tirto.id - Amerika Serikat (AS) secara teknikal mengalami resesi ekonomi. Hal ini setelah ekonomi negaranya mengalami perlambatan pertumbuhan secara dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal II-2022 ekonomi AS terkontraksi 0,9 persen secara tahunan, dan di kuartal I-2022 hanya 1,6 persen.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi pelemahan terjadi di Negeri Paman Sam akan berdampak ke Indonesia. Terlebih AS merupakan mitra dagang dengan tujuan ekspor terbesar.
"Jadi kalau mereka melemah permintaan ekspor turun dan harga komoditas turun," kata Sri Mulyani dalam acara Dies Natalis Politeknik Keuangan Negara STAN, Jumat (29/7/2022).
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Amerika Serikat pada Juni 2022 senilai 2,46 miliar dolar AS. Amerika bahkan menempati posisi tiga besar di bawah Cina dan India yang masing-masing 5,09 miliar dolar AS dan 2,53 miliar dolar AS.
Lebih lanjut, dia menjelaskan saat ini dunia sedang tidak baik-baik saja. Hal itu disebabkan karena inflasi berbagai negara melonjak sangat tinggi.
Kondisi lonjakan inflasi yang terjadi di berbagai negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), Inggris. Tidak hanya itu, negara kawasan Eropa tentu sangat memiliki pengaruh terhadap Indonesia.
Dia menjelaskan dengan inflasi yang tinggi akan direspons oleh bank-bank sentral dengan pengetatan likuiditas dan kenaikan suku bunga yang agresif, sehingga membuat terjadinya arus modal keluar (capital outflow) dari negara emerging market, termasuk Indonesia.
"Berbagai kemungkinan terjadi, dengan kenaikan suku bunga maka outflow terjadi di seluruh negara berkembang dan emerging market, termasuk Indonesia, dan itu bisa pengaruhi nilai tukar rupiah, suku bunga, bahkan inflasi di Indonesia," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin