Menuju konten utama

Anies: Larangan Salatkan Jenazah Itu Reaksi Isu KJP Dicabut

Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan jika isu-isu berbau SARA terkait penolakan menyalatkan jenazah itu sebagai reaksi balik dari ancaman isu dicabutnya program KJP dan pasukan orange.

Anies: Larangan Salatkan Jenazah Itu Reaksi Isu KJP Dicabut
Spanduk menolak menyolatkan jenazah pemilih pemimpin non muslim dipasang di depan Masjid Al Jihad, Kelurahan Karet, Jakarta Selatan. Tirto.id/Andrey Gromico.

tirto.id - Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan isu-isu berbau SARA terkait penolakan menyalatkan jenazah itu sebagai reaksi balik dari ancaman isu dicabutnya program KJP dan pasukan orange.

"Ancaman itu mulai beberapa bulan yang lalu ketika warga diancam akan dicabut bantuan sosialnya kalau tidak pilih petahana. Itu yang membuat warga marah lalu muncul ancaman balik, ancaman itu beredarnya di warga," ujar Anies di Jalan Kapten Tendean, Mampang Prapatan, Senin (13/3/2017).

Menurut Anies, selama ini telah beredar isu di masyarakat jika program KJP (Kartu Jakarta Pintar) akan dihapus termasuk dengan pasukan orange atau PPSU (Petugas Prasarana dan Sarana Umum). Ancaman seperti itu, lanjut dia, menimbulkan ancaman balik.

Anies mengaku lebih senang jika isu yang beredar terkait program seperti program rumah dengan DP nol persen. Kalaupun ada kritik, kata dia, kritiknya ada pada program.

"Komentarnya pada program tapi kalau pada ancaman bahaya. Karena itu jangan, jangan mengancam bakal ada pencabutan KJP jangan mengancam ada pemberhentian PPSU, karena ancaman itu menghadirkan ancaman," ungkap dia.

Anies juga ikut angkat bicara ihwal rival politiknya, Ahok yang berkunjung ke kediaman Hindun pagi ini. Ia menimpali jika pihaknya akan terus berkonsentrasi kepada warga Jakarta yang membutuhkan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi.

"Mari kita tunaikan kewajiban kita namanya juga fardhu kifayah kalau sudah ada orang lain menyelesaikan maka tunai. Tapi kalau belum ada maka saya luruskan kepada para relawan untuk membantu menunaikan," tambah dia.

Sebelumnya, beredar isu salah satu warga Jakarta Selatan, Hindun (77) ditolak disalatkan di mushola oleh seorang ustad setempat. Yang menjadi pangkal sebab, Hindun memilih Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)- Djarot Saeful Hidayat di Pilkada 15 Februari lalu.

Namun, saat di konfirmasi oleh Tirto kemarin, Minggu (12/3/2017), ustad setempat, Syafii mengatakan jika jenazah Hindun tidak disalatkan di Masjid dikarenakan cuaca yang tidak memungkinkan.

"Langit sudah hitam banget. (Jenazah) jam 5 harus susah sampai ke kuburan. Jam 5 masih dimandiin," kata dia, Minggu (12/3/2017).

Selain Hindun, permasalahan yang hampir serupa terjadi di kelurahan Pondok Pinang, Kebayoran Lama. Seorang warga, bernama Siti Rahbaniah (80), ditolak untuk dishalatkan.

Yang terjadi kemudian, keluarga Rahbaniah dimintai oleh pengurus masjid untuk meneken surat pernyataan sehingga jenazah bisa disalatkan di Masjid.

Baca juga artikel terkait SHALAT JENAZAH atau tulisan lainnya dari Chusnul Chotimah

tirto.id - Politik
Reporter: Chusnul Chotimah
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Maya Saputri