Menuju konten utama

Apa Itu Silent Hypoxia & Berapa Kadar Saturasi Oksigen Normal

Mengenal Silent Hypoxia, kurangnya kadar oksigen pada pasien COVID-19 dan berapa kadar saturasi oksigen normal.

Apa Itu Silent Hypoxia & Berapa Kadar Saturasi Oksigen Normal
Ilustrasi Masker Ventilator. foto/istockphoto

tirto.id - Dalam kasus Covid-19 terdapat gejala yang disebut silent hypoxia yang ada hubungannya dengan kadar saturasi oksigen normal/abnormaal pasien.

Apa Itu Silent Hypoxia

Hypoxia merupakan sebuah kondisi di mana kadar oksigen di dalam tubuh terus menurun dan membuat mereka tidak dapat bernapas, tidak sadar, bahkan meninggal. Namun, pada pasien dengan Coronavirus ini mereka tidak menyadari hal tersebut dan merasa sehat. Oleh karena itulah dinamakan silent hypoxia.

Spesialis paru-paru si Waterbury, Connecticut dan juru bicara American Lung Association Dr. David Hill mengatakan kepada TODAY bahwa silent hypoxia terjadi ketika area di paru-paru memiliki udara yang cukup normal namun kadar oksigen di dalam darah lebih rendah.

“Pasien-pasien ini masih akan memiliki fungsi paru-paru yang cukup baik sehingga mereka mampu mengeluarkan karbon dioksida dengan baik dan tidak mengalami sesak napas," tambahnya.

Dilansir Science Times, para dokter melaporkan bahwa pasien di A&E memiliki persentase kadar oksigen 80 persen atau 70 persen, bahkan terkadang di bawah 50 persen.

Kenyataan ini lebih rendah dari pada persentase saturasi oksigen normal yang diharapkan yaitu setidaknya 95 persen pada orang sehat.

Pada umumnya, ketika pasokan oksigen dalam darah menurun, organ-organ seperti jantung, otak, dan organ vital lainnya berada dalam risiko. Pasien biasanya akan kehilangan kesadaran ketika saturasi oksigennya di bawah 75 persen.

Akan tetapi, penurunan kadar oksigen ini tidak membuat orang merasa terengah-engah. Peningkatan kadar karbon inilah yang biasanya terjadi bersamaan karena paru-paru tidak dapat membersihkan gas dengan efisien. Namun, respons ini tampaknya tidak terlihat pada beberapa pasien COVID-19.

Akan tetapi, para pasien tidak menyadari kondisi hipoksia yang mereka miliki akibat infeksi COVID-19 tersebut.

Jonathan Bannard-Smith, seorang konsultan dalam perawatan kritis dan anestesi di Manchester Royal Infirmary mengatakan bahwa ia melihat banyak pasien dengan tingkat saturasi oksigen yang rendah dan mereka tidak menyadarinya.

Lebih lanjut ia menyatakan bahwa fenomena ini tidak terjadi pada kasus-kasus influenza atau pneumonia.

Sebelumnya, hipoksia berat memang dapat diderita oleh pasien pneumonia atau emboli paru. Pada umumnya pasien tersebut akan tampak sakit dan hanya akan tidur di tempat tidurnya sebagaimana dikatakan Dr. Mike Charlesworth, ahli anestesi di Wythenshawe Hopsital di Manchester.

Sementara itu, hingga kini dokter masih belum mengetahui dampak silent hypoxia ini bagi tubuh: menyebabkan kerusakan organ atau sebagai cara kompensasi tubuh mencapai kesembuhan.

Di sisi lain, para dokter mengkhawatirkan kondisi kesehatan para pasien yang ternyata lebih buruk dari pada yang mereka sadari sebagaimana ditulis dalam Live Science. Namun, ada cara untuk mencegah hal tersebut menurut New York Times Op-Ed yang ditulis oleh dokter gawat darurat Richard Levitan.

Ia menuliskan bahwa apabila pasien yang sakit diberikan alat pemantau oksigen atau disebut pulse oximeters untuk memantau gejala mereka di rumah, mereka mungkin dapat mencari perawatan medis lebih cepat. Upaya ini pun pada akhirnya dapat mengantisipasi kemungkinan buruk yang bisa terjadi.

“Oksimetri nadi sangat andal dalam mendeteksi masalah oksigenasi dan peningkatan detak jantung,” tulis Levitan.

“Oksimeter nadi membantu menyelamatkan nyawa dua dokter darurat. … Ketika mereka sadar kadar oksiden mereka menurun, keduanya pergi ke rumah sakit dan pulih,” lanjutnya.

Berapa Saturasi Oksigen Normal?

Dikutip dari laman ui.ac.id, Dr. Ceva Wicaksono Pitoyo, Sp. PD-KP., KIC, staf pengajar Respirologi Fakultas Kedokteran UI/FKUI menjelaskan, saturasi oksigen adalah persentase Hb (Hemoglobin) yang mengikat oksigen atau kejenuhan Hb yang teroksigenisasi.

Dalam bahasa sederhana, saturasi oksigen adalah kadar oksigen di dalam darah. Jika kadar oksigen dalam darah rendah, maka berbahaya bagi pasien sebab bisa memengaruhi fungsi organ-organ vital di dalam tubuh beserta jaringan tubuh lainnya.

Mengapa penderita COVID-19 sering mengalami tingkat oksigen di dalam darah yang rendah? Karena sirkulasi oksigennya terhambat disebabkan infeksi virus pada paru-paru yang membuat organ pernapasan itu tidak bisa bekerja dengan baik.

Akibatnya, terjadi penumpukan cairan di paru-paru yang menyulitkan oksigen masuk untuk diedarkan ke seluruh tubuh.

Saat oksigen tidak bisa diantarkan dengan baik ke seluruh tubuh termasuk ke beberapa organ vital sep

Tingkat saturasi oksigen adalah ukuran oksigen dalam darah. Dalam istilah medis, disebut juga PaO2 atau O2 sat (SpO2).

Dilansir Healthline, tingkat oksigen normal untuk paru-paru yang sehat adalah di antara 95 dan 100 persen, dengan pembacaan menggunakan pulse oxymeter.

Namun, pada penderita PPOK atau penyakit paru-paru lainnya, kisaran ini mungkin tidak berlaku. Dokter akan memberi tahu berapa kadar yang normal untuk kondisi spesifik Anda.

Misalnya, tidak jarang orang dengan PPOK berat memiliki kadar oksigen antara 88 hingga 92 persen.

Baca juga artikel terkait GEJALA COVID-19 atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yandri Daniel Damaledo
Penyelaras: Yulaika Ramadhani