Menuju konten utama

Ada Partai di Balik Dukungan Pejabat Era SBY ke Jokowi

Beberapa menteri dan pejabat era SBY mendukung Jokowi. Ini sebetulnya lumrah karena menteri era Megawati dan Jokowi pun ada yang kini mendukung Prabowo.

Ada Partai di Balik Dukungan Pejabat Era SBY ke Jokowi
Presiden Joko Widodo (kiri) menerima kunjungan Ketua Umum DPP Partai Demokrat yang juga Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Kamis (9/3). ANTARA FOTO/Setpres/Cahyo Bruri Sasmito/wsj/pd/17

tirto.id - Beberapa bekas menteri dan pejabat mendeklarasikan dukungan untuk Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Dalam deklarasi yang diselenggarakan di salah satu di rumah makan di Blok M, Jakarta Selatan, Selasa (29/1/2019) siang, mereka mendukung Jokowi-Ma'ruf karena mengaku punya sudut pandang yang sama dalam membangun Indonesia.

Nama yang mereka "jual" ke publik adalah mantan menteri dan pejabat di era SBY. Sementara kita tahu, SBY dan Demokrat, kini ada di kubu lawan petahana, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Mereka berkoalisi dengan Gerindra, PKS, dan PAN.

Tokoh yang hadir di antaranya adalah Kedubes Indonesia untuk Republik Ceko Aulia Aman Rachman, Menteri Perdagangan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II Muhammad Lutfi, serta Menteri Kelautan dan Perikanan KIB I Freddy Numberi. Deklarasi ini juga dihadiri mantan Ketua MPR RI (2013-2014), Sidarto Danusubroto.

Dukungan juga datang dari Menteri Ketenagakerjaan dan Trasmigrasi KIB I Erman Soeparno serta Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan KIB I Agung Laksono.

Meski menjual nama "menteri dan pejabat era SBY", tapi jika dikulik lebih dalam, maka kita akan tahu nama-nama yang muncul sebetulnya berasal dari partai yang kini ada di koalisi Jokowi-Ma'ruf.

Misalnya, Aulia Aman Rachman. Dia merupakan kader Golkar dan tergolong politikus senior di partai Orde Baru itu. Agung Laksono juga dari Golkar. Nama lain, Sidarto Danusubroto, merupakan politikus senior PDIP, sementara Erman Soeparno dari PKB.

Di Kubu Oposisi pun Ada

Orang-orang yang pernah bekerja untuk presiden tapi kemudian malah membantu lawan politik sebetulnya juga ada di kubu Prabowo-Sandi. Para timses dan struktur pemenangannya diisi tak hanya dari mereka yang pernah bekerja di kabinet Jokowi, tapi juga hingga masa Megawati (2001-2004).

Misalnya Direktur Relawan BPN Ferry Mursyidan Baldan. Dia pernah menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional kabinet Jokowi. Direktur Materi Debat BPN Sudirman Said juga pernah menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Tak hanya itu, mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman kabinet Jokowi, Rizal Ramli, juga ada di kubu Prabowo-Sandi. Ia rutin mengisi diskusi dan kampanye di markas BPN di Kertanegara, Jakarta Selatan.

Kwik Kian Gie pun menjadi ekonom dan penasehat ekonomi Prabowo-Sandi. Padahal ia pernah menjabat sebagai Kepala Bappenas kabinet Megawati.

Lumrah dan Tak Signifikan

Pengajar ilmu politik dan pemerintahan dari UGM, Arya Budi, mengatakan ini jelas strategi politik.

"Agenda kumpulan mantan menteri [era SBY] dukung Jokowi memang bisa menciptakan branding bahwa Jokowi berhasil merangkul level elite dan pakar yang dulu di kubu seberang. Manuver itu bisa dibaca seperti itu," kata Arya saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (31/1/2019) siang.

"Bahasa kasarnya: 'menteri-menteri lu aja sekarang dukung gue!'," lanjut Arya.

Meski begitu, ia melihat fenomena ini merupakan hal lumrah dan wajar. "Bahkan di PDIP pernah juga ada perbedaan opini Megawati dan almarhum Taufiq Kiemas. Apalagi hanya mantan menteri, sangat biasa. Enggak mengagetkan."

Disebut tak mengagetkan juga karena ikatan emosional antara menteri atau pejabat dengan presiden jauh lebih longgar dibanding ikatan antara kader dan partainya. Hal ini bisa menjelaskan kenapa secara politik mereka dengan gampang pindah haluan.

Yang lebih penting dari itu semua, kata Arya, adalah efek elektoral: bahwa meski terkesan mampu merangkul orang-orang dari kubu lawan, cara ini tak akan signifikan meningkatkan perolehan suara pada pemilu kelak.

"Enggak signifikan, kecuali punya basis masa yang besar. Kalau hanya ahli ya enggak akan menambah banyak," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Politik
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Rio Apinino