tirto.id - Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Supriyanto menyebutkan sembilan kabupaten di wilayahnya rawan mengalami kekeringan akibat terdampak fenomena El Nino.
“Intervensi dalam menghadapi El Nino yang kami lakukan dengan kegiatan penerapan penanganan dampak perubahan iklim,” kata Supriyanto dikutip dari Antara, Selasa (27/6/2023).
Supriyanto memerinci penanganan dampak perubahan iklim itu antara lain bantuan pipanisasi, pompa air, pembuatan sumur pantek, pembuatan embung, dan sarana pembuatan pupuk organik.
Dia menyebut laporan kekeringan pada tanaman padi sudah terjadi sejak April 2023. Sampai dengan Mei 2023, kekeringan pada tanaman padi dilaporkan terjadi di sembilan kabupaten, yaitu Rembang, Blora, Grobogan, Kendal, Brebes, Pekalongan, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap.
Pada saat bersamaan juga terjadi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti penggerek batang padi (PBP), wereng batang coklat (WBC), tikus, hama putih palsu, walang sangit, blas, hawar daun bakteri, dan tungro.
“Untuk itu, dilakukan pengendalian secara pre emptive di daerah endemis dengan menggunakan bahan bahan ramah lingkungan dan responsif pada daerah yang terserang OPT dengan menggunakan bahan kimia secara bijaksana," ujarnya.
Distanbun Jateng juga merekomendasikan mitigasi dan adaptasi kepada kepala daerah kabupaten/kota dalam pengaturan pola tanam terhadap perubahan iklim di masa tanam (MT) III. Salah satunya dengan menanam varietas padi yang toleran terhadap kekeringan seperti varietas Situbagendit, Inpago, dan Ciherang atau menanam komoditas palawija dan percepatan tanam padi maksimal pada pertengahan Juni 2023.
"Agar pada saat puncak El Nino umur tanaman sudah aman dari kekurangan air atau bahaya kekeringan," kata Supriyanto.
Menurut Supriyanto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyiapkan sejumlah skema mitigasi untuk menghadapi fenomena El Nino yang berdampak musim kemarau menjadi lebih panjang dan berkurangnya curah hujan.
“Skema mitigasi itu di antaranya mengeluarkan cadangan pangan pemerintah hingga optimalisasi dana desa, Bulog kabupaten/kota semuanya mesti siap, kampanye food loss dan food waste itu kami siapkan,” kata Supriyanto.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan fenomena El Nino menerjang Indonesia pada 2023. Fenomena alam itu berdampak musim kemarau menjadi berkepanjangan.
Puncak fenomena El Nino akan terjadi pada Agustus 2023 sehingga pemerintah melalui Kementerian Pertanian berupaya menyiapkan langkah mitigasi agar jumlah gagal panen di tingkat petani dapat diminimalisasi.
Editor: Gilang Ramadhan