tirto.id - Sejumlah negara sudah menutup perbatasannya untuk membendung penyebaran Omicron, varian baru Covid-19 yang diidentifikasi di Afrika Selatan. Nama lain varian ini B.1.1.529, baru ditemukan minggu lalu di Afrika Selatan.
DWmelaporkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya penyebaran Omicron secara global, tetapi organisasi itu menganjurkan agar perbatasan tetap terbuka. Otoritas Afrika Selatan pun telah mengkritik sejumlah negara yang menutup perbatasannya dan menganggapnya "tidak perlu" dilakukan.
Sementara itu, sebuah studi dari provinsi Newfoundland dan Labrador Kanada juga menyimpulkan bahwa larangan keluar dan masuk perjalanan udara efektif. "Tanpa kontrol yang tepat, masuknya pelancong yang terinfeksi dapat dengan mudah menjadi benih wabah eksponensial baru."
Apa Itu Omicron?
Varian baru Omicron ditemukan di provinsi terpadat Afrika Selatan, Gauteng, selama dua minggu terakhir. Menurut WHO, jumlah kasus itu tampak meningkat di hampir semua provinsi Afrika Selatan.
Pada hari Minggu lalu, menurut BBC, Afrika Selatan melaporkan 2.800 kasus infeksi baru, naik dari rata-rata 500 kasus harian pada pekan sebelumnya.
Penasihant pemerintah dah ahli epidemiologi Salim Abdool Karim memperkirakan jumlah kasus akan mencapai lebih dari 10.000 ribu per hari pada akhir pekan dan rumah sakit akan kewalahan dalam dua sampai tiga minggu ke depan.
Kendati demikian, Menteri Kesehatan Joe Phaahla meminta seluruh pihak "sama sekali tidak perlu panik".
"Kami pernah ke sini sebelumnya," tambahnya, merujuk pada varian Beta yang diidentifikasi di Afrika Selatan Desember lalu.
Di sisi lain, DW melaporkan, varian B.1.1.529 yang resmi disebut WHO bernama Omicron pertama kali ditemukan pada 11 November 2021 di Botswana. Sejak saat itulah B.1.1.529 ditemukan di Afrika Selatan, terutama marak ditemukan di provinsi Gauteng, meliputi Johannesburg dan Pretoria.
Para ilmuwan memprediksi, sampai 90 persen dari semua kasus Covid-19 di Gauteng, bisa saja terkait dengan Omicron. Bahkan, para ilmuwan memprediksi Omicron itu sudah menyebar di delapan provinsi lain di Afrika Selatan.
Tidak hanya terjadi di Afrika Selatan, pada Jumat (26/11) lalu, Belgia juga mengonfirmasi kasus pertama varian Omicron di Eropa. Menurut ahli virologi Belgia, Marc Van Ranst, sampel itu berasal dari pelancong dari Mesir yang kembali ke Belgia. Orang tersebut baru menunjukkan gejala pada 22 November.
Sampai dengan Senin (29/11), ada 13 kasus Omicron terkonfirmasi di Belanda, Jerman, Hong Kong, Israel, Italia, Prancis, Kanada dan Australia.
Para peneliti mengatakan, jumlah mutasi virus ini sangat tinggi dan mereka menemukan 32 mutasi pada protein spike. Padahal, varian delta yang dianggap sangat menular pun hanya menunjukkan delapan mutasi.
Kendati demikian, jumlah mutasi pada protein bukan indikasi yang tepat untuk mengklaim seberapa berbahayanya varian baru tersebut. Sebab, itu cuma menunjukkan kalau sistem kekebalan manusia akan lebih sulit melawan varian baru itu.
Seorang alhi biologi molekuler di Institute of Molecular Biotechnology di Wina bernama Dr Ulrich Elling memperkirakan, varian baru ini "mungkin 500 persen lebih menular daripada delta."
Namun, infeksi dengan varian baru belum tentu lebih parah daripada varian sebelumnya. Tetapi ada tanda-tanda bahwa varian baru menyebar lebih cepat dan yang sekarang dapat menempatkan sistem kesehatan nasional di bawah tekanan yang lebih besar dan lebih cepat, kata Ulrich.
Editor: Iswara N Raditya