tirto.id - Serangan Israel ke Lebanon telah menewaskan pemimpin tertinggi Hizbullah Fouad Shukur di Beirut. Apa alasan yang melandasi Israel semakin menggencarkan serangan ke Lebanon? Bagaimana kondisi wilayah tersebut selama awal Agustus 2024?
Pada Kamis, (1/8/2024), AP News memberitakan bahwa komandan tertinggi kelompok militan Hizbullah Lebanon, Fouad Shukur, tewas dalam serangan yang terjadi di Beirut hari Rabu, (31/7).
Fouad Shukur dikatakan sedang berada di dalam gedung selama serangan yang dilancarkan sejak sehari sebelumnya. Hizbullah dilaporkan masih melakukan pencarian jenazah Hizbullah di antara reruntuhan bangunan.
Kabar kematian pemimpin tertinggi Hizbullah itu artinya menyusul tewasnya petinggi Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran, yang meninggal diduga akibat aksi Israel.
Update Kondisi Terbaru Lebanon
Berdasarkan pemberitaan Reuters, antara Hizbullah Lebanon dengan Israel sudah saling melancarkan serangan sejak 8 Oktober 2023 atau sehari setelah kelompok militan Palestina Hamas menyerang komunitas-komunitas di Israel selatan hingga memicu perang di Gaza.
Hizbullah termasuk sekutu Hamas. Mereka mengklaim serangan-serangannya bertujuan mendukung warga Palestina yang berada di bawah bombardir Israel di Gaza.
Mereka bertekad tidak akan menghentikan serangan ke wilayah Israel kecuali diadakan gencatan senjata di Gaza meskipun jauh sebelumnya mereka sudah terlibat konflik terlebih dahulu.
Masih berdasarkan laporan Reuters, serangan udara Israel menghantam berbagai daerah yang dikuasai Hizbullah di Lebanon selatan, termasuk Lembah Bekaa di dekat perbatasan Suriah.
Serangan Israel dikatakan telah menewaskan sedikitnya 350 pejuang Hizbullah di Lebanon dan lebih dari 100 warga sipil, termasuk petugas medis, anak-anak, dan jurnalis.
Di lain sisi, militer Israel mengklaim serangan Hizbullah mengakibatkan korban tewas sebanyak 23 orang, 17 di antaranya tentara.
Al-Jazeera menyebutkan Israel telah menyerang hampir empat kali lipat dari yang dilakukan Hizbullah. Angkanya lebih dari 6.544 serangan di sepanjang perbatasan sejauh 120 km (75 mil) hingga menewaskan lebih dari 590 orang.
Serangan hari Rabu, (31/7), yang menyebabkan kematian pemimpin tertinggi Hizbullah Fouad Shukur di Beirut, kata pejabat Lebanon, turut merenggut tiga nyawa warga sipil dan melukai 74 orang lainnya.
Sementara pihat Israel menegaskan aksi tersebut adalah respons atas serangan yang terjadi di Dataran Tinggi Golan pada Sabtu (27/7) hingga menewaskan 12 anak-anak dan remaja. Hizbullah katanya menolak untuk bertanggung jawab terhadap tudingan itu.
Andreas Krieg, analis militer dan dosen di King's College London, menilai Hizbullah bakal melakukan serangan balasan yang signifikan atas kejadian yang lebih hebat daripada Iran.
"Saya pikir Hizbullah telah terpukul jauh lebih keras, jauh lebih menyakitkan (daripada Iran). Dalam konfrontasi Israel-Hizbullah, ini adalah eskalasi besar, Hizbullah harus merespons secara memadai dengan cara yang tepat waktu," kata Krieg, sebagaimana dikutip AP News.
Menurutnya, Hizbullah bakal mentargetkan sasaran militer penting milik Israel, seperti pangkalan angkatan udara di dekat Haifa.
Melihat situasi yang terjadi di Lebanon saat ini, pemerintah Australia juga memperingatkan warganya agar segera meninggalkan negara tersebut karena risiko konflik regional yang terus meningkat.
"Pesan saya kepada warga negara dan penduduk Australia di Lebanon adalah: sekarang adalah waktunya untuk pergi. Jika Anda berada di Australia dan berpikir untuk melakukan perjalanan ke Lebanon - jangan," ujar Menteri Luar Negeri Penny Wong.
"Beberapa penerbangan komersial masih beroperasi. Jika Anda bisa pergi, Anda harus pergi," lanjutnya, seperti dikutip via ABC News.
Editor: Dipna Videlia Putsanra