksir mencapai ribuan. Tingginya mencapai 12 meter dan beratnya ditaksir sekira 75 ton. Bagian atas patung terdapat Pukao, yaitu batu merah lunak berbentuk topi.
Patung-patung ini mempunyai tubuh tapi terkubur. Kemungkinan pembuatannya dilakukan sekira tahun 1250 M sampai 1500 M.
Banyaknya patung moai di Pulau Paskah memiliki makna tersendiri bagi masyarakat setempat saat itu. Patung moai diduga dijadikan sebagai pelindung bagi penduduk dan mewakili para leluhur. Kebanyakan patung didirikan dengan menghadap ke desa yang bermakna mengawasi penduduk.
Keberadaan desa-desa di Pulau Rapa Nui diperkirakan berdiri setidaknya mulai tahun 1000 M. Dugaan ini berdasarkan penanggalan radiokarbon yang dilakukan pada makanan bertepung di bilah obsidian yang ditemukan.
Menurut legenda, Rapa Nui mulai disinggahi setelah kepala suku bernama Hotu Matu'a mengetahui keberadaan pulau tersebut dari rombongan penjajah. Asal suku ini masih misteri, tapi kemungkinan mendiami kepulauan Marquesas yang ada di 3.700 kilometer sebelah barat laut Rapa Nui.
Dugaan lain asal suku tersebut dari Ratoga. Ratonga terletak di barat daya Pulau Rapa Nui. Jika benar suku ini yang mendiami Rapa Nui, mereka telah mengarungi lautan yang tidak mudah hingga akhirnya sampai di pulau yang dituju.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno