tirto.id - Pola asuh tiger parenting menerapkan cara yang ekstrem dan mengontrol anak agar berhasil di kehidupannya, khususnya di lingkup akademiknya.
Pola asuh tiger parenting ini pertama kali diperkenalkan oleh Amy Chua, seorang profesor hukum di Sekolah Hukum Yale dalam bukunya Battle Hymn of the Tiger Mother (2011).
Amy Chua menerapkan pola asuh ini dengan melarang dua anaknya menonton televisi, tidak boleh main gim, dilarang menginap di rumah karibnya, hingga tuntutan prestasi akademik yang tinggi. Ibu yang menerapkan pola asuh tiger parenting ini dikenal dengan sebutan tiger mom.
Dalam uraian "Why Chinese Mothers Are Superior" yang terbit di The Wall Street Journal, Amy Chua mengklaim terang-terangan bahwa pola asuh tiger parenting yang ia gunakan efektif dan berhasil. Dua anaknya, Sophia dan Louisa memperoleh nilai akademik tinggi dan tergolong sukses di karier mereka.
Apa Itu Tiger Parenting?
Secara umum, menurut Amy Chua, tiger parenting adalah gabungan dari pola asuh otoriter dan kontrol ketat. Jenis pola asuh ini kerap kali dipandang keras, terlalu menuntut, serta mengesampingkan perasaan anak.
Dilansir dari Healthline, anak-anak lazimnya menginginkan penerimaan dan rasa cinta. Melalui tiger parenting, rasa cinta dan penerimaan itu harus diperoleh dengan cara ketat, misalnya dengan tidak boleh mengeluh mengenai tugas sekolah, harus belajar dengan sungguh-sungguh, serta semua nilai sekolahnya harus "A" atau 10.
Pola asuh tiger parenting ini memperoleh atensi tinggi dari para akademisi, psikolog keluarga, serta ahli perkembangan anak. Asosiasi Psikologi Amerika (APA) bahkan menuliskan ulasan bahwa pola asuh tiger parenting ini menggabungkan dua pola asuh yang bertentangan, yaitu pola asuh otoriter dan suportif.
Pola asuh otoriter ini dipandang sebagai pola asuh negatif, serta pola asuh suportif dipandang sebagai pola asuh positif.
Tiger parenting akan menjadi efektif ketika anak menuruti kehendak orang tuanya, serta mencapai harapan yang dimaksud. Orang tua mendukung hal ini, serta memberi apresiasi ketika keinginan mereka tercapai.
Dampak Negatif untuk Perkembangan Anak
Sementara itu, Psychology Today menuliskan, dampak buruk dari tiger parenting lebih besar daripada manfaat positifnya. Jika pola asuh ini gagal, anak-anak malahan akan memperoleh nilai akademik yang lebih buruk.
Jikapun anak berhasil di bidang akademiknya, di sisi lain, aspek sosial dan emosional tidak berkembang maksimal.
Karena itulah, APA tidak merekomendasikan orang tua untuk menerapkan pola asuh tiger parenting kepada anak-anaknya.
Pola asuh yang otoriter, mengekang, dan mengabaikan perasaan anak ini bukannya membantu kehidupan anak, melainkan memperlambat perkembangan anak, terutama perkembangan sosialnya.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Yulaika Ramadhani