tirto.id - Di media sosial belakangan muncul diskusi tentang pasar Amerika Serikat (AS) yang disebut-sebut telah menolak produk baterai mobil listrik buatan Indonesia.
Narasi itu satunya diunggah oleh akun Facebook "Shyann Greene" pada Senin (2/10/2023). Akun itu menuliskan ada upaya pengucilan AS terhadap Indonesia.
"Wajah Presiden Sampai Merah Padam, Parlemen AS Tolak Baterai Mobil Listrik Buatan Indonesia," begitu keterangan dalam unggahan yang disertai video berdurasi sekitar delapan menit.
Sampai dengan Jumat (6/10/2023), video dalam unggahan telah disaksikan sebanyak 72 ribu kali dan mengumpulkan 811 impresi (likes dan emoticons), serta 176 komentar.
Dari pengamatan Tim Riset Tirto, video serupa juga ditayangkan di kanal YouTube "ntv indonesia" dan sudah ditonton 1.400 kali. Ada pula kanal YouTube "KajianOnline" yang mengunggah video dengan narasi serupa dan mengumpulkan 7,7 ribu penonton.
Untuk diketahui, terkait industri baterai mobil listrik, Pemerintah Indonesia memang optimistis menjadi aktor besar dalam perkembangan kendaraan tenaga setrum di dunia karena melimpahnya nikel (salah satu bahan baku kendaraan listrik).
Sementara itu, AS merupakan salah satu pasar mobil listrik terbesar di dunia. Dengan demikian, kebenaran narasi yang beredar di media sosial itu bisa berdampak terhadap penyerapan komoditas potensial Indonesia ke salahs satu pasar terbesar.
Lantas, benarkah klaim tersebut? Apakah Parlemen AS menolak baterai mobil listrik buatan Indonesia?
Penelusuran Fakta
Secara keseluruhan, video berdurasi delapan menit lima detik tersebut berisi penyampaian informasi oleh narator. Terdapat salindia yang menunjukkan foto interaksi Presiden Joko Widodo dengan Presiden AS Joe Biden.
Tidak ada satu pun tayangan gambar yang menunjukkan kemarahan Jokowi, seperti dinarasikan di awal. Tidak ada pula bukti dokumen atau pernyataan dari parlemen AS tentang penolakan baterai mobil listrik dari Indonesia.
Lebih lanjut, audio dalam video berisi penyampaian narasi oleh narator. Hasil transkrip dari isi informasi yang disampaikan narator, didapatkan ada kesamaan isi dengan artikel CNBC Indonesia berjudul "Heboh AS Diam-diam Kucilkan Indonesia, Gara-gara China?"
Namun, narator menambahkan kalimat dalam cukilan pemberitaan tersebut. Di bagian awal artikel yang dibacakan terdapat narasi sebagai berikut, yang tidak ditemukan di artikel asli dari CNBC Indonesia:
Di artikel asli, pembahasannya mengenai subsidi hijau bagi mineral nikel dari Indonesia. Sementara itu, narasi dari video membahas baterai mobil listrik buatan Indonesia. Perubahan dan tambahan narasi ini membuat isi artikel menjadi menyesatkan dari narasi awal artikel asli.
Penelusuran di mesin pencarian Google mengenai penolakan parlemen AS terhadap baterai mobil listrik buatan Indonesia pun tak menghasilkan informasi yang relevan. Tidak ada pemberitaan dari media nasional atau internasional tentang informasi ini.Narasi penolakan baterai mobil listik buatan Indonesia juga tidak ditemukan dari negara lain sampai sejauh ini. Adapun produksi baterai mobil listrik buatan pabrik di Indonesia disebut baru akan dimulai pada tahun 2024 mendatang.
Kesimpulan
Hasil penelusuran menunjukkan kalau video yang beredar di media sosial soal penolakan parlemen AS terhadap baterai mobil listrik buatan Indonesia tidak bisa dibuktikan kebenarannya.
Narasi dalam video adalah pembacaan artikel yang isinya dimodifikasi sehingga memberi pemahaman yang berbeda.
Hasil penelusuran terkait klaim penolakan AS terhadap baterai mobil listrik buatan Indonesia juga tidak ditemukan dari pemberitaan media lain.
Bisa disimpulkan, klaim di media sosial mengenai penolakan parlemen AS terhadap baterai mobil listrik buatan Indonesia itu bersifat salah dan menyesatkan (false and misleading).
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Periksa Data, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Shanies Tri Pinasthi