tirto.id - Kalimat istirja yang berbunyi Innaa lillahi wa innaa ilahi raji’un dilafalkan ketika seorang muslim sedang mendapat ujian berupa musibah.
Mengucapkan bacaan atau kalimat istirja’ diperintahkan dalam agama Islam untuk mengingat Allah karena setiap hal yang terjadi di dunia tidak luput dari pengawasan Allah.
Lafal bacaan kalimat istirja’ adalah إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (tulisan latin: Innaa lillahi wa innaa ilahi raji’un). Kalimat iniberarti “Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada-Nya kami akan kembali.”
Tuntunan pengalaman kalimat istirja’ terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 156. Ayat sebelumnya menyinggung tentang orang sabar yang kemudian penjelasannya terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 156.
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali),” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 156).
Mengucapkan kalimat istirja’ merupakan salah satu adab ketika ta’ziyah. Dilansir dari E-Modul Fikih MTS, orang yang mendengar musibah kematian hendaknya mengucapkan kalimat istirja’.
Keutamaan Kalimat Istirja’ Innaa Lillahi wa Innaa Ilahi Raji’un
Kalimat istirja’ diajarkan pada umat Islam untuk diucapkan saat mengalami musibah dan mengucapkan kalimat isitrja’ merupakan ciri orang yang sabar.
Dilansir dari laman Al-Masoem, Allah menjadikan kalimat istirja' sebagai sandaran bagi orang yang tertimpa musibah dan perlindungan bagi mereka yang sedang menjalani ujian.
Banyak makna yang berkah dalam kalimat istirja’. Menurut laman yang sama, kalimat ‘inna lillahi’ merupakan wujud tauhid dan pengakuan terhadap ubudiyah (status kita sebagai hamba) dan kekuasaan Allah.
Sementara itu, kalimat ‘wa inna ilaihi raaji’uun’ adalah pengakuan bahwa kita akan binasa dan akan dibangkitkan dari alam kubur kita, serta keyakinan bahwa semua urusan kembali kepada-Nya, sebagaimana semua ini milik-Nya (Tafsir al-Qurthubi, 2/176).
Keutamaan kalimat istirja’ dinyatakan dalam hadis dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha. Beliau pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila ada seorang muslim yang mengalami musibah, lalu dia mengucapkan kalimat seperti yang Allah perintahkan, ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’ ya Allah berikanlah pahala untuk musibahku, dan gantikan untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya. Maka Allah akan memberikan ganti untuknya dengan yang lebih baik,” (HR. Muslim: 918).
Keutamaan kalimat istirja’ juga ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah, Allah memberi janji bahwa orang yang sabar dan mengucapkan istirja’ akan mendapat shalawat, rahmat, dan hidayah. “Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,” (QS. al-Baqarah: 157).
Waktu Disunnahkan Mengucapkan Kalimat Istirja’
Pelafalan kalimat isitrja’ dilakukan pada keadaan tertentu, yakni saat seseorang ditimpa musibah. Ucapan istirja’ ini identik dengan musibah kematian, tetapi sebenarnya pengucapan isitrja’ tidak terbatas ketika ada musibah berupa kematian.
Pengucapan istirja’ tidak hanya ditujukan pada musibah atau malapetaka yang besar. Namun, pada musibah kecil sudah sepatutnya mengucapkan kalimat istirja’.
Sebuah riwayat dari Akaramah menyebutkan bahwa suatu malam lentera Rasulullah Saw mendadak padam, kemudian Rasulullah Saw melafalkan kalimat istirja’. Lantas sahabat bertanya “Apakah ini termasuk salah satu musibah wahai Rasulullah?”, lalu beliau menjawab “Benar, setiap penderitaan yang dirasakan oleh seorang mukmin adalah sebuah musibah.” (HR. Muslim).
Waktu yang disunnahkan mengucapkan kalimat istirja’ adalah saat ditimpa musibah. Kendati demikian, musibah yang dialami tidak terbatas pada musibah besar berupa kematian. Sebagaimana yang telah ditegaskan dalam riwayat di atas bahwa setiap penderitaan yang dirasakan seorang mukmin merupakan sebuah musibah.
Hikmah Mengucapkan Kalimat Isitrja’
Mengucapkan kalimat istirja’ merupakan amalan yang dituntunkan dalam Islam. Orang yang mengalamalkan dan mengimaninya dengan baik akan mendapat predikat orang yang sabar.
Banyak hikmah yang terkandung dari kalimat istirja’. Mengutip dari laman Laduni, berikut merupakan hikmah mengucapkan kalimat istirja’:
1. Menyadarkan umat Islam bahwa kita hanyalah seorang manusia yang pasti akan meninggal atau akan mati ketika ajal tiba;
2. Menyadarkan umat Islam bahwa manusia merupakan makhluk ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala ciptakan dan suatu saat akan kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala;
3. Menghilangkan beberapa perilaku tercela, seperti perilaku ‘hubbud dunya’ atau perilaku cinta dunia secara berlebihan dan terhindar dari sifat sombong karena tahu kekuasaan Allah lebih besar dibandingkan kekuasaan manusia sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mampu membuat manusia meninggal;
4. Menjadi salah satu amal kebaikan yang kelak di alam akhirat akan mendapat pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan akan membuat timbangan kebaikan menjadi lebih berat;
5. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam kehidupan sehari-hari;
6. Menyadarkan kita untuk selalu mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah kematian.
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Yulaika Ramadhani