Menuju konten utama

Sejarah Terbentuknya Benua dan Samudra di Dunia

Terdapat beberapa teori tentang sejarah terbentuknya benua dan samudra di dunia. Mulai dari teori benua, continental drift, hingga kontraksi.

Sejarah Terbentuknya Benua dan Samudra di Dunia
Ilustrasi benua dan samudra. foto/Istockphoto

tirto.id - Sejarah terbentuknya benua dan samudra telah terjadi sejak jutaan tahun silam. Terdapat beberapa teori tentang asal usul pembentukan benua dan samudra, mulai dari teori dua benua, continental drift, kontraksi, gravitasi, hingga meteoritik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian benua adalah tanah atau daratan yang sangat luas, bahkan bagian tengahnya tidak mendapatkan pengaruh langsung dari air laut. Hingga saat ini terdapat tujuh benua di dunia yakni Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Antartika, Eropa, dan Australia.

Lantas, apa yang dimaksud dengan samudra?

Samudra adalah hamparan air asin sangat luas yang mengelilingi benua. Dari seluruh permukaan bumi, sekitar 70 persen di antaranya tertutup samudra. Samudra di dunia ada lima meliputi Pasifik, Atlantik, Hindia, Antartika, dan Arktik.

Bagaimana Proses Terbentuknya Benua dan Samudra?

Asal usul terbentuknya benua dan samudra telah melalui proses panjang hingga jutaan tahun sebelum menjadi seperti sekarang.

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan proses terbentuknya benua dan samudra. Salah satunya dari ilmuwan Jerman, Alfred Wegener, yang menyatakan bahwa benua di masa silam hanya satu bernama Pangea, yang kemudian terbelah menjadi tujuh benua seperti sekarang.

Berikut ini sejarah terbentuknya benua dan samudra:

Teori Dua Benua

Teori dua benua (teori laurasia-gondwana) dikemukakan Edward Zuess pada 1884. Melalui teori ini, Edward Zuess menyatakan bahwa bumi pada mulanya terbentuk dari dua benua besar, Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan. Kedua benua tersebut dipisahkan oleh perairan bernama Laut Tethys.

Seiring masa, Benua Laurasia dan Gondwana bergerak perlahan ke arah ekuator dan terpecah menjadi benua-benua kecil. Benua Laurasia menjadi Benua Eropa, Asia, Amerika Utara dan Greenland. Sementara itu, Benua Gondwana terpecah menjadi Amerika Selatan, India, Australia, Afrika, Antartika.

Teori Continental drift

Continental drift theory (teori pergeseran benua) dikemukakan Alfred L. Wagener pada 1915, dalam buku The Origin of the Continents and Oceans (1915). Alfred L. Wagener menjelaskan, ketika kulit bumi mendingin, terbentuk satu kontinen ringan terapung di atas batuan yang lebih berat.

Kontinen tersebut kemudian terbagi menjadi dua dan bergerak berlawanan arah, ke utara dan selatan. Kontinen utara dan selatan dipisahkan samudra yang disebut Laut Tethys, sama seperti penyebutan dari Edward Zuess di teori dua benua.

Karena terapung, kedua benua itu lantas pecah ketika bergeser akibat gerakan air laut. Kontinen bagian utara membentuk Benua Amerika Utara dan Eropa. Kontinen selatan membentuk Afrika, Antartika, dan Australia. Di waktu yang sama, benua yang terpecah membuat Samudra Tethys menyempit sehingga membentuk laut baru meliputi Laut Mediterania, laut Hitam, Laut Kaspia.

Teori Kontraksi

Dilansir laman web resmi Universitas Berkeley, teori kontraksi (contraction theory) pernah eksis pada awal abad 20. Teori ini menyatakan bahwa bumi awalnya adalah bola cair. Dalam prosesnya, suhu bumi berubah dari sangat panas menjadi dingin, yang kemudian membuat permukaannya retak dan terlipat dengan sendirinya.

Saat mendingin, logam berat seperti besi tenggelam dan membentuk inti bumi, sedangkan logam yang lebih ringan seperti aluminium bertahan di kerak bumi.

Pendinginan juga menyebabkan kontraksi dan tekanan sehingga menyebabkan beberapa bagian kerak bumi melengkung ke atas, membentuk pegunungan. Bagian lain dari kerak melengkung ke bawah, menciptakan cekungan samudra.

Namun, teori ini sudah dianggap usang. Ada beberapa bantahan. Misalnya, beberapa kenampakan bumi berskala besar adalah hasil perluasan, bukan pemendekan atau penyusutan.

Selain itu, setelah peluruhan radioaktif ditemukan, disadari bahwa itu akan melepaskan panas di dalam planet. Ini merusak efek pendinginan yang menjadi dasar teori ini.

Teori Gravitasi

Teori gravitasi diambil dari pendapat beberapa ilmuwan yang menyatakan bahwa cekungan samudra terbentuk karena bintang besar lewat dekat bumi. Selama peristiwa tersebut, gravitasi menyebabkan tarik menarik antara bintang besar dan bumi. Namun, karena bumi sewaktu itu masih panas dan lunak, sebagian kulit bumi tertarik membentuk cekungan samudra.

Teori Meteoritik

Teori meteoritik menyatakan bahwa cekungan samudera terjadi karena jatuhnya meteor. Benturan yang tinggi membuat pinggiran meteorit tertinggal membentuk pegunungan-pegunungan di pantai. Di sisi lain, di dekat pegunungan pantai terdapat samudra yang dalam, bekas jatuhnya pusat meteorit.

Baca juga artikel terkait GEOGRAFI atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin