Menuju konten utama

Ada Apa dengan Direksi Unilever Ramai-Ramai Mengundurkan Diri?

Unilever pastikan proses transisi perubahan dalam struktur kepemimpinan akan berlangsung tanpa mengganggu kelancaran operasional bisnis.

Ada Apa dengan Direksi Unilever Ramai-Ramai Mengundurkan Diri?
Unilever adalah perusahaan multinasional di bidang produk makanan, perawatan pribadi, dan pembersih. FOTO/iStocphoto

tirto.id - Dalam rentang lima bulan, sejak 15 Juni 2023 sampai 24 November 2023, sebanyak empat direksi PT Unilever Indonesia TBK (UNVR) memilih mengundurkan diri dari perusahaan. Gelombang pengunduran diri tersebut mengejutkan. Selain menjadi 'tanda tanya' di tengah aksi boikot terhadap produk terafiliasi Israel, aksi undur diri tersebut dinilai berkaitan dengan kinerja saham Unilever yang belakangan lesu.

Pengunduran diri diawali Direktur Supply Chain, Alper Kulak, yang mundur pada 15 Juni hingga diikuti Presiden Direktur, Ira Noviarti, pada 24 Oktober. Teranyar, Direktur Beauty & Wellbeing, Shiv Sahgal, serta Direktur Home Care, Sandeep Kohli, mengajukan pengunduran diri pada 24 November.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, melihat ada indikasi pengunduran diri dilakukan empat direksi tersebut berhubungan dengan aksi boikot belakangan telah ramai di Indonesia. Apalagi, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa haram dan meminta umat Islam menghindari segala transaksi dan penggunaan produk Israel atau yang terafiliasi pada Israel.

“Jadi pergantian direksi bisa saja permasalahan keyakinan ya. Mungkin sebagian direksi itu ada yang muslim yang tidak mau melihat genosida yang terjadi di Gaza dilakukan oleh Israel. Ini bisa saja mereka akhirnya mengundurkan diri,” kata Ibrahim saat dihubungi Tirto, Rabu (6/12/2023).

Ibrahim menilai, fatwa yang dikeluarkan MUI sebenarnya cukup hebat. Karena MUI tidak merincikan produk-produk mana saja yang terafiliasi dengan Israel. Sehingga masyarakat memiliki jak prerogratif yang lebih besar untuk menentukan produk mana saja terafiliasi dengan Israel, termasuk Unilever.

Tidak bisa dipungkiri memang, kata Ibrahim, aksi boikot tersebut akhirnya berimbas kepada kinerja keuangan perusahaan dan saham Unilever. Mengutip laporan keuangan Unilever, penjualan dan laba bersih perusahaan kompak turun pada September 2023.

Penjualan bersih tercatat sebesar Rp30,50 triliun pada September 2023, turun 3,27 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) sebesar Rp31,53 triliun pada September 2022. Sementara produk home and personal care mendominasi penjualan perusahaan dengan kontribusi Rp19,92 triliun atau 65,3 persen dari total penjualan perusahaan.

Di samping itu, laba bersih tercetak perusahaan sebesar Rp4,18 triliun pada September 2023. Keuntungan ini turun 9,16 persen (yoy) dari sebelumnya yang sebesar Rp4,611 triliun pada September 2022.

Susutnya keuntungan berdampak pada pembagian laba saham dasar yang menjadi Rp110 per lembar saham pada tahun ini. Turun 9,09 persen (yoy) dari tebaran sebelumnya Rp121 per lembar saham pada September 2022.

Sementara jika dilihat dari pergerakan saham bersandi UNVR ini mengalami kenaikan dan penurunan seperti saham lainnya. Capaian tertinggi UNVR selama Oktober-November ini terjadi pada perdagangan 25 Oktober 2023 yang sebesar Rp4.080 per saham.

Namun setelahnya, harga saham sempat terjun bebas. Rinciannya, pada 27 Oktober 2023 tercatat sebesar Rp3.980, turun menjadi Rp3.790 pada 30 Oktober.

Setelah itu, turun lagi mejadi Rp3.620 pada 31 Oktober 2023. Lalu, turun lagi menjadi Rp3.580 pada 1 November 2023.

Meski pada perdagangan 2 November 2023 menguat tipis menjadi Rp3.590, UNVR baru mengalami tiga kali kenaikan sepanjang 1-13 November 2023.

Data terakhir pun tercatat sebesar Rp3.530 pada perdagangan Senin 13 November 2023, turun dari sebelumnya yang sebesar Rp3.590 per saham pada perdagangan Jumat 10 November 2023.

Sedangkan pada perdagangan pagi ini, Rabu, 6 Desember 2023, saham UNVR dibuka di 3.780 atau menunjukkan minus 11,50 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

“Kemungkinan besar seandainya permasalahan di Timur Tengah tidak terselesaikan bisa saja sahamnya ini akan jatuh ke level 3.000-an,” kata Ibrahim.

PR Besar Direksi Baru

Ibrahim melanjutkan, situasi yang dihadapi Unilever kali ini tentu menjadi pekerjaan tidak mudah bagi direksi baru nantinya. Karena dia berpandangan, sekalipun terjadi pergantian direksi, tidak bisa memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap produk Unilever dan menggenjot kembali saham perusahaan.

“Kecuali genosida yang terjadi di Israel selesai dan MUI mencabut fatwa haramnya," kata Ibrahim.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menambahkan aksi boikot produk Unilever ini memang muncul karena konflik geopolitik antara Hamas dan Israel, serta fatwa baru MUI.

Seperti diketahui, MUI telah mengeluarkan Fatwa Nomor 83 Tahun 2023 mengenai Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. Salah satu rekomendasinya adalah menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel.

“Jadi memang ini bisa saja membuat kinerja penjualannya terganggu, dengan adanya faktor tersebut,” kata Nafan kepada Tirto, Rabu (6/12/2023).

Nafan melihat saat ini pergerakan saham UNVR relatif dalam keadaan bearish consolidation alias cenderung melemah. Salah satu imbasnya adalah penjualan produk yang relatif stagnan.

“Karena kita melihat persaingannya di bidang industri yang sama juga masih sangat kompetitif," tutur Nafan.

Oleh karena itu, Nafan berharap Unilever bisa menunjukkan dukungan untuk perdamaian. Ini untuk meningkatkan kepercayaan, khususnya dari investor Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Dia juga menyarankan Unilever Indonesia berinovasi supaya penjualan produk tidak stagnan.

Respons Unilever

Terlepas dari dugaan-dugaan tersebut, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Unilever Indonesia, Nurdiana Darus, menjelaskan pengunduran diri empat direktur tersebut berlandaskan atas alasan pribadi masing-masing. Kendati demikian, Nurdiana sendiri tidak menyebutkan alasan logis pengunduran diri tersebut.

“Sebagaimana yang disampaikan dalam keterbukaan informasi yang telah diterbitkan oleh perseroan, pengunduran diri dari empat direktur tersebut berdasarkan alasan pribadi dari masing-masing direktur,” kata Nurdiana dalam surat keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, dikutip pada Selasa (5/12/2023).

Unilever sendiri memastikan bahwa proses transisi terkait perubahan dalam struktur kepemimpinan akan berlangsung tanpa mengganggu kelancaran operasional bisnis.

“Direksi perseroan tetap menjalankan kegiatan usaha seperti biasa dengan terus berfokus untuk memberikan kontribusi positif bagi Indonesia,” lanjut Nurdiana.

Tirto juga sudah mencoba menghubungi Kristy Nelwan, Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia, untuk meminta penjelasan detail mengenai pengunduran diri empat direksinya. Namun hingga berita ini dirilis, Kristy tidak merespons pertanyaan diberikan.

Baca juga artikel terkait PT UNILEVER INDONESIA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz