Menuju konten utama

2,5 Tahun Setelah Internet Cepat Dipertanyakan

Dua setengah tahun lalu, Tifatul Sembiring mempertanyakan kegunaan internet cepat. Bagaimana kondisi internet Indonesia kini? Yang pasti, pemerintah masih terus mengupayakan agar internet semakin cepat dan luas cakupannya. Ini karena internet terbukti bisa membantu pertumbuhan ekonomi.

2,5 Tahun Setelah Internet Cepat Dipertanyakan
Sejumlah Pengrawit Gamelan menggunakan laptop dengan fasilitas internet sambil menunggu giliran pentas saat dilangsungkan pencanangan Desa Cyber di kawasan lereng Gunung Prau Desa Campurejo, Tretep, Temanggung, Jateng. [FOTO ANTARA/Anis Efizudin]

tirto.id - "Tweeps Budiman, memangnya kalau internetnya cepat mau dipakai buat apa?...:D *MauTauBanget*".

Cuitan Tifatul Sembiring ketika menjadi Menkominfo di Twitter itu barangkali akan menjadi cuitan yang akan selalu dikenang oleh kalangan pengguna internet khususnya media sosial di Indonesia. Banyak yang gemas dengan pernyataan itu, setelah melihat data yang menunjukkan leletnya internet di Indonesia.

Menurut data yang dirilis dari Akamai Technologies Inc pada kuartal ketiga 2013, tercatat kecepatan internet Indonesia sebesar 1,5 Mbps. Ini menempatkan Indonesia di peringkat kedua dari bawah se-Asia Pasifik.

Dua tahun berlalu setelah pernyataan Tifatul tersebut, Indonesia sudah selayaknya melihat kembali perkembangan kecepatan internetnya. Ini penting mengingat masyarakat Indonesia kini sudah semakin tak bisa lepas dari internet.

Untuk menjawab seberapa kencang internet di Indonesia saat ini, Akamai Technologies Inc telah merilis laporan State of the Internet edisi terbaru untuk kuartal pertama 2016. Kali ini, kecepatan internet di Indonesia sudah menduduki peringkat 12 dari 15 negara Asia Pasifik yang diteliti. Kecepatan internet Indonesia juga sudah naik menjadi 4,5 Mbps.

State of the Internet juga melaporkan, pada kuartal pertama 2016, kecepatan koneksi global rata-rata mencapai 6,3 Mbps. Angka ini meningkat 12 persen jika dibandingkan kuartal keempat tahun 2015. Meski demikian, angka itu belum menyentuh standar kecepatan dunia yang telah menembus 6,3 Mbps.

Kembali ke kawasan Asia Pasifik, pada kuartal pertama 2016, Korea Selatan kembali merajai dalam urusan kecepatan internet yang menembus 29 Mbps per detik. Dengan kecepatan tersebut, mengunduh file berukuran 1 Giga hanya perlu menunggu kurang dari satu menit saja. Sedangkan apabila dengan kecepatan internet yang Indonesia peroleh, perlu menunggu unduhan selesai selama 4 sampai 5 menit.

Sedangkan untuk kecepatan rata-rata internet di Asia Pasifik, Indonesia telah mencapai target karena perolehan yang dicapai Asia Pasifik pada kuartal pertama 2016 ini sebesar 4 Mbps saja. Indonesia juga tercatat negara yang kenaikan kecepatan internetnya paling signifikan hingga 110 persen dari tahun sebelumnya.

Akamai melihat, kenaikan kecepatan internet ini karena beberapa faktor teknis seperti peningkatan konektivitas Akamai terhadap berbagai provider internet di Indonesia.

Data dari Internet Worlds Stats menyebutkan, per 30 Juni 2016 ini pengguna internet aktif di Indonesia mencapai 88 juta. Jumlah ini menyumbang 4 persen dari total keseluruhan pengguna internet aktif di Asia yang mencapai 1,792 miliar. Untuk urusan sosial media, per Januari 2016 data dari We Are Social menunjukkan sebanyak 79 juta orang Indonesia aktif menggunakan sosial media dengan 66 juta pengguna aktif bersosial media lewat telepon pintar.

Besarnya pengguna internet ini yang juga menjadi faktor bagaimana kecepatan internet terus bergerak menjawab kebutuhan penggunanya. Jaringan 4G LTE untuk pengguna telepon seluler juga telah resmi diluncurkan yang menjanjikan kecepatan tinggi dari generasi sebelumnya.

Beriringan dengan Pesatnya e-Commerce

Internet cepat memang menjadi salah satu program pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla. Pada akhir 2015 lalu, Presiden Jokowi telah meresmikan peluncuran 4G LTE tahap dua secara nasional. Teknologi internet cepat tersebut berjalan di frekuensi 1.800 MHz dan sudah mulai dibuka untuk komersil.

Koneksi internet 4G LTE diharapkan bisa menjadi gerbang revolusi digital di Indonesia. Ekonomi berbasis digital diharapkan bisa semakin tumbuh setelah gerbang revolusi digital ini dibuka. Aplikasi-aplikasi dan perangkat genggam yang merupakan bagian dari ekosistem internet cepat itu pun diharapkan ikut tumbuh.

"Beberapa hal penting dalam pembentukan ekosistem digital di Indonesia yakni percepatan pembangunan broadband di seluruh Indonesia secara merata, pemberdayaan Usaha Kecil Mandiri menjadi e-commerce, dan memberikan dukungan penuh terhadap komunitas developer aplikasi lokal, start up muda sehingga dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ujar Menkominfo Rudiantara, seperti dilansir dari Kompas.com.

Internet sudah menjadi sebuah kebutuhan. Perekonomian nasional diharapkan semakin menggeliat dari lancarnya internet. Salah satunya melalui pesatnya perkembangan e-commerce di tanah air. Dikutip dari Antara, nilai transaksi e-commerce sebesar 3,56 miliar dolar AS (setara Rp48 triliun) pada 2015.

Sementara pada penghujung April 2016 kala membuka perhelatan Indonesia E-Commerce Summit and Expo (IESE) di Tangerang, Menkominfo Rudiantara kembali menggelembungkan angka sasaran nilai transaksi e-commerce 2016 menjadi 30 miliar dolar AS.

Kegunaan internet cepat dan stabil dalam hal ini jelas untuk menopang laju pertumbuhan e-Commerce. Sebuah survei yang dilakukan Deloitte menyebutkan, penetrasi broadband dan meningkatkan keterlibatan UKM secara digital mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 2 persen. Dengan demikian, mimpi pertumbuhan ekonomi 7 persen pada 2025 bisa segera terwujud.

Menurut survei tersebut, keuntungan penggunaan teknologi bagi UKM adalah meningkatkan pendapatannya hingga 800 persen. UKM juga bisa 17 kali bisa menjadi lebih inovatif dan lebih kompetitif secara internasional.

Tidak hanya itu, perkembangan internet juga bisa menyentuh beragam sisi perekonomian melalui transfer pengetahuan, kecepatan akses terhadap pasar, dan lain-lain. Pertanyaan menggelitik dari Tifatul Sembiring lewat kicauannya dua setengah tahun silam mulai terjawab.

Baca juga artikel terkait INTERNET CEPAT atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Teknologi
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti