Menuju konten utama
Penuturan WNI di Lebanon

4 km dari Ledakan di Beirut, Lebanon: Kaca Pecah & Dinding Retak

Beberapa kaca sekretariat Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Lebanon pecah. Dindingnya retak.

4 km dari Ledakan di Beirut, Lebanon: Kaca Pecah & Dinding Retak
Setelah ledakan besar terlihat di Beirut, Lebanon, Selasa, 4 Agustus 2020. (Foto AP / Hassan Ammar)

tirto.id - Ledakan besar mengguncang Beirut, Ibu Kota Lebanon, Selasa (5/8/2020), pukul 18.02 waktu setempat. Ledakan itu membuat beberapa bangunan jangkung runtuh. Pecahan kaca dan reruntuhan balkon melukai banyak orang.

Ledakan itu terjadi di wilayah pelabuhan yang terdapat gudang-gudang penampung bahan peledak, lokasi geografisnya (33,901750, 35,518238). Beberapa pengguna media sosial menyebut ini sebagai "warehouse 12 in Beirut port".

NetBlocks mendapati, koneksi internet di Lebanon sempat anjlok signifikan. Pemadaman koneksi itu dikhawatirkan akan memengaruhi komunikasi dengan saksi mata dan korban. Namun jaringan itu, segera stabil kembali.

Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hassan mengatakan, jumlah korban jiwa mencapai 78 orang. Hampir 4 ribu orang menderita luka-luka.

Saat ledakan terjadi, Hamzah Assuudy Lubis, mahasiswa asal Indonesia, berada sekitar 4 kilometer dari titik ledakan. Dia berada di lantai 5 sebuah apartemen di daerah Barbir, Beirut.

"Ledakan awalnya kami rasakan seperti gempa kurang lebih 10 detik," kata Hamzah yang merupakan presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Lebanon kepada reporter Tirto, Rabu (5/8/2020).

Beberapa saat usai guncangan itu, Hamzah bergegas turun melalui tangga agar tak terkena reruntuhan. Di bawah, keadaan sudah mencekam.

"Salah satu orang lokal bilang kepada kami agar naik kembali ke apartemen agar tidak terkena ledakan susulan," tuturnya.

Ledakan itu memunculkan asap yang bewarna putih hingga kemerahan. Asap itu berbentuk seperti jamur yang membumbung ke langit dengan cepat. Hal itu berdasarkan penuturan saksi mata AFP.

Apartemen yang ditinggali Hamzah itu, merupakan Sekretariat PPI Lebanon. Beberapa kaca sekretariat pecah. Dindingnya pun retak.

"Suasana disini sangat mencekam, ambulan mondar mandir, masyarakat panik mencari perlindungan dan takut akan adanya ledakan susulan," ujarnya.

Hamzah menuturkan, di Lebanon terdapat 65 mahasiswa asal Indonesia. Mereka tersebar di enam kampus: Daawa, Global, Tripoli, Jinan, Darul Fatwa Akkar, dam Darul Fatwa Beka. Tak ada satu pun dari mereka yang menjadi korban ledakan.

"Aktivitas kampus secara offline sudah tidak aktif sejak COVID-19. Kami belajar via online dan beberapa ada yang masih offline," ungkapnya.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beirut menyampaikan, berdasarkan informasi awal, ledakan diduga berasal dari 2700 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan. Pemerintah Lebanon menyatakan situasi darurat atau State of Emergency selama dua minggu ke depan.

KBRI Beirut meminta para WNI menjauhi tempat-tempat yang memiliki risiko ledakan. Mereka juga mengimbau, menggunakan masker. Karena ledakan yang diduga berasal dari zat kimia akan memperburuk kesehatan.

Berdasarkan catatan KBRI Beirut, di Lebanon terdapat 1.447 WNI. Sebanyak 1.234 diantaranya adalah Kontingen Garuda dan 213 orang lainnya merupakan warga sipil.

Berdasarkan keterangan resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, lokasi ledakan berdekatan dengan Downtown Beirut, berjarak sekitar 7 kilometer dari KBRI Beirut. Salah satu WNI menjadi korban ledakan. Kondisinya luka-luka dan kini telah stabil serta dapat berkomunikasi dengan baik. KBRI Beirut akan mengampinginya hingga pulih.

Baca juga artikel terkait LEBANON atau tulisan lainnya dari Dieqy Hasbi Widhana

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Dieqy Hasbi Widhana
Penulis: Dieqy Hasbi Widhana
Editor: Gilang Ramadhan