Menuju konten utama

Ahok Ingin Sediakan Bioskop Bersubsidi untuk Warga Jakarta

Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memiliki gagasan Jakarta bisa memiliki bioskop bersubsidi dengan harga tiket terjangkau untuk warga Jakarta guna mendukung industri film nasional.

Ahok Ingin Sediakan Bioskop Bersubsidi untuk Warga Jakarta
Ahok menyapa pendukungnya di Rumah Lembang, Jakarta, Rabu (18/1). Tirto.ID/Naomi Pardede

tirto.id - Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memiliki gagasan Jakarta bisa memiliki bioskop bersubsidi dengan harga tiket terjangkau demi mendukung industri film nasional. Gagasan ini muncul berdasarkan pada harga tiket nonton di bioskop mencapai Rp25 ribu per tiket. Ahok berkeyakinan warga Jakarta akan lebih antusiast menonton film di bioskop dengan membayar tiket antara Rp5.000 sampai Rp10.000.

"Bioskop bersubsidi harus ada, contoh peredaran film kita di XXI kan rakyat pengen nonton, tapi kalau harganya Rp25 ribu, enggak mungkin nonton kan?" kata Ahok usai menghadiri bedah buku "A Man Called Ahok" di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Jumat (20/1/2017).

Dengan pertimbangan, jika harga tiket bioskop hanya Rp5.000 dengan kapasitas penonton 50 orang tentunya penghasilan tiket saja tidak akan cukup untuk membayar biaya perawatan listrik, pendingin udara dan sarana prasarana. Oleh karena itu, ia ingin mendirikan bioskop dengan biaya subsidi dari PD Pasar Jaya sehingga film nasional bisa tayang dengan jangka waktu lama.

"Kalau bioskop cuma 50 penonton, Rp500 ribu, bisa putar enggak film? Enggak bisa nutup kecuali kita subsidi lewat Pasar Jaya, ada AC segala macam sehingga peredaran film nasional jadi panjang," kata Ahok yang berpasangan dengan Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada DKI tahun ini tersebut.

Ahok juga mengharapkan Jakarta menjadi pusat perfilman nasional dengan banyaknya studio layaknya di industri film Hollywood sehingga pembuat film di Jakarta akan dipermudah.

Ahok juga berencana menyediakan dana Rp2 miliar untuk mendukung produksi film untuk mewadahi kreativitas komunitas pembuat film pendek atau film indie, bahkan mahasiswa jurusan film.

"Bayangkan kalau kita sediakan Rp2 miliar, bisa 50 film setahun. Lima puluh film mesti diputar, putar di mana yang murah, ya rumah biasa. Kalau pengusaha kan harus hitung tanahnya," ujar mantan Bupati Belitung Timur ini.

Baca juga artikel terkait AHOK-DJAROT atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Politik
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh