Menuju konten utama
Sains Populer

Alasan Tak Perlu Selalu Menyetrika, Baju Kusut Itu Tak Apa

Penampilan paripurna tidak harus diukur dari seberapa halus pakaian seseorang. Studi bahkan bilang: tidak menyetrika bisa mengurangi emisi gas rumah kaca.

Alasan Tak Perlu Selalu Menyetrika, Baju Kusut Itu Tak Apa
Ilustrasi Menyetrika Baju. foto/istockphoto

tirto.id - Dalam kehidupan sehari-hari, penampilan sering dianggap sebagai aspek penting yang mencerminkan karakter dan citra diri seseorang. Dalam budaya tertentu, pakaian yang disetrika hingga licin dan rapi dianggap sebagai simbol profesionalisme, disiplin, dan perhatian terhadap detail. Namun, di era modern ini, terdapat pergeseran dalam persepsi terhadap pakaian yang rapi.

Normalisasi pakaian yang tidak disetrika mulai muncul, terutama di kalangan anak muda dan individu yang mengutamakan efisiensi, kenyamanan, dan ramah lingkungan.

Tren 'gak setrika gak papa' sepertinya juga semakin populer pasca pandemi COVID-19, ketika banyak orang mulai menghargai kenyamanan dan efisiensi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan meningkatnya kerja dari rumah, fokus pada penampilan yang sempurna berkurang, membuat banyak orang lebih memilih pakaian yang praktis dan mudah dirawat.

Tren ini seolah menjadi angin segar di tengah tekanan hidup yang semakin kompleks. Dengan krisis energi dan berbagai tantangan lainnya, tren ‘tidak selalu menyetrika baju’ ini memberikan kebebasan untuk melepaskan diri dari tuntutan kesempurnaan.

Kisah Mereka yang Menormalisasi Baju Kusut: Too Cool to Care

Ilustrasi Menyetrika Baju

Ilustrasi Menyetrika Baju. foto/istockphoto

Beberapa kelompok menormalisasi gerakan 'menolak setrika baju' karena beragam latar belakang, mulai dari respons terhadap isu lingkungan sampai dengan penolakan atas standar penampilan yang kaku. Berikut beberapa di antaranya yang pernah tercatat, mulai dari gerakan di perusahaan hingga di bidang fesyen.

Kampanye 'Baju Kusut Tak Apa' dan Gerakan Melawan Perubahan Iklim

Kampanye 'kenakan pakaian kusut di hari Senin' merupakan salah satu inisiatif dari Dewan Riset Ilmiah dan Industri (CSIR) India yang disebut "Wrinkles Acche Hai" (WAH). Program ini meminta karyawan untuk mengenakan pakaian yang tidak disetrika pada setiap hari Senin. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi emisi karbondioksida, di mana setiap pakaian yang disetrika mengeluarkan sekitar 200g CO2.

Kampanye WAH merupakan bagian dari upaya simbolis untuk memerangi perubahan iklim dan meningkatkan kesadaran tentang dampak kecil yang dapat membantu dalam perjuangan global ini. Program ini diluncurkan dengan harapan mengurangi konsumsi listrik di laboratorium CSIR hingga 10%.

Sebagaimana dikutip dari laman Live Mint, Dr. N Kalaiselvi, direktur jenderal pertama wanita CSIR, menjelaskan bahwa dengan mengenakan pakaian yang tidak disetrika, karyawan dapat berkontribusi pada pengurangan emisi karbon.

Fashion Show Baju Kusut oleh Prada hingga Burberry

Selain itu, pada musim mode SS23 juga menghadirkan sesuatu yang tidak biasa—lipatan dan kerutan menjadi sorotan di berbagai peragaan busana, mulai dari Prada hingga Burberry. Jika biasanya asisten backstage sibuk menyetrika pakaian hingga sempurna, kali ini justru tekstur alami dan kerutan dalam yang menjadi bintang.

Sebagaimana dikutip dari laman ELLE, desainer seperti Raf Simons dari Prada menyebut lipatan ini sebagai ‘gestures of error’ yang menunjukkan bahwa pakaian memiliki 'cerita dan kehidupan'. Hal ini memberikan validasi bahwa tidak menyetrika bukanlah tanda ketidakrapihan, melainkan cerminan kehidupan yang sibuk dan otentik.

Koleksi Prada di SS23 juga menampilkan estetika "sehabis dipakai" dengan lipatan mendalam di siku dan gaun-gaun kertas yang tampak seperti pakaian yang telah digunakan sepanjang hari.

Prada berkata: ‘[Dalam baju yang kusut] ada makna kehidupan wanita. Kehidupan dan kemanusiaan membentuk pakaian – bukan hanya hiasan yang dangkal, tetapi jejak kehidupan, yang meninggalkan bekas.’

Prada seolah merangkul keaslian kehidupan perempuan, di mana lipatan pada pakaian bukan hanya tanda beban, melainkan jejak kehidupan sehari-hari. Tanda-tanda ini menegaskan bahwa perempuan tidak perlu lagi menghapus atau menyembunyikan kenyataan yang kadang tidak sempurna. Tren ini menjadi cerminan dari perubahan budaya di mana ketidaksempurnaan justru diakui dan dirayakan.

3 dari 10 Anak Muda UK Memilih Tidak Menyetrika

Sebuah survei mengungkapkan bahwa sekitar 30% orang dewasa muda di UK yang berusia 18 hingga 34 tahun di Inggris tidak memiliki atau tidak menggunakan setrika, menyoroti pergeseran signifikan dalam kebiasaan perawatan pakaian.

Alasan utama yang dikemukakan untuk tren ini termasuk ketersediaan kain yang tidak perlu disetrika dan kurangnya minat secara umum terhadap penyetrikaan, yang dianggap tidak perlu. Sebaliknya, 90% dari mereka yang berusia di atas 45 tahun masih menggunakan setrika secara teratur.

Laman the Guardian menulis, temuan ini berasal dari laporan tren tahunan Lakeland, yang mencerminkan perubahan norma sosial seputar kode berpakaian, terutama di dunia pascapandemi di mana pakaian santai menjadi lebih dapat diterima di tempat kerja.

Bagi sebagian orang, baju kusut tak lagi sekadar hasil dari kecerobohan atau kesibukan yang berlebihan. Di balik tampilan yang terlihat acak-acakan, ada pesan tersirat yang diusung oleh beberapa orang: rasa percaya diri dan sikap "tak peduli" terhadap standar penampilan yang kaku. Gaya too cool to care ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa kepribadian dan esensi diri lebih penting daripada kesempurnaan tampilan.

Alasan Mengapa Baju Kusut Bukan Masalah Besar

Dalam beberapa dekade terakhir, ada perubahan menarik dalam cara kita memandang pakaian yang rapi dan tidak kusut. Budaya kerja di beberapa perusahaan modern, khususnya di industri teknologi dan kreatif, telah bergeser dari keharusan mengenakan pakaian formal yang selalu rapi menjadi lebih santai dan kasual.

Tren ini bahkan meluas ke sektor formal lainnya, dengan banyak perusahaan mulai menerima bahwa penampilan profesional tidak harus diukur dari seberapa halus pakaian seseorang.

Ilustrasi Menyetrika Baju

Ilustrasi Menyetrika Baju. foto/istockphoto

Menuju Hidup Bebas Cemas

Penampilan rapi memang sering kali diasosiasikan dengan kerapihan, keteraturan, dan kedisiplinan. Namun, fokus berlebihan pada penampilan dapat menyebabkan stres yang tidak perlu. Dalam dunia yang terus menuntut kesempurnaan, penting untuk memiliki perspektif yang lebih sehat.

Mengizinkan diri sendiri untuk tidak selalu tampil sempurna—termasuk dalam hal pakaian—adalah langkah penting menuju kesehatan mental. Menganggap baju kusut sebagai hal yang sepele membantu mengurangi tekanan dan menurunkan tingkat kecemasan.

Baju Kusut Mencerminkan Ada Prioritas yang Lebih Besar

Bagi banyak perempuan, terutama ibu rumah tangga, hidup sehari-hari dipenuhi dengan tanggung jawab yang tak ada habisnya. Dari mengurus anak, memasak, hingga membersihkan rumah, semua tugas ini sering kali menguras energi dan waktu. Dalam kesibukan tersebut, hal-hal kecil seperti baju yang kusut bisa terasa seperti masalah besar. Namun, penting untuk diingat bahwa baju kusut bukanlah sebuah kekurangan, melainkan bagian dari realitas kehidupan yang penuh tantangan.

Pertama, baju kusut mencerminkan prioritas yang lebih besar. Jika kita menghabiskan waktu untuk menyetrika setiap pakaian dengan sempurna, kita mungkin kehilangan momen berharga bersama keluarga.

Memprioritaskan hubungan dan kebahagiaan keluarga jauh lebih penting daripada penampilan baju. Ketika seorang ibu memilih untuk menghabiskan waktu dengan anak-anaknya alih-alih menyetrika, itu adalah keputusan yang berharga.

Sudah Ada Teknik Merapikan Pakaian Tanpa Setrika

Bagi mereka yang masih merasa perlu merapikan pakaian, tetapi ingin menghindari penggunaan setrika, ada beberapa solusi praktis yang bisa digunakan. Salah satunya adalah teknik menggantung pakaian di kamar mandi saat mandi air panas. Uap dari air panas akan membantu melonggarkan serat kain dan menghilangkan beberapa lipatan.

Teknik lain yang populer adalah menggunakan semprotan anti-kusut yang tersedia di pasaran. Semprotan ini dirancang untuk melembabkan kain dan menghilangkan kerutan tanpa harus menggunakan panas dari setrika.

Beberapa orang juga lebih memilih untuk menggunakan hand steamer, alat yang menggunakan uap untuk merapikan pakaian tanpa harus menyentuh kain langsung dengan permukaan panas. Penggunaan hand steamer dianggap lebih ramah terhadap serat kain dan lebih hemat energi daripada setrika listrik konvensional.

Ada Jenis Baju yang Rapi Tanpa Setrika

Perkembangan teknologi kain telah menciptakan banyak jenis bahan yang tidak mudah kusut. Bahan sintetis seperti polyester, nylon, dan spandex dikenal memiliki sifat anti-kusut, sehingga tidak memerlukan setrika untuk tetap terlihat rapi. Inovasi terbaru dalam industri tekstil bahkan melibatkan kain yang dirancang khusus untuk meminimalkan kusut saat dipakai, bahkan setelah dicuci.

Selain itu, pengembangan serat campuran (misalnya katun-polyester) memungkinkan kain tetap nyaman dan terlihat halus tanpa harus diseterika. Hal ini tidak hanya mengurangi kebutuhan untuk menyeterika pakaian, tetapi juga menghemat waktu dan energi yang sebelumnya dihabiskan untuk merawat pakaian.

Mengurangi Konsumsi Energi

Meskipun tampaknya sepele, penggunaan setrika secara rutin memberikan kontribusi terhadap jejak karbon global. Jurnal berjudul Energy Consumption Study on School Uniform Ironing: A Case Study in Malaysia membahas dampak konsumsi energi dari aktivitas menyetrika seragam sekolah di Malaysia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan mengurangi kebutuhan untuk menyetrika seragam, kita dapat menghemat energi yang signifikan. Ini bukan hanya membantu mengurangi konsumsi energi di sektor rumah tangga, tetapi juga dapat memperlambat proses penipisan sumber energi dan meningkatkan keamanan energi di negara tersebut untuk jangka waktu yang lebih lama.

Mengurangi penggunaan setrika dapat membantu menurunkan konsumsi listrik, yang pada gilirannya dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Dalam konteks perubahan iklim yang semakin mendesak, setiap langkah kecil, seperti mengurangi penggunaan setrika, dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap upaya menjaga keberlanjutan lingkungan.

Dengan adanya bahan kain anti-kusut, dampak lingkungan yang dapat dikurangi, dan perubahan dalam norma sosial mengenai penampilan, ada banyak alasan valid untuk mengurangi agenda menyetrika.

Baca juga artikel terkait SAINS POPULER atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Edusains
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Iswara N Raditya