Menuju konten utama

Ambisi Manusia Menciptakan Avatar Jadi Nyata

Manusia ingin kesadaran diri tetap abadi meskipun tubuh biologis sudah mati. 

Ambisi Manusia Menciptakan Avatar Jadi Nyata
Ilustrasi [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Jika Janet Asimov masih hidup, mungkin ia akan tersenyum lebar ketika mengetahui gagasan dalam novelnya yang berjudul Mind Transfer yang terbit pada 1988-an, saat ini sedang diwujudkan. Novel ini berkisah tentang perjalanan seorang pria yang telah melalui masa kelahiran, kehidupan, kematian, dan kehidupan keduanya lewat pikiran yang ditransfer ke robot berbentuk manusia.

Apa yang dituliskan oleh seorang yang sekaligus psikiatris dan psikoanalisis itu digadang-gadang terealisasi pada 2045 nanti. Selain itu ada banyak gambaran mengenai Mind Uploading dalam fiksi yang tersaji sejak lama, baik literatur, film, televisi sampai komik. Film-film seperti Avatar, Captain America, Transcendence adalah diantaranya yang telah laris dirilis di layar lebar.

Bayangkan pikiran dan kesadaran diri seseorang masih dapat terus berlangsung meskipun tubuh biologis telah melemah dan akhirnya terurai.

Pada dasarnya mengunggah pikiran atau disebut juga menyalin pikiran ini adalah proses hipotesis pemindaian keadaan mental yang termasuk memori jangka panjang dan kesadaran tentang diri dari substratum otak ke perangkat digital, analog, berbasis quantum atau berbasis software jaringan syaraf tiruan.

Perangkat komputasi kemudian bisa menjalankan model simulasi pengolahan informasi otak, seperti merespons layaknya yang otak asli lakukan termasuk pengalaman dan kesadaran pikiran.

Sebelum itu, dalam beberapa tahun belakangan ini pencapaian pengiriman pikiran dan stimulasi seperti telepati dari otak ke otak telah menunjukkan hasil memuaskan.

Para mahasiswa dari University of Washington setidaknya telah membuktikannya di 2013 lalu. Salah satu peneliti mampu mengirimkan sinyal otak melalui medium internet untuk mengontrol gerakan tangan dari peneliti lain. Dalam penelitian lagi yang lebih komprehensif, para peneliti berulang kali mampu mengirimkan sinyal dari otak satu orang melalui internet, dan menggunakan sinyal ini untuk mengontrol gerakan tangan dari orang lain dalam sepersekian detik.

Penelitian ini menguji tiga pasang peserta dengan masing-masing satu pengirim dan penerima. Mereka duduk di bangunan yang terpisah di dalam lingkungan kampus Washington. Sehingga praktis tidak mampu berinteraksi secara langsung selain dari otak mereka yang saling terhubung.

University of Barcelona, Harvard Medical School dan tiga perusahaan lainnya juga menunjukkan kesuksesan dalam hal transfer antar otak manusia. Seorang pria di Thiruvananthapuram, Kerala telah berpikir dengan kata-kata “hola” dan “ciao” kepada seorang laki-laki lain yang berada di Strasbourg, Perancis. Pria di Perancis itu menerima dua salam di otaknya tanpa ada isyarat tangan yang dapat dilihat, tidak dengan berbicara, tidak mengetik dan tidak ada gerakan lainnya, hanya komunikasi dari pikiran.

Orang di Kerala terhubung ke sistem EEG (elektro-encephalograph) untuk merekam aktivitas elektrik dari neuron di otak, dan mengubah kata-kata menjadi kode biner. EEG ini kemudian terhubung lagi ke laptop untuk melihat pengukuran arus listrik kecil di otak. Untuk melakukannya, elektroda kecil di letakkan pada kulit kepala seperti menggunakan topi ketat. Serangkaian peralatan ini disebut sebagai Brain Computer Interface (BCI).

Pengirim pesan yang berpikir “hola” atau “ciao” akan diterjemahkan menjadi sinyal elektronik dan dikirim melalui internet ke Strasbourg dengan hampir 8.000 kilometer jauhnya. Sedangkan di Strasbourg, orang disitu juga memakai sistem terbalik di mana sinyal elektronik yang dikirim ke otak dari mesin. Gelombang elektronik dari `hola 'dan` ciao’ diterjemahkan kembali dan semacam pengingat di otak penerima.

Dari keberhasilan tersebut, kini terus dikembangkan tentang bagaimana pemindaian pikiran termasuk semuanya tentang kesadaran diri ke perangkat komputer yang nantinya sebagai tubuh dan rumah baru untuk memproses segala kehendak pikiran. Ambisi untuk merealisasikan mengunggah pikiran kemudian semakin mengembang. Salah satunya dari proyek Dmitry Itskov, jutawan berkebangsaan Rusia yang telah mencurahkan dananya untuk mewujudkan mimpi manusia hidup kekal dengan mengunggah otaknya ke robot pada 2045.

"Dalam 30 tahun ke depan," janji Dmitry Itskov, "Saya akan memastikan bahwa kita semua bisa hidup selamanya" ungkapnya kepada BBC. Ia juga mengaku meninggalkan dunia bisnis untuk mengabdikan dirinya untuk sesuatu yang lebih berguna bagi kemanusiaan.

Istkov kemudian membuat nama khusus Initiative 2045 untuk proyeknya itu bersama para ilmuwan lain termasuk ilmuwan ternama dari Google Ray Kurzweil yang juga terlibat dalam proyek tantangan peradaban manusia masa depan ini.

Program ini juga memiliki roadmap terkait ke upaya menuju hidup abadi ini. Untuk mengakomodir tempat hunian baru dari kesadaran pikiran dan otak, diperlukan sebuah tubuh baru yang dalam proyek ini disebut avatar, dengan sistem antarmuka otak komputer yang canggih.

Secara spesifik, avatar ini akan dibagi menjadi empat tahap. Avatar A adalah salinan robot dari tubuh manusia yang dari jarak jauh mampu menafsirkan perintah langsung dari pikiran, dan mengirim informasi kembali ke pikiran dalam bentuk yang dapat ditafsirkan melalui otak antarmuka komputer. Hal ini diperkirakan akan dipopulerkan di atau sebelum 2020.

Avatar B, otak manusia ditransplantasikan pada akhir hidup seseorang tersebut. Avatar B ini memiliki sistem otonom dengan memberikan dukungan kehidupan bagi otak dan memungkinkan interaksi dengan lingkungan. Batas waktu dari fase ini adalah 2025. Avatar C dengan kondisi otak buatan yang berisi kepribadian manusia yang telah ditransfer untuk emulasi pada akhir hidup seseorang. Upaya mengunggah kepribadian beserta segala pikirannya ini diperkirakan sekitar 2035.

Sedangkan di akhir, Avatar D sebuah avatar hologram lengkap adalah puncak dari terintegrasinya seluruh proyek ini di tubuh yang baru.

Ilmuwan neurosaintis Randal Koene dari San Fransisco juga tengah mengembangkan tujuan yang sama dengan perspektif yang berbeda. Ia memfokuskan dengan mengunggah pikiran ke dalam sebuah sistem komputer. Ia mengungkapkan bahwa kunci keberhasilannya ada pada Substrate-Independent Mind (SIM) dengan memetakan otak, mengurangi aktivitasnya untuk perhitungan, dan mereproduksi perhitungan otak dalam kode. Jika ini sukses dilakukan, maka Koene berpendapat manusia bisa hidup tanpa batas.

Namun, masih banyak perdebatan dalam perkembangan upaya penelitiannya mengambil pikiran beserta kesadaran diri untuk diunggah ke medium lain, baik tubuh yang baru maupun pada sistem komputer.

Banyak ilmuwan yakin dengan perjalanan penelitian yang mereka sedang kerjakan masing-masing. Jika dalam beberapa tahun lagi akan terealisasi, siapkah Anda untuk mengabadikan pikiran dan kesadaran diri Anda di perangkat lain?

Baca juga artikel terkait AVATAR atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Teknologi
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti