Menuju konten utama

Apa Itu Proto Melayu: Sejarah, Ciri-Ciri dan Persebarannya

Apa itu Proto Melayu? Berikut akan dijelaskan singkat mengenai sejarah Proto Melayu, ciri-ciri Proto Melayu dan persebaran Proto Melayu.

Apa Itu Proto Melayu: Sejarah, Ciri-Ciri dan Persebarannya
Apa Itu Proto Melayu: Sejarah, Ciri-Ciri dan Persebarannya./Suku Kubu yang tinggal di kawasan hutan dataran rendah di wilayah Sumatra Tengah khususnya Jambi. (FOTO/Wikimedia Commons)

tirto.id - Nenek moyang bangsa Indonesia, salah satunya Proto Melayu, dapat ditelusuri hingga daerah Yunan di sekitar hulu Sungai Salwen dan Mekhong.

Keberadaan mereka di Nusantara merupakan hasil dari perpindahan yang mungkin disebabkan oleh bencana alam atau tekanan dari suku bangsa lain.

Memanfaatkan perahu bercadik sebagai alat transportasi, nenek moyang bangsa Indonesia menunjukkan keahlian sebagai pelaut ulung yang berlayar berkelompok tanpa rasa takut, menetap di berbagai pulau di Nusantara.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Proto Melayu, simak uraian mengenai sejarah Proto Melayu, ciri-ciri Proto Melayu, daftar suku Proto Melayu di Indonesia dan persebaran Proto Melayu dalam artikel ini.

Sejarah Proto Melayu

Sejarah Proto Melayu menggambarkan perjalanan dan penyebaran kelompok Austronesia ke wilayah Indonesia. Sebelum kedatangan rumpun Austronesia, wilayah tersebut dihuni oleh ras Negrito, seperti ras Vedda, yang hidup berpindah-pindah di goa-goa untuk melindungi diri dari bahaya alam dan hewan buas.

Paul Michel Munoz dalam buku Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia: Perkembangan Sejarah dan Budaya Asia Tenggara Zaman Prasejarah-Abad XVI (2009) menjelaskan bahwa rumpun Austronesia, termasuk Proto-Melayu, datang ke Indonesia karena tekanan demografis, kelahiran, kematian, migrasi, dan penyelarasan sosio-kultural di wilayah asal mereka, seperti Cina.

Selaras dengan pendapat tersebut, Daud Aris Tanudirjo dalam buku Indonesia dalam Arus Sejarah (2011) mengatakan rumpun Austronesia, termasuk Proto Melayu berasal dari Cina ke Indo-Cina dan kemudian ke Semenanjung Malaya.

Mulai dari situ, penutur Austronesia menyebar melalui jalur laut ke kepulauan Indonesia dan selanjutnya ke arah timur menuju Melanesia, dan Polinesia.

Paul Michel Munoz menambahkan bahwa mereka yang menetap di kepulauan Indonesia dan Pasifik disebut Malayu-Polinesia.

Menurutnya, Proto Melayu, sebagai bagian dari rumpun Austronesia, adalah nenek moyang kelompok Melayu-Polinesia yang tersebar dari Madagaskar hingga Pasifik.

Gelombang kedatangan Proto Melayu ke Indonesia terjadi dalam beberapa tahap, dengan kedatangan Deutero-Melayu sebagai gelombang kedua yang mendorong Proto-Melayu ke pedalaman dan wilayah timur Indonesia.

Sementara itu, George Coedes dalam buku Asia Tenggara Masa Hindhu-Budha (2010) menuliskan bahwa Proto Melayu diyakini bermigrasi ke Indonesia dari Cina Selatan sekitar 3.000 SM.

Bangsa Melayu Tua berhasil berlayar dan menetap di Indonesia melalui dua jalur, yakni dari daerah Yunan (Cina Selatan) ke Selat Malaka dan Pulau Sumatra, serta melalui Formosa (Taiwan) ke Filipina, Sulawesi, dan Papua.

George Coedes mencatat dalam bukunya, meskipun Proto-Melayu berhasil menetap di pedalaman pulau-pulau besar, interaksi perkawinan silang dengan penduduk pribumi menyebabkan keturunan mereka tersebar di berbagai suku. Salah satunya adalah suku Batak di Sumatera.

Ciri-Ciri Bangsa Proto Melayu

Bangsa Proto Melayu memiliki sejumlah ciri-ciri yang mencirikan identitas fisik dan sejarah migrasinya.

Dikutip dari Modul Pendidikan Profesi Guru Pembelajaran 1 Kehidupan Masyarakat Indonesia oleh Aris Riyadi dan buku Sejarah Indonesia (2017) oleh Restu Gunawan, dkk., berikut ini beberapa ciri-ciri Proto Melayu.

1. Rambut lurus

Proto Melayu dikenal memiliki ciri fisik berupa rambut lurus, yang menjadi salah satu identifikasi khas kelompok ini.

2. Kulit kuning kecoklatan-coklatan

Ciri lainnya adalah warna kulit mereka yang kuning kecoklatan hingga cokelat, memberikan gambaran tentang keragaman warna kulit dalam kelompok ini.

3. Mata sipit

Bangsa Proto Melayu juga dicirikan oleh mata sipit, suatu karakteristik yang dapat ditemukan pada sebagian besar anggota kelompok ini.

4. Asal migrasi dari Cina Selatan (Yunan)

Proto Melayu diyakini bermigrasi dari Cina Selatan, lebih tepatnya dari wilayah Yunan, dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Indochina, Siam, hingga mencapai Kepulauan Indonesia.

5. Peradaban batu

Saat menetap di Kepulauan Indonesia, Proto Melayu membawa peradaban batu, yang tercermin dalam alat-alat dan kehidupan mereka.

Daftar Suku Proto Melayu di Indonesia

Dikutip dari buku Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA Kelas X oleh Windriati, berikut ini daftar suku bangsa di Indonesia yang memiliki ciri-ciri fisik serta karakteristik budaya yang terkait Proto Melayu.

  1. Suku Batak menempati wilayah Sumatera;
  2. Suku Dayak menempati wilayah Kalimantan;
  3. Suku Toraja menempati wilayah Sulawesi;
  4. Suku Sasak menempati wilayah Nusa Tenggara Barat;
  5. Suku Nias menempati wilayah Sumatera Utara;
  6. Suku Rejang menempati wilayah Bengkulu.
Sementara itu, daftar suku yang bukan termasuk dalam bangsa Proto Melayu di Indonesia, antara lain:

  1. Aceh;
  2. Minangkabau;
  3. Sunda;
  4. Jawa;
  5. Melayu;
  6. Betawi;
  7. Manado.

Persebaran Suku Proto Melayu

Suku Proto Melayu menyebar ke wilayah Nusantara pada zaman Neolitikum, sebuah periode di mana terjadi perubahan signifikan dalam peradaban manusia.

Soekmono R. dalam buku Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I (1973) menyebutkan bahwa kehadiran mereka membawa perubahan dalam budaya hidup, beralih dari pola hidup sebagai pengumpul makanan menjadi penghasil makanan.

Lebih lanjut I Gede Pitana dalam buku Austonesia Melanesia di Nusantara: Mengungkap Asal-Usul dan Jati Diri Temuan Arkeologis (2011) menjelaskan bahwa persebaran Proto Melayu tidak hanya mencakup perpindahan fisik.

Namun, juga mencakup interaksi dan percampuran dengan masyarakat lokal, terutama dengan bangsa Veddoid atau Melanesoid.

Selaras dengan hal tersebut, Paul Michel Munoz mencatat dalam persebaran Proto Melayu terjadi adaptasi, perkawinan campuran, bahkan konflik antar kelompok.

Awalnya, masyarakat lokal hidup sebagai pengumpul makanan dan tinggal di gua-gua. Namun, datangnya suku Proto-Melayu membawa perubahan signifikan, termasuk perubahan pola tempat tinggal menjadi rumah bertiang sederhana dari kayu dengan atap dedaunan.

Perubahan signifikan juga terjadi pada peralatan hidup, di mana masyarakat lokal yang awalnya menggunakan peralatan kasar pada zaman Mesolitikum, kini mengalami peningkatan kehalusan pada zaman Neolitikum.

R. Soekmono juga mengidentifikasi bahwa persebaran Proto Melayu dapat diidentifikasi berdasarkan jenis kapak yang digunakan, yaitu kapak persegi dan kapak lonjong.

Kapak persegi, yang menjadi ciri zaman Neolitikum atau Proto Melayu, didukung oleh masyarakat berbahasa Austronesia dan tersebar terutama di wilayah Nusantara bagian barat.

Sebaliknya, kapak lonjong, yang didukung oleh bangsa Papua-Melanesoide, menyebar di wilayah Nusantara bagian Timur.

Kebudayaan Austronesia yang diperkenalkan oleh suku Proto Melayu mencakup berbagai kegiatan seperti bercocok tanam padi, berternak, bermasyarakat, dan menggunakan perahu cadik.

Mereka juga membawa keahlian membuat tembikar, kain dari kulit kayu, dan mengembangkan gaya seni tertentu.

Periode Neolitikum dan Zaman Megalitikum menjadi landasan perkembangan kebudayaan Nusantara, di mana masyarakat telah mengenal kepercayaan dan memiliki keterampilan membangun bangunan megalitikum yang besar.

Baca juga artikel terkait MELANESIA atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Dhita Koesno