Menuju konten utama

Amankah Puasa bagi Ibu Hamil dan Menyusui?

Puasa pada ibu hamil lebih aman ketika usia kehamilan telah memasuki trimester 2-3.

Amankah Puasa bagi Ibu Hamil dan Menyusui?
Ilustrasi Ibu Hamil. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Bagi ibu hamil dan menyusui, puasa Ramadan bisa menjadi sesuatu yang dilematis. Meski aturan agama memperbolehkan kelompok tersebut tidak berpuasa dan menggantinya di hari lain, banyak ibu hamil dan menyusui tetap menjalani ibadah itu.

Hal itu dapat dipahami, bagaimanapun puasa merupakan salah satu wujud ketaatan seorang muslim, ditambah kesempatan untuk melaksanakannya hanya sebulan dalam setahun. Di sisi lain, ibu hamil dan menyusui juga umumnya khawatir kebutuhan gizinya tak tercukup jika berpuasa. Artikel kali ini akan membahas risiko serta dampak puasa terhadap janin dan kualitas air susu ibu (ASI).

Masih Trimester Pertama, Sebaiknya Jangan

Ibu hamil termasuk dalam kelompok yang dikecualikan berpuasa karena puasa dapat menimbulkan risiko pada kesehatan ibu dan janin. Ada penelitian, seperti yang diterbitkan pada Jurnal Nutrition (2014), menyebut puasa baru dianggap aman saat kehamilan mencapai level stabil. Studi terhadap 130 ibu hamil di Belanda itu menyimpulkan bayi yang lahir dari ibu berpuasa pada trimester awal cenderung memiliki berat lahir rendah dibandingkan bayi yang ibunya tidak puasa ketika hamil trimester awal.

“Tapi tidak ada perbedaan berat badan bayi jika puasa dilakukan saat hamil besar,” tulis peneliti.

Penelitian terbaru oleh Jocelyn D. Glazier, dkk. (2018) terhadap 18.920 kehamilan dari ibu yang berpuasa Ramadan juga menyimpulkan bahwa puasa tidak memiliki efek buruk terhadap kelahiran. Kedua temuan ini menguatkan studi sebelumnya di tahun 2010 yang terbit di Jurnal Pediatrics. Studi ini menyebut puasa tidak memiliki efek pada pertumbuhan intrauterin dan indeks waktu kelahiran apabila ibu hamil memiliki nutrisi cukup. Risiko kelahiran berat badan rendah 1,5 kali lebih besar hanya ditemukan pada ibu hamil yang berpuasa pada trimester pertama.

“Puasa pada kehamilan trimester pertama diperbolehkan hanya jika memungkinkan, sehingga harus konsultasi terlebih dulu dengan dokter,” jelas Juwalita Surapsari, dokter spesialis gizi klinik dari Rumah Sakit Pondok Indah.

Ibu hamil yang ikut berpuasa juga wajib memiliki status gizi baik serta tidak memiliki riwayat penyakit lain yang menyertai saat kehamilan, misalnya diabetes atau hipertensi. Asupan kalori saat hamil pun harus bertambah meski sedang berpuasa. Pada trimester pertama, tambahan kalori per hari mesti mencapai 180 kalori, sementara tambahan kalori pada trimester 2-3 sebanyak 300 kalori.

Tambahan 180 kalori per hari setara dengan segelas susu ditambah satu biskuit/apel atau kombinasi sepotong ayam dan biskuit. Sementara itu, 300 kalori bisa dikombinasikan dengan dua gelas susu, segelas susu dan ayam, atau segelas susu ditambah biskuit dan apel. Juwalita menambahkan bahwa semua kehamilan pada trimester berapa pun harus diberi asupan cairan lebih banyak, yakni ekstra 300 mL per hari.

Ada beberapa gejala bagi ibu hamil yang harus diwaspadai saat puasa, di antaranya berat badan tidak naik atau malah turun. Gejala lain adalah haus berlebihan, buang air kecil jarang atau urine berwarna gelap, sakit kepala, demam, mual, muntah, gerak janin berkurang, serta nyeri perut seperti kontraksi.

“Jika tanda tersebut muncul dan ibu hamil tetap memaksakan puasa, maka akan berefek buruk ke janinnya,” ungkap Juwalita.

Mengatur Puasa Pada Ibu Menyusui

Pengaturan yang ketat juga patut diterapkan pada ibu menyusui. Idealnya, para ibu menyusui menunda puasa ketika menemukan gejala buruk seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, ditambah penurunan jumlah ASI dan tingkat rewel bayi yang meningkat, disertai berkurangnya intensitas buang air kecil pada bayi.

Studi pada 2006 berjudul “The Effect of Ramadan on Maternal Nutrition and Composition of Breast Milk” meneliti kandungan ASI pada 21 ibu menyusui yang berpuasa. Usia sampel berkisar antara 17-38 tahun, dengan usia bayi antara 2 hingga 5 bulan. Hasil studi menunjukkan bahwa selama puasa, kadar zink, magnesium, dan kalium dalam ASI menurun signifikan. Selama puasa Ramadan, energi dan sebagian besar asupan nutrisi (kecuali vitamin A, E, dan C) berada di bawah rekomendasi nutrisi harian yang diperlukan ibu menyusui.

Infografik Puasa ibu hamil dan menyusui

Infografik Puasa ibu hamil dan menyusui. tirto.id/Quita

“Laktosa, protein, natrium, kalium, kalsium dan fosfat pada ASI menurun selama puasa,” tulis simpulan studi lain yang terbit pada jurnal Medical Sciences (2016).

Kepada ibu, dokter Juwalita menyarankan adanya tambahan kalori pada enam bulan pertama menyusui sebanyak 330 kalori. Jumlah tersebut bisa dimodifikasi dengan tambahan dua gelas susu dan satu apel atau satu gelas susu ditambah biskuit atau apel dan sepotong ayam. Lalu, pada enam bulan selanjutnya, kalori yang ditambah mencapai 400 kalori per hari.

Jumlah kalori tersebut bisa didapat dari konsumsi dua gelas susu, apel dan biskuit, atau segelas susu, sepotong ayam, apel, pisang atau biskuit. Tak lupa asupan cairan juga harus terpenuhi, masing-masing ditambah sebanyak 650-800 mL per hari.

“Selalu tepati jam makan sahur dan berbuka dengan nutrisi lengkap,” pungkas Juwalita.

Baca juga artikel terkait RAMADAN 2019 atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani