Menuju konten utama

Apa Itu Hari Krida Pertanian 21 Juni, Makna, Tujuan, & Sejarahnya?

Senin, tanggal 21 Juni 2021 hari ini, Indonesia merayakan Hari Krida Pertanian yang ke-49. 

Apa Itu Hari Krida Pertanian 21 Juni, Makna, Tujuan, & Sejarahnya?
Sejumlah petani menyortir hasil panen padi saat senja di areal persawahan Desa Kawengen, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Senin (15/3/2021). ANTARA FOTO/Aji Styawan/foc.

tirto.id - Hari Krida Pertanian diperingati secara nasional setiap 21 Juni. Hari Senin tanggal 21 Juni 2021 hari ini, Indonesia merayakan Hari Krida Pertanian yang ke-49. Lantas, apa itu Hari Krida Pertanian dan apa makna, tujuan, serta bagaimana sejarahnya?

Hari Krida Pertanian merupakan hari besar peringatan pertanian yang dirayakan oleh seluruh masyarakat pertanian di Indonesia, termasuk petani, peternak, nelayan, hingga pegawai dan pengusaha yang bekerja di sektor pertanian.

Dikutip dari laman resmi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Kementerian Pertanian (Kementan), Hari Krida Pertanian dirayakan sebagai bentuk rasa syukur para masyarakat pertanian atas hasil panen.

Selain itu, Hari Krida Pertanian juga menjadi waktu untuk mengevaluasi kekurangan dari kegiatan pertanian yang sudah lalu untuk diatasi dan dicegah pada kegiatan pertanian selanjutnya.

"Hari Krida Pertanian pada hakekatnya merupakan hari bersyukur, hari berbangga hati dan sekaligus hari mawas diri serta hari dharma bhakti," catat Balitjestro pada peringatan Hari Krida Pertanian 2020 silam.

Sejarah & Makna Hari Krida Pertanian

Tanggal Hari Krida Pertanian ditetapkan berdasarkan faktor astronomis dan pembagian musim. Dari sisi astronomis, tanggal 21 Juni merupakan waktu di mana Indonesia mengalami pergantian iklim yang mempengaruhi kegiatan pertanian.

Di tanggal tersebut, matahari berada dalam posisi garis balik utara (23,5° lintang utara). Inilah waktu proses produksi tanaman berakhir dan akan dimulainya proses penanaman yang baru.

Sementara berdasarkan pembagian musim, tanggal 21 Juni merupakan awal musim ke-1 yang merupakan awal dari siklus 12 musim. Siklus 12 musim yang dimaksud adalah siklus pranata mangsa, yang jika diuraikan menjadi hujan, angin, serangga, penyakit unggas, dan lain sebagainya.

Tanggal 21 Juni disebut sebagai Mangsa Terangyang diartikan sebagai langit cerah. Mangsa Terang berlangsung selama 82 hari dan terletak di antara Mangsa Panen dengan Mangsa Paceklik. Beberapa komoditi pertanian yang dilaksanakan pada masa ini antara lain kopi, cengkeh, dan lada.

Di perayaan ke-48, Hari Krida Pertanian dijadikan sebagai momentum pergeseran pola pertanian nasional yang semula menggunakan sistem tradisional menuju ke pertanian modern.

Dilansir dari Antara, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyebutkan bahwa inovasi dan teknologi informasi dapat mendukung produktivitas kegiatan pertanian dalam negeri.

"Untuk itu, teknologi dan inovasi harus semakin digiatkan untuk meningkatkan produktivitas, pelibatan generasi muda dan start-up, efisiensi tenaga kerja, dan perluasan pasar bagi industri serta ekspor," jelas Syahrul Yasin Limpo seperti yang dikutip dari Antara.

Lebih lanjut, Mentan mengajak petani dan masyarakat untuk terus produktif apalagi di kondisi pandemi COVID-19.

"Sektor lain penting, namun pangan paling utama. Apalagi di masa pandemi ini, kita merasakan sekali, butuh pangan sehat, pangan yang cukup. Gizi yang seimbang dan menyehatkan," terang Syahrul.

Sektor pertanian memiliki peran penting dalam perekonomian nasional, baik sebagai produsen komoditas, pemenuhan tenaga kerja, hingga penyumbang devisa.

Maka, perayaan Hari Krida Pertanian diharapkan menjadi momen masyarakat dan petani untuk mendorong aktivitas produksi dan perbaikan terhadap ekonomi nasional.

Baca juga artikel terkait PERTANIAN atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Iswara N Raditya