tirto.id - Rapat kerja Komisi VI DPR RI dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendadak berhenti di tengah-tengah rapat. Ketua Komisi VI DPR RI, Adisatrya Suryo Sulisto, tiba-tiba memotong rapat. Ia memberitahukan bahwa Menteri BUMN, Erick Thohir, harus meninggalkan ruang rapat karena dipanggil oleh Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad.
“Teman-teman barusan Pak Dasco menghubungi kami dan meminta untuk pak menteri bertemu dulu dengan beliau karena sedang ada diskusi terkait dengan BUMN,” ujar Adisatrya, dalam rapat kerja dengan Kementerian BUMN, Senin (4/11/2024).
Adisatrya yang berasal dari fraksi PDIP itu lantas meminta izin kepada para anggota komisi VI DPR RI. Dan, tanpa pikir panjang seluruh anggota Komisi VI menyetujui agar Erick Thohir meninggalkan rapat terlebih dahulu.
“Jadi minta izin teman-teman, pak menteri kita izinkan ya untuk meninggalkan tempat dulu dan bergabung sekarang [dengan pak Dasco],” tambahnya.
Momen pemanggilan ini pun mencuri perhatian publik. Dasco yang notabene merupakan Wakil Ketua DPR RI ini disebut-sebut memiliki power atau ‘kekuatan’ lebih di DPR.
Sosoknya bisa jadi makin diperhitungkan, apalagi ia kini menjadi tangan kanan dari Presiden Prabowo Subianto. Prabowo sendiri saat ini masih menjabat sebagai Ketua Umum Partai Gerindra, sementara Dasco dipercaya sebagai Ketua Harian DPP Partai Gerindra.
Dalam beberapa kesempatan, Dasco memang sering terlihat menjadi juru bicara bagi Prabowo baik saat Pilpres 2024 hingga selesai. Bahkan ia menjadi pintu gerbang informasi bagi pewarta, baik perihal nama-nama menteri hingga jadwal pengumuman kabinet dan seputar pelantikan para pembantu Prabowo saat itu.
“Nanti malam, InsyaAllah nanti malam [diumumkan] Jamnya belum tahu, tetapi akan diumumkan oleh presiden terpilih di Istana,” kata Dasco menjawab pertanyaan wartawan saat ditemui di sekitar Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Minggu (20/10/2024) lalu.
Pengaruh dan kekuatan besar Dasco semakin terlihat saat Prabowo mengumumkan menteri jajaran kabinetnya di Istana Negara Jakarta pada Minggu malamnya. Dasco ikut berdiri di belakang Prabowo mengenakan setelan jas. Posisinya bahkan sejajar dengan Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka.
Publik bertanya-tanya mengapa ada Dasco saat itu di belakang Prabowo dan berdampingan dengan Gibran. Jawabannya, tentu saja saat itu Dasco dipercaya Prabowo menjabat Ketua Gugus Tugas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Tim ini memang dibentuk Prabowo untuk mencari data dan sinkronisasi dengan kebijakan yang diambil pemerintahan sebelumnya, Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Hasil kerja-kerja tim gugus tugas digunakan sebagai bahan dalam merumuskan kebijakan strategis yang menjadi hak prerogatif presiden terpilih.
Teranyar mengenai gebrakan Dasco adalah menginstruksikan pemutaran lagu kebangsaan Indonesia Raya setiap hari kerja pukul 10.00 WIB di lingkungan DPR RI. Lewat surat yang diterbitkan 5 November 2024 bernomor T/1375/11/2024 itu dituliskan bahwa saat lagu “Indonesia Raya” dikumandangkan semua pegawai di lingkungan DPR RI serentak dengan sikap sempurna.
Dalam surat itu, Dasco meminta Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR RI, Indra Iskandar, menindaklanjuti instruksi tersebut mulai Kamis, 7 November 2024. Surat tersebut dibubuhi tanda tangan Sufmi Dasco Ahmad bertinta hitam.
Tanpa menunggu waktu lama, instruksi Dasco itu pun langsung ditindaklanjuti oleh Sekretariat Jenderal DPR RI. Per Jumat (8/11/2024) lagu Indonesia Raya sudah diputar di gedung DPR untuk pertama kalinya.
Selanjutnya lagu Indonesia Raya akan terus dikumandangkan setiap hari, Senin hingga Jumat, pada pukul 09.56 hingga 10.00 WIB.
Peran Dasco Mirip Luhut Binsar Pandjaitan?
Analis politik dari Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai pengaruh kekuatan Dasco tidak lepas karena memang menjadi tangan kanan Prabowo. Ini cukup rasional, karena memang Dasco sendiri adalah tokoh kunci selain Prabowo di Gerindra, bahkan ia merupakan orang kedua setelah Prabowo.
"Maka di pemerintahan hubungan kekuasaan Dasco dan Prabowo tetap dibawa," ujar Dedi kepada Tirto, Jumat (8/11/2024).
Sekilas jika melihat Dasco hari ini, tak beda jauh dengan Luhut Binsar Pandjaitan. Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi itu berpengaruh besar selama dua periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Luhut bahkan bisa dibilang menjadi orang keduanya Jokowi saat itu.
Dedi mengatakan, sebenarnya, dalam kepemimpinan seorang presiden, tokoh seperti Luhut dan Dasco tidak seharusnya ada. Karena, terbukti presiden sebelum-sebelumnya juga tidak memiliki tokoh kedua yang punya akses demikian besar.
Tokoh representatif semacam itu, menurut Dedi, diperlukan di partai politik, bukan di pemerintahan. Dedi menilai Prabowo sebagai presiden tidak akan punya waktu untuk mengurus dua hal sekaligus. Maka, alangkah baiknya bila berada di posisi sebagai presiden, Prabowo tidak memiliki tokoh bayangan.
Analis Sosio-politik dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Musfi Romdoni, mengatakan persoalannya kali ini bukan perlu atau tidak perlu kehadiran sosok seperti Dasco dan Luhut. Melainkan, ini jadi fenomena umum dalam sejarah kekuasaan peradaban manusia. Karena setiap era selalu ada sosok yang menjadi andalan penguasa, baik itu raja, perdana menteri, maupun presiden.
Menurut Musfi, yang perlu disorot justru adalah pertunjukannya. Kenapa, kata Musfi, begitu gamblang ditunjukkan terdapat sosok yang begitu berpengaruh. Apalagi, itu dilihat secara langsung melalui sorotan mata kamera.
"Ini yang saya kira menjadi pertanyaan tersendiri," ujar Musfi kepada Tirto, Jumat (8/11/2024).
Kalau bicara persepsi publik, pertunjukan itu tentu saja menimbulkan berbagai tafsiran liar. Misalnya, apakah ada potensi lahirnya matahari kedua. Maka mestinya, di era media sosial saat ini, persepsi publik sangat perlu dijaga. Bijaknya, unjuk kekuatan atau show of force seperti itu perlu diminimalisir.
"Saya kira show of force yang ditunjukkan Dasco kurang begitu bijak apabila ditunjukkan secara gamblang. Biarkan arena tarung kekuasaan seperti itu terjadi di panggung belakang," terang Musfi.
Peneliti dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus, menambahkan jika benar ada satu orang kuat yang bisa mengatur suka-suka lembaga seperti DPR, itu artinya ada yang tidak beres dengan sistem yang dibangun."Semoga saja informasi tentang peran satu orang kuat di DPR adalah informasi yang keliru. Tetapi kalau melihat ada beberapa peristiwa seperti yang disebutkan di atas, itu artinya parlemen sebagai lembaga tinggi negara sekaligus dewan perwakilan rakyat menjadi lumpuh," ujar Lucius kepada Tirto, Jumat (8/11/2024).
Lucius sendiri justru mengaku heran dari 580 orang anggota DPR RI, hanya mendiamkan saja praktik pengendalian parlemen oleh seorang figur kuat. Baginya, ini benar-benar tragedi jika sampai benar ada orang kuat yang mengendalikan DPR. Artinya, anggota DPR yang ada sekarang hanya boneka atau badut saja.
"Kasihan bangsa ini, kasihan rakyat. Sistem kita rusak sejak dari tempat di mana sistem itu seharusnya diperkuat," tegas Lucius.
Tirto sudah mengonfirmasi kepada Wakil Ketua Umum Gerindra, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, perihal persepsi publik terhadap pengaruh besar dan 'kekuatan' Dasco di DPR dan pemerintahan. Namun, hingga artikel ini dirilis, wanita akrab disapa Saras itu belum merespons pertanyaan yang diajukan.
Di sisi lain, Dasco dalam Podcast Deddy Corbuzier mengaku tidak terlalu mengurusi banyak hal pasca Prabowo menjadi presiden. Dia justru berkelakar, kemenangan Prabowo di Pilpres membuat dirinya bisa lebih santai.
"(Pak Dasco mengurusi banyak hal?) Tidak juga. Saya mencoba untuk tidak terlalu banyak sibuk-sibuk," ujar Dasco dikutip dari Podcast Deddy Corbuzier.
Dasco mengatakan, setelah Prabowo menjadi presiden, ia lebih banyak melakukan pemulihan. Dari tadinya tidak bisa tidur enak, sekarang bisa tidur nyenyak. Pun tadinya tidak bisa kulineran, kini ia mengaku bisa kulineran hingga mengajak anaknya jalan-jalan.
"Lebih santai. Saya ini kan ikut Pak Prabowo dari mulai tahun-tahun dulu. Konvensi Golkar belum (menang). Mega-Prabowo belum menang, Prabowo-Hatta belum menang, Prabowo-Sandi hampir menang. Nah, yang sekarang tadinya saya berharap hampir kalah saja gitu loh, tapi ternyata menang besar," kata Dasco.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Bayu Septianto