tirto.id - Beberapa varian baru virus Corona memiliki pengaruh terhadap angka efikasi vaksin COVID-19 berdasarkan riset Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Hal itu disampaikan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (1/6/2021), seperti dikutip dari situs Covid19.go.id.
“WHO berdasarkan studi yang dilakukan beberapa peneliti, menyatakan beberapa varian memiliki pengaruh yang sedikit hingga sedang terhadap angka efikasi tiap vaksin pada kasus positif dengan varian tertentu,” penjelasan Wiku.
Berdasarkan Whole Genome Sequencing (WGS), varian virus Corona hingga saat ini terus bermutasi dan terdeteksi sebarannya hampir di seluruh pulau di Indonesia yang didominasi Pulau Jawa.
Data WHO menunjukkan bahwa sejauh ini varian utama terdeteksi yang memengaruhi efikasi vaksin, yaitu B117 (Inggris), B1351 (Afrika Selatan), B11281 atau P1 (Brasil/Jepang), dan B1617 dari India.
Wiku mengatakan, varian B117 memengaruhi efikasi vaksin AstraZaneca, B1351 memengaruhi Moderna, Prfizer, AstraZaneca, dan Novavac, P1 memengaruhi Moderna dan Pfizer, sedangkan B1617 memengaruhi Moderna dan Pfizer.
“Hal ini disebabkan, vaksin yang ada masih menggunakan virus atau orisinal varian yang ditemukan di Wuhan, China,” kata Wiku.
Meski begitu, WHO juga menyatakan bahwa pengaruh varian terhadap efikasi masih bersifat sementara dan masih bisa berubah tergantung hasil studi lanjutan yang sedang dilakukan.
Lain itu, perubahan efikasi tidak menurunkan efikasi vaksin dibawah 50 persen yang menjadi ambang batas minimal yang ditolerir WHO untuk sebuah produk vaksin yang layak. Bahkan beberapa vaksin di antaranya masih memiliki efikasi diatas 90 persen.
Efikasi, menurut Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Zullies Ikawati, sebagaimana dikutip dari Antara, adalah tingkat kemanjuran yang menunjukkan seberapa besar kemampuan vaksin untuk mencegah terjadinya infeksi.
Cara menghitung efikasi adalah dengan membandingkan kelompok yang divaksin dengan tidak divaksin. Ketika efikasinya tinggi, belum tentu tingkat keamanannya juga tinggi.
Antisipasi Varian Memengaruhi Efikasi Vaksin
Perlu dilakukan berbagai solusi secara paralel dan kolektif untuk mengantisipasi hal tersebut, sebagaimana disampaikan Wiku, yaitu sebagai berikut:
1. Mengefektifkan testing dan karantina pelaku perjalanan demi menekan bertambahnya varian yang masuk. Karena saat ini yang terdeteksi berdasarkan WGS ialah 4 dari 8 varian akibat mutasi COVID-19.
2. Menggiatkan WGS secara komplit untuk mengetahui distribusi secara tepat, dan dapat menjadi dasar kebijakan pengendalian yang spesifik sesuai risiko per daerah.
3. Penegakan protokol kesehatan di semua sektor dan kini kegiatan demi menurunkan peluang kemunculan varian baru atau gabungan dengan kasus-kasus yang ada di Indonesia. Karena pada prinsipnya, mutasi akan menjadi lebih masif, saat penularan di masyarakat juga tinggi.
4. Melanjutkan vaksinasi. Karena vaksin yang digunakan saat ini masih tergolong efektif. Baik untuk mencegah penyakit, maupun menghindari gejala parah pada kasus positif.
Wiku juga berharap agar seluruh pemimpin daerah, petugas di lapangan kembali mengevaluasi kebijakan yang diterapkan. Karena solusi-solusi tersebut tidak akan efektif jika tidak ada kekompakan dalam menjalankannya.
“Semua adalah pahlawan dengan caranya masing-masing. Maka berkontribusilah terhadap pengendalian COVID-19 dengan kemampuannya masing-masing,” pungkas Wiku.
Editor: Agung DH