tirto.id - Sebagian besar umat Islam di Indonesia tentu sudah tidak asing dengan istilah Nahdliyin. Tapi mungkin masih banyak yang belum terlalu memahami apa arti Nahdliyin? Bagaiamana pula sejarah penyebutan dan tokoh-tokohnya?
Nahdliyin kerap digunakan sebagai sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Meski demikian, penggunaan sebutan Nahdliyin menurut Ahmad Zainul Hamdi, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya dalam laman resmi NU tidak sesederhana itu.
Nahdliyin berdasarkan pemaparan Ahmad Zainul merupakan suatu identitas, yang artinya tidak ada rumus pasti yang dapat menyimpulkan seseorang adalah seorang Nahdliyin. Pasalnya, identitas terkait dengan makna atas label sosial, hubungan dan posisi seseorang dalam struktur sosial, dan lain sebagainya.
Namun, pengertian Nahdliyin secara ringkas dijelaskan oleh Aziz, Aceng Abdul, dkk dalam bukunya berjudul Islam Ahlusunnah Waljamaah (2015). Disebutkan bahwa warga Nahdliyin adalah sebutan bagi warga atau masyarakat yang berpaham ke-NU-an dan mengamalkan apa yang menjadi amaliyah dari organisasi masyarakat yaitu Nahdlotul Ulama. Warga Nahdliyin menggunakan prinsip utama NU yaitu Islam ahlussunnah wal jamaah.
Ciri Khas Kaum Nahdliyin
Sekretaris Lembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama (LBMNU) Provinsi Lampung Agus Mahfudz menyebutkan empat ciri khas kaum Nahdliyin yaitu amaliah, fikrah, harakah, dan ghirah. Berikut penjelasannya dirangkum dari laman resmi NU.
1. Amaliah (Cara Beribadah)
Kaum Nahdliyin menjunjung tinggi ideologi Aswaja dan selalu berusaha menjaga kemurnian Islam dengan mengikuti aqidah Islam yang diajarkan Rasulullah.Dalam aspek fiqih, kaum Nahdliyin mengikuti empat madzhab yaitu Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’I, dan Imam Hanbali. Saat bertasawuf, kaum Nahdliyin mengikuti pendapat Imam Junaidi al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali.
2. Fikrah (Pemikiran)
Kaum Nahdliyin mengusung nilai yang berhaluan pada konsep toleran, moderat, seimbang, dan adil. Dengan demikian, kaum Nahdliyin bukan merupakan orang dengan pemikiran yang liberal maupun radikal. Kaum Nahdliyin idealnya bijak dalam merespon segala bentuk pendapat dan pemikiran.3. Harakah (Gerakan)
Kaum Nahdliyin bergerak dengan cara NU. Tidak dibenarkan bagi Nahdlyin melakukan gerakan yang bertentangan dengan gerakan keorganisasian NU.4. Ghirah (Semangat)
Kaum Nahdliyin memiliki semangat juang yang tinggi. Itulah mengapa menurut Agus Mahfudz, NU menjadi rumah besar bagi para kiai, ulama, habaib, santri, dan sebagian besar umat Islam di Indonesia.Sejarah Nahdliyin
Sejarah Nahdliyin tidak bisa dipisahkan dengan awal berdirinya NU. Organisasi Islam terbesar di Indonesia ini lahir pada 31 Januari 1926.
Pendirian NU digagas para kiai ternama dari Jawa Timur, Madura, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, yang menggelar pertemuan di kediaman K.H. Wahab Chasbullah di Surabaya.
Selain K.H. Wahab Chasbullah, pertemuan para kiai itu juga merupakan prakarsa dari K.H. Hasyim Asy’ari. Pada pertemuan itu, dikukuhkan pula KH Hasyim Asy’ari sebagai pemimpin tertinggi pertama NU dan wakilnya Kiai Faqih Maskumambang.
Chairul Anam dalam buku Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama menulis bahwa pendirian NU pada hakekatnya bertujuan untuk membentuk suatu organisasi yang mampu mempersatukan para ulama dan mengubah pandangan hidup mereka tentang zaman baru.
Tokoh NU, mendiang KH Maimoen Zubair, pernah menjelaskan mengenai siapa sebenarnya warga NU atau Nahdliyin. Ia mengatakan, Nahdliyin dibagi menjadi dua yaitu aggota alami dan anggota organisasi.
Anggota organisasi adalah anggota yang tercatat sebagai anggota dalam keorganisasian NU. Sementaran, anggota alami adalah mereka yang mengikuti para ulama.
Tokoh-tokoh Nahdliyin
Sejak berdiri 98 tahun silam, NU telah banyak melahirkan tokoh-tokoh Nahdliyin yang memiliki kontribusi di bidang keagamaan, politik, dan kemasyarakatan. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.
5. KH Masykur
6. KH Syam’un
7. KH As’ad Syamsul Arifin
8. KH Idham Chalid
9. KH Zainal Mustofa
11. KH Maimun Zubair
12. KH Abdul Chalim Leuwimunding
13. Andi Djemma
14. Usmar Ismail
15. Andi Mappanyukki
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra