tirto.id - Gubernur Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengunjungi kediaman keluarga almarhum Ibu Hindun di daerah Karet, Senopati, Jakarta Pusat pada hari Senin (13/3/2017). Dalam kunjungan itu, Ahok menemui Neneng yang merupakan anak dari almarhum Hindun.
“Saya titip doa supaya dilapangkan jalan kuburnya Bu Hindun,” tutur Ahok ketika ditanya alasan kedatangannya ke rumah yang hanya berukuran 3x4 meter tersebut.
Dalam kunjungannya ini, pasangan Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada Jakarta 2017 ini juga mengajak awak media berhenti membahas isu larangan mendoakan jenazah orang beragama Muslim tapi memilih kafir dalam Pilkada.
”Gak usah cerita-cerita lagi lah. Yang penting sekarang kita doakan supaya almarhum dilapangkan jalan kuburnya,” kata Ahok.
Menurut Ahok, hal ini merupakan persoalan yang memalukan bagi bangsa, di mana agama menjadi isu yang bercampur dengan politik. “Saya kira sudah banyak imbauan. Saya kira sudahlah kita ikutin ajaran agama saja yang benar. Jangan dipolitisir,” tandas Ahok.
Sebelumnya, jenazah almarhum Hindun sempat heboh karena dikabarkan ditolak oleh masyarakat untuk didoakan di masjid. Alasan penolakan tersebut karena hujan dan waktu yang mepet dan jenazah Hindun terpaksa harus disalatkan di rumahnya.
Namun, anaknya yang bernama Neneng (46) merasakan adanya keganjilan atas penolakan itu, karena mereka mengaku tidak terburu-buru. Kabar pun beredar seiring dengan informasi bahwa almarhum Hindun semasa hidupnya adalah pendukung pasangan Ahok-Djarot.
“Untuk cepat-cepat, enggak, ya. Kita dikasih waktu karena yang ngurusin dari Kepala TPU dari Bivak. Dia bilang, pokoknya jam 6 masih bisa. Si kepala TPU bilang, 'Kalau ada masalah, ngomong sama saya, Neng,'” ujar Neneng.
Sekretaris tim pemenangan pasangan Ahok-Djartot, Tubagus Ace Hassan Syadzily mengatakan bahwa pihaknya juga akan mengunjungi salah satu korban lagi yang juga disanterkan menemui hambatan dalam proses mendoakan anggota keluarga yang sudah meninggal, yakni keluarga almarhum Siti Rohbaniah.
“Diagendakan, rencananya akan ke sana,” tutur Ace.
Selain Ahok, Wakil Gubernur petahana Djarot Saiful Hidayat juga rencananya akan berkunjung ke kediaman almarhum Ibu Hindung. Djarot membutuhkan pengawalan Banser karena daerah perkampungan yang terletak di belakang Gedung Setiabudi One tersebut merupakan basis pendukung Anies-Sandi. Di TPS 14 daerah Karet tersebut, Anies-Sandi memperoleh 246 suara, dan Ahok-Djarot 141 suara, sedangkan sisa 119 suara milik pasangan Agus-Sylvi.
Sebelumnya, Djarot sempat ditolak oleh sebagian massa pendukung Anies-Sandi ketika menjadi tamu undangan acara Haul Soeharto peringatan Supersemar di Masjid At-Tin pada hari Sabtu (11/3).
Spanduk Provokatif di Pilkada Jakarta
Sekretaris tim pemenangan pasangan Ahok-Djartot, Tubagus Ace Hassan Syadzily menilai maraknya spanduk pada Pilkada Jakarta terkait imbauan yang melarang mendoakan jenazah beragama Muslim yang mendukung pasangan Ahok-Djarot sebagai suatu hal yang tidak sehat.
“Kok gara-gara Pilkada ini orang dinistakan, tidak mau disalatkan dan lain-lain, tapi memang tidak siap berdemokrasi,” kata dia.
Menurut Ace, hal ini bisa berdampak pada suara yang ada di masyarakat jelang Pilkada putaran kedua 19 April mendatang. Banyak orang yang jadi khawatir pun takut karena pengurus masjid dirasa enggan untuk mendoakan mereka, atau anggota keluarganya yang mungkin akan meninggal. Hal ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan.
Ace juga berharap kepada pihak KPUD Jakarta untuk lebih bersikap tegas dengan memberikan edukasi ke masyarakat tentang Pilkada agar suasana bisa menjadi kondusif. Ace berpesan bahwa ini adalah tugas KPUD untuk lebih tegas mensosialisasikan pelarangan isu larangan agama di Pilkada.
“Untuk itu kami sangat mengimbau terutama kepada Pemerintah Daerah DKI dan KPUD karena ‘kan otoritas untuk menurunkan itu juga kepada Pemda DKI. Lebih jernih gitu, untuk lebih tegas kepada tiap-tiap yang melakukan upaya-upaya mengkait-kaitkan soal pemilihan Pilkada ini dengan shalat jenazah dan lain-lain itu,” kata dia.
Hal serupa juga disampaikan oleh Mardani Ali Sera selaku Ketua tim pemenangan Anies-Sandi. Ia mengatakan bahwa baik Anies Baswedan maupun Sandiaga Uno sudah menjaga perdamaian di masyarakat. Meski demikian, ia juga menegaskan bahwa penertiban atribut atau spanduk yang meresahkan masyarakat itu bukanlah tugas dari mereka.
“Itu bukan tugasnya kita, tugasnya siapa? Masa kita yang disuruh tanggung jawab,” kata politisi PKS tersebut kepada Tirto, Minggu (12/3).
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto