Menuju konten utama

Antoine Griezmann, Trik Anti-Sepak Bola, dan Final Piala Dunia 2018

Perancis dapat saja menggunakan trik sepak bola negatif ala Atletico Madrid, klub Antoine Griezmann, di final Piala Dunia 2018.

Antoine Griezmann, Trik Anti-Sepak Bola, dan Final Piala Dunia 2018
Duel antara Eden Hazard, left dengan Antoine Griezmann pada pertandingan Semifinal Piala Dunia 2018 antara Timnas Perancis vs Timnas Belgia di St. Petersburg Stadium, St. Petersburg, Rusia,Rabu (11/07/2018). AP Photo/Pavel Golovkin

tirto.id - Antoine Griezmann menjadi salah satu instrumen paling penting yang membawa Perancis ke final Piala Dunia 2018. Ia mengirimkan dua assist, termasuk untuk gol Samuel Umtiti ke gawang Belgia pada Rabu (11/7/2018). Menurut Griezmann, ada 'trik' ala Atletico Madrid dalam keberhasilan Les Bleus ke partai puncak.

"Kami bertahan, dan mencetak gol yang berasal dari set-piece. Ini sedikit mirip Atletico," ungkap Griezmann dikutip L'Equipe.

Dalam laga Perancis kontra Belgia di semifinal Piala Dunia 2018, Les Bleus memang bukan tim yang dominan dalam penguasaan bola. Mereka hanya memiliki 36 persen, kalah jauh dari Iblis Merah yang mempunyai 64 persen. Masalah umpan dan akurasi umpan pun demikian.

Sepanjang 90 menit, Perancis tercatat memiliki 346 umpan dan 289 umpan akurat. Maknanya hanya 84 persen umpan sukses. Sebaliknya, Belgia mempunyai 584 umpan, dan akurasi umpan mereka mencapai 91 persen (542 berhasil).

Uniknya, penguasaan bola dan permainan umpan itu tidak bermakna banyak dalam efektivitas serangan. Sepanjang pertandingan, Perancis justru mampu melepaskan 19 tembakan. Sementara itu, jumlah tembakan Belgia tidak ada setengahnya, hanya 9.

Perbandingan jumlah tembakan on target juga berbeda, meski lebih tipis. Perancis mengirim 5 tembakan tepat sasaran, berbanding 3 saja milik sang lawan.

Sikap Perancis yang memilih bertahan ini kontras dengan ketika mereka menghadapi Uruguay. Ketika itu, Les Bleus unggul penguasaan bola dengan ekstrem, 61 persen berbanding 39 persen. Tim asuhan Didier Deschamps juga unggul dalam akurasi umpan (81 persen berbanding 64 persen), meski berimbang dalam jumlah tembakan (11 berbanding 11).

Atas dasar permainan 'negatif' Perancis inilah, dua penggawa utama Belgia, Thibaut Courtois dan Eden Hazard meradang.

Hazard menyebutkan, "Saya lebih suka kalah bersama Belgia ini daripada menang bersama Perancis yang seperti itu. Tapi mereka bertahan dengan tangguh dan sangat efisien. Kami tidak menemukan titik lemah mereka."

Sementara itu, Courtois menekankan, "Perancis menanduk tendangan sudut dan tidak berbuat apapun kecuali bertahan. Saya lebih suka kalah di perempat final melawan Brasil, setidaknya tim tersebut ingin bermain sepakbola. (Perancis) adalah tim anti sepak bola."

Tetapi, apa yang bisa disalahkan dari tim yang memilih bertahan? Menghadapi Belgia yang memiliki banyak pemain ofensif mengerikan, Perancis tidak mengambil risiko. Hal ini toh juga mereka lakukan saat mengalahkan Argentina 4-3 di 16 besar, kala La Albiceleste memiliki 60 persen penguasaan bola, bahkan unggul jumlah tembakan.

Kembali ke ucapan Antoine Griezmann, bahwa timnya sedikit bermain layaknya Atletico Madrid, tampak ada bayangan di partai final nanti. Lawan Perancis adalah Kroasia, tim yang rerata penguasaan bola mereka lebih baik dari Les Bleus, yaitu 54,5 persen milik Vatreni berbanding 51,3 persen milik Perancis.

Di final Liga Eropa 2018, Atletico Madrid berjumpa dengan Olympique Marseille. Tim Griezmann itu kalah dalam penguasaan bola di laga tersebut, dengan perbandingan 43 persen:57 persen. Tapi, Atletico mampu memenangi laga 3-0 dan menjadi juara. Sekarang, Griezmann bisa saja meminta agar Perancis tampil 'sedikit berbau Atletico' sekali lagi, agar Les Bleus mengulang kesuksesan Piala Dunia 1998.

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2018 atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Olahraga
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Fitra Firdaus