Menuju konten utama

Apa Itu Happy Hypoxia pada Pasien COVID-19?

Happy hypoxia tidak bisa terjadi pada orang yang tanpa gejala COVID-19 kata dr Erlina Burhan.

Apa Itu Happy Hypoxia pada Pasien COVID-19?
Ilustrasi Pasien Corona. foto/istockphoto

tirto.id - Gejala happy hipoxia pada pasien COVID-19 hanya terjadi pada orang dengan gejala dan tidak terjadi pada orang yang tidak memiliki gejala sama sekali, menurut Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dr Erlina Burhan Sp.P.

Ia menjelaskan bahwa gejala happy hypoxia harus segera mendapat pertolongan agar pasien bisa diselamatkan. Happy hypoxia merupakan keadaan di mana pasien COVID-19 mengalami kekurangan oksigen di dalam darahnya, tetapi sang pasien tidak merasakan sesak napas.

Hal tersebut berbahaya bagi tubuh karena seseorang merasa baik-baik saja padahal sejatinya sedang kekurangan oksigen. Namun, Erlina menegaskan bahwa happy hypoxia hanya terjadi pada orang yang terinfeksi COVID-19 dan memiliki gejala lain.

"Happy hypoxia tidak bisa terjadi pada orang yang tanpa gejala. Gejala lainnya ada, seperti demam, flu, yang tidak ada gejalanya cuma sesak," kata Erlina.

Orang yang terinfeksi COVID-19 dan memiliki gejala lain seperti demam atau flu sebaiknya segera hubungan layanan kesehatan terdekat. Terlebih lagi apabila gejala yang dialami semakin berat sehingga harus segera dirujuk ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan.

Happy hypoxia yang menyebabkan pasien yang terinfeksi COVID-19 tidak merasakan sesak dikarenakan banyaknya infeksi yang terjadi pada tubuh akibat virus SARS CoV 2. Infeksi yang terjadi pada tubuh menghambat sinyal yang dikirimkan ke otak akibat terjadinya inflamasi.

Pada kondisi normal seseorang biasanya memiliki saturasi oksigen antara 95 sampai 100 persen. Dalam keadaan saturasi oksigen normal maka sel darah merah atau hemoglobin dapat mengikat oksigen dengan baik lalu akan menyampaikannya ke seluruh sel pada jaringan tubuh. Namun, saat mengalami hypoxia maka saturasi oksigen mengalami penurunan di bawah level normal.

Penyakit yang terjadi akibat infeksi COVID-19 ini belakangan terjadi di RSUD Margono Soekarjo Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.

Oximeter untuk Happy Hypoxia

Alat pengukur kadar oksigen yakni oximeter menjadi salah satu bahan perbincangan di dunia maya saat ini, salah satunya terkait gejala happy hypoxia atau menurunnya kadar oksigen yang bisa berujung kematian pada pasien COVID-19.

Mengenai hal ini, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito Anggarino Damay mengatakan, happy hypoxia bisa dialami pasien COVID-19 bergejala ringan yang dirawat mandiri, sehingga mereka perlu menyediakan oximeter di rumah.

"Seseorang yang happy hypoxia mungkin ada gejala yang ringan yang tidak disadari bukan sama sekali tidak bergejala. Mungkin perlu sediakan di rumah untuk mereka yang menderita COVID-19 ringan yang isolasi mandiri," kata dia.

Pada pasien COVID-19, oximeter bisa membantu memeriksa kadar oksigen sehingga saat level oksigen pasien rendah bisa dideteksi dini.

Alat ini biasanya berukuran kecil dan mudah dibawa. Alat ini dipasang di ujung jari lalu seberapa baik oksigen mengikat sel darah merah Anda akan diukur. Orang sehat angka pada oximeter menunjukkan angka antara 95-100 persen.

Lalu apakah orang sehat bisa terkena happy hypoxia? Tidak, Happy hipoxia tak akan terjadi pada orang yang benar benar sehat, kata Vito.

Tetapi orang sehat boleh memiliki oximeter di rumah? Vito membolehkannya. Dia sendiri memiliki alat ini untuk membuktikan pemakaian masker seharian tidak menganggu kadar saturasi oksigen.

Namun dia mengingatkan, oximeter tidak akan berguna jika seseorang lalai menerapkan protokol kesehatan yakni menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker.

Baca juga artikel terkait COVID-19 atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yantina Debora
Editor: Agung DH