Menuju konten utama

Apa Saja Teori Lempeng Tektonik dan Siapa Penemunya?

Pergerakan lempeng tektonik berpengaruh kuat bagi sebagian besar fenomena alam. Lantas, apa saja teori lempeng tektonik?

Apa Saja Teori Lempeng Tektonik dan Siapa Penemunya?
Ilustrasi Teori Pergerakan Lempeng Tektonik. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Lempeng tektonik adalah bagian terluar dari lapisan bumi yang bersuhu lebih rendah. Secara mekanik, lapisan ini disebut dengan litosfer yang memiliki ketebalan hingga 100 kilometer (km).

Litosfer terdiri atas dua bagian, yakni kerak bumi (crust) yang merupakan lapisan luar dan selubung paling atas yang dikenal sebagai uppermost mantle.

Pergerakan lempeng yang dilakukan oleh litosfer kemudian ditelaah oleh para ahli geologi dan melahirkan teori lempeng tektonik.

Apa Itu Teori Lempeng Tektonik?

Teori lempeng tektonik merupakan teori yang berkaitan erat dengan konsep pergerakan benua di bumi, dikembangkan untuk menjelaskan bukti pergerakan lempeng dalam skala besar yang dilakukan litosfer bumi.

Teori lempeng tektonik dalam pembentukan benua dan samudra pertama kali dicetuskan oleh Alfred Wegener.

Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh Alfred Wegener melalui bukunya yang berjudul The Origin of Continents and Ocean (1915). Peneliti asal Jerman tersebut menyatakan bahwa benua bumi telah “melayang” melintasi planet dari waktu ke waktu.

Prinsip utama teori lempeng tektonik ini berkaitan dengan proses pembentukan bumi. Bahwa, pada awalnya benua-benua di bumi merupakan suatu daratan bernama Pangea. Pada zaman paleolitikum, daratan ini dikelilingi oleh satu samudra yaitu Panthalassa. Daratan yang luas tersebut membentuk area khatulistiwa dan terbagi menjadi dua sisi: Gondwana di selatan dan Laurasia di utara.

Kemudian, Gondwana dan Laurasia terpisah menjadi tujuh benua seperti yang diketahui sekarang yakni Eropa, Afrika, Asia, Oseania, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Formasi Pangea ini diketahui terjadi tepat sebelum spesies dinosaurus punah, yaitu 240 juta tahun lalu.

Di sisi lain, Gina Adriyani, dkk., dalam Jurnal Geodesi Undip Vol. 1, No. 1 (2012) menjelaskan terkait teori pergerakan lempeng, bahwa lapisan terluar bumi terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap lainnya. Jika sebagian lempeng bergerak, satu satu unit lempeng akan bergerak pula.

Pergerakan lempeng tektonik tersebut akan membuat perubahan kecil pada bagian tengah dan mengakibatkan kerusakan pada bagian tepi karena lempeng saling bersinggungan. Teori ini pada dasarnya merombak ilmu kebumian dengan menjelaskan proses pergerakan lempeng geologi yang menyusun formasi gunung, terjadinya gempa, dan terbentuknya permukaan bumi.

3 Jenis Pergerakan Lempeng Tektonik

Berdasarkan teori lempeng tektonik dalam pembentukan benua dan samudra, seperti dijelaskan di atas, terdapat tujuh jenis lempeng utama di dunia.

Tujuh jenis lempeng utama tersebut mencakup daratan yang mendasari tujuh benua di dunia, yakni Lempeng Benua Afrika, Lempeng Benua Antartika, Lempeng Benua Australia Lempeng Benua Eurasia. Lempeng Benua Amerika Utara, Lempeng Benua Amerika Selatan, dan Lempeng Samudra Pasifik.

Namun, lempeng-lempeng di atas tidak stagnan. Mereka bergerak secara terus-menerus seiring waktu. Secara umum, setidaknya ada tiga jenis pergerakan lempeng tektonik, berdasarkan bentuk dan dampaknya. Berikut penjelasannya:

1. Divergen

Pergerakan lempeng tektonik divergen terjadi karena pergerakan lempeng yang saling menjauh satu sama lain. Ini juga disebut zona pertambahan atau pembuatan lempeng sebab lempeng baru terbentuk sebagai hasil pergerakan menjauh.

Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer akan menipis dan membelah sehingga terbentuk batas-batas divergen.

Pada lempeng samudra, proses tersebut dapat menghasilkan pemekaran dasar laut. Selain itu, proses ini juga menyebabkan terbentuknya lembah retakan akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh terhadap lempeng benua.

Ilustrasi lempeng divergen

Ilustrasi lempeng Divergen. FOTO/iStockphoto

2. Konvergen

Teori pergerakan lempeng yang membentuk gerakan konvergen terjadi ketika lempeng tektonik bergerak saling mendekat sehingga mengakibatkan tumbukan. Dalam kondisi ini, salah satu lempeng akan tertelan (subducted) di bawah lempeng lainnya. Keduanya juga saling menopang.

Proses ini menghasilkan zona subduksi atau zona tunjaman. Lempeng samudra akan terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lainnya. Zona subduksi ini sering menjadi lokasi terjadinya gempa bumi.

Selain zona subduksi, pergerakan lempeng tektonik konvergen juga dapat menciptakan punggung gunung api dan palung samudra. Contohnya adalah Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang. Pergerakan lempeng tektonik jenis konvergen ini dapat terjadi antara lempeng samudra dan lempeng benua, antara dua lempeng benua, atau antara dua lempeng samudra.

Ilustrasi Lempeng tektonik

Ilustrasi Lempeng tektonik. FOTO/iStockphoto

3. Konvervatif

Pergerakan lempeng secara konservatif juga dikenal sebagai batas geser atau batas transform. Dalam teori lempeng tektonik jenis pergerakan konservatif ini tidak ada litosfer baru yang dihasilkan atau dihancurkan.

Lempeng-lempeng bergerak secara lateral atau mendatar satu sama lain. Ini ditandai adanya patahan transform (transform fault) yang umumnya terjadi di dasar laut. Contoh patahan transform yang dikenal luas adalah Patahan San Andreas di California, yang memisahkan lempeng Amerika Utara dan Pasifik.

Dalam teori pergerakan lempeng tektonik satu ini, lempeng-lempeng meluncur berlawanan arah satu sama lain seperti lalu lintas di jalan dua arah.

Batas transform sering berinteraksi dengan bagian dari batas konvergen atau divergen. Sebagian besar terjadi di dasar laut dan mengimbangi pegunungan samudra.

Ilustrasi Transform

Ilustrasi Transform. FOTO/iStockphoto

Contoh Teori Lempeng Tektonik

Berdasarkan teori lempeng tektonik, pergerakan lempeng tektonik dapat memengaruhi permukaan bumi. Sebab, gerakan lempeng itu menimbulkan retakan, lipatan, lekukan, dan patahan. Berikut ini contoh teori lempeng tektonik yang mencerminkan pergerakan dan interaksi lempeng tektonik.

1. Gempa bumi

Salah satu bukti teori lempeng tektonik bisa dilihat dalam fenomena gempa bumi.

Ketika lempeng tektonik bergerak, ada tekanan yang ditimbulkan. Tekanan tersebut mewujud energi elastis yang tersimpan dalam lempeng tektonik itu sendiri.

Apabila energi yang diterima sudah melewati batas, akan terjadi pelepasan. Pelepasan itu bisa berbentuk deformasi plastis dan gelombang elastis.

Dua wujud pengeluaran energi dari lempeng tektonik inilah yang disebut sebagai gempa bumi oleh makhluk hidup yang ada di atas kerak bumi.

2. Letusan gunung berapi

Letusan gunung berapi terjadi ketika magma dari dalam bumi mencapai permukaan melalui patahan atau celah dalam kerak bumi. Ini dapat terjadi di zona-zona konvergen, lokasi terjadinya tabrakan antar-lempeng.

Selain itu, letusan gunung berapi juga dapat terjadi di zona divergen, yakni lokasi terjadinya pergerakan lempeng tektonik yang saling menjauh sama lain. Melalui itu, magma dimungkinkan naik ke permukaan melalui punggung tengah samudra.

3. Tsunami

Bukti teori pergerakan lempeng tektonik lainnya adalah peristiwa tsunami. Bencana alam ini berwujud gelombang ombak yang sangat besar, kerap kali disebabkan oleh gempa bumi bawah laut.

Gempa bumi tektonik di dasar laut dapat mengangkat atau menurunkan dasar laut, yang menciptakan gelombang dan perpindahan air secara besar-besaran di atasnya.

Peristiwa tersebut kemudian merambat ke arah pantai dengan kecepatan tinggi dan dapat menyebabkan banjir besar saat mencapai daratan.

5. Terbentuknya pegunungan

Gunung-gunung terbentuk melalui proses konvergen. Lempeng-lempeng saling mendekat hingga mengalami tumbukan. Tekanan yang timbul selama tumbukan ini dapat mengangkat kerak bumi, membentuk gunung.

Pegunungan yang terbentuk dari proses pergerakan lempeng tektonik tersebut kemudian terasah oleh erosi. Ada banyak faktor yang menyebabkan erosi pegunungan tersebut, seperti angin, hujan, gletser, dan longsoran.

Gunung sebenarnya tidak diam. Gunung tersebut secara terus menerus semakin tinggi, semakin rendah, atau bergeser.

Baca juga artikel terkait GEOLOGI atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin